Bismahanta
Daftar Bagian
1. Yang Pergi dan Yang Datang Kembali #1
Sejak peristiwa malam itu, kamu telah menjatuhkan harga diriku. Kau perlakukan aku seperti hadiah gi
2. Cerita dari Balik Jendela #2
Tadi Kau bilang merinding melihat kegarangan Dewabrata? Itu masih belum, kau akan lebih merinding ba
3. Padepokan Silat Macan Putih #3
Menjadi pendekar itu bukan tentang seberapa tinggi ilmunya. Tetapi seberapa bijaksana ia mengamalkan
4. Ketentuan Takdir #4
ku bersumpah akan membalaskan dendamku padamu, bahkan setelah aku mati! Aku akan jadi alasan kematia
5. Aku, Bismahanta #5
Dari kecil aku tidak pernah mengurai rambutku, hari ini saja, dan bukan karena sengaja.
6. Jalan Sunyi #6
Penerbitan ini baru berdiri dua tahun. Itu berarti masih muda. Dan penerbit muda harus punya suatu k
7. Api Amarah itu Mulai Menyala #7
Sejak aku balas dendam untuk kakek, aku mulai menggores luka di tangan ini sebagai pengingatku bahwa
8. Alur Angin #8
Pasti ada waktu yang tepat untuk balas dendam dan Amba akan memberikan petunjuknya lewat mimpi, dia
9. Kekecewaan Dewabrata #9
Mungkin ini bisa jadi jalan balas dendamku pada Dewabrata, dia akan sangat kecewa jika tahu rencana
10. Bias Amba #10
Menjadi bias orang lain itu sama dengan mati secara perlahan.
11. Melawan Keraguan #11
Hanta, kurasa kita punya luka yang sama, dan aku ingin kita menyembuhkan luka itu bersama-sama
12. Menjadi Malaikat Pencabut Nyawa atau Malaikat Pelindung #12
Dewabrata ayo lawan, bertarunglah, kamu itu pendekar, kenapa kamu pasrah begitu, kamu harus selamat
13. Menuju Takdir Tuhan #13
Takdirku sudah ditentukan Tuhan, dan kamu yang akan membawaku menuju takdirku itu
9. Kekecewaan Dewabrata #9

SC. 58 INT. RUMAH BISMAHANTA - PAGI

CAST : Bismahanta, Abiyasa, Zulfi

Abiyasa keluar dari kamar Bismahanta membawa salinan baskom berisi air dan kompresan yang sudah terpakai.

Abiyasa duduk di kursi lalu mengambil HP-nya dan menelepon Zulfi yang sedang bekerja di kantor.

ABIYASA

Halo Zulfi

SC. 59 INT. RUANGAN DIVISI MARKETING & KOMUNIKASI PENERBIT BHARATA - PAGI

Zulfi sedang mengedit konten terbaru tentang peluncuran buku di ruangannya. Suara telepon Abiyasa ia loudspeaker.

ZULFI

Iya Kak Abi ada apa?

INTERCUT - PERCAKAPAN TELEPON

ABIYASA

Hari ini Hanta lagi sakit, dia nggak bisa ke kantor

Zulfi membetulkan posisi duduknya. Ia mendengarkan dengan serius. Teman-teman satu ruangan ikut menyimak.

ZULFI

Hanta sakit apa, Kak Abi?

ABIYASA

Dia demam sejak kemarin pulang dari acara peluncuran buku

ZULFI

Ya Tuhan, Hanta, makanya dari tadi dia nggak kelihatan di kantor

ABIYASA

Ya udah Zul, makasih ya, Gue tutup teleponnya

ZULFI

Sama-sama Kak, semoga Hanta cepet sembuh

CUT TO

SC. 60 INT. RUANGAN DIVISI MARKETING & KOMUNIKASI PENERBIT BHARATA - PAGI

CAST: Zulfi, Kemal, Dewabrata, staf lainnya

Zulfi meletakkan HP-nya di meja.

Kemal yang sedari tadi menyimak percakapan Zulfi dan Abiyasa di telepon, kemudian bertanya.

KEMAL

Kamu kenal Bismahanta, senior editor kita yang baru itu?

Zulfi menggangguk. Kemal mendekatkan kursinya ke kursi Zulfi.

KEMAL

Kok bisa? Memang hubungan kalian apa? Teman, atau tetangga, atau jangan-jangan saudara? (penasaran)

ZULFI

Dia temen Gue, Bang

KEMAL

Berarti Pak Boss juga kenal dong ya, secara Lo kan temennya Pak Boss, temen Lo otomatis juga temennya Pak Boss

Zulfi menggeleng.

ZULFI

Nggak gitu konsepnya, Bang. Mereka itu baru ketemu kemarin, kalo Gue sama Pak Boss emang temen dari dulu, karena kita pernah satu perguruan silat

Kemal menyimak penjelasan Zulfi dengan antusias.

Tiba-tiba Dewabrata masuk.

DEWABRATA

Hai semua, selamat pagi! (sapanya ramah)

Dewabrata menghampiri meja Zulfi.

DEWABRATA

Hai Zul, sori baru sempet nyapa (tersenyum pada Zulfi sambil menjabat tangannya)

ZULFI

Udah lama ya (membalas senyum Dewabrata)

KEMAL

Eh ada reunian nih ceritanya, OK silakan (menggeser kursinya kembali ke mejanya)

Dewabrata dan Zulfi melanjutkan obrolannya. Dalam obrolan itu, Zulfi juga menyampaikan bahwa Bismahanta sedang sakit.

CUT TO

SC. 61 INT. RUMAH BISMAHANTA - PAGI

CAST: Abiyasa, Pak Bagas, Bismahanta, Bu Lestari

Bismahanta keluar dari kamarnya.

Keluarganya berkumpul di ruang tamu.

ABIYASA

Han, kok udah bangun, udah enakan badannya?

BISMAHANTA

Udah mendingan Kak

Bismahanta duduk di dekat Bu Lestari, memeluknya.

BU LESTARI

Badan kamu masih panas, istirahat aja Han

Bismahanta tak merespon, ia memejamkan mata sambil mendengarkan ucapan keluarganya.

PAK BAGAS

Sepertinya kamu harus cari tempat tinggal di sekitar kantormu, Han, supaya tidak jauh-jauh, lagipula pekerjaanmu ini sering sampai malam kan, pikirkan juga kesehatan dan keselamatanmu

BU LESTARI

Ibu juga setuju sama ayahmu, kita perlu carikan kontrakan, kosan, atau apartemen juga boleh yang penting dekat dengan kantormu, Han

ABIYASA

Paling dekat dari kantornya Hanta ya apartemen, tapi kalau apartemen lebih mahal biayanya (tertunduk murung)

Bismahanta bangkit lalu angkat bicara.

BISMAHANTA

Hanta juga berniat tinggal di apartemen dekat kantor, tinggal nunggu izin dari Ibu dan ayah, untuk masalah biaya tidak perlu khawatir

BU LESTARI DAN PAK BAGAS

Kami setuju

ABIYASA

Kalau begitu kalau keadaanmu sudah membaik, kamu langsung pindahan ke apartemen itu, kita telepon Zulfi juga untuk minta bantuannya

CUT TO

SC. 62 INT. RUANGAN REDAKSI PENERBIT BHARATA - SIANG

CAST : Dewabrata, Maharani, dan Saraswati

Dewabrata terburu-buru masuk ke ruang redaksi.

Maharani sedang sibuk mengerjakan laporan.

Saraswati sedang menelepon seorang penulis.

Dewabrata langsung memasuki ruangan pimpinan redaksi yang terpisah dengan ruangan para editor oleh sekat kaca tetapi masih dalam satu ruangan redaksi.

Maharani melihat keresahan di wajah Dewabrata, Ia menghampiri Dewabrata di ruangannya.

MAHARANI

Lo kenapa, Wa?

DEWABRATA

Gue kepikiran Durga, kemarin dia ke sini dan ngancam Gue (menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya)

MAHARANI

Ngancam apa? Berani banget dia, udah kemarin datang ke peluncuran buku telat (ekspresi kesal)

DEWABRATA

Dia ngancam, kalau kita tidak bisa menjual buku terbaru dari penulis baru kita, Megan, sebanyak 3000 eksemplar hingga acara pameran buku satu bulan lagi, maka dia akan mengambil alih buku Megan untuk diterbitkan di penerbitannya

MAHARANI

Dasar, licik sekali, mentang-mentang penerbitannya dia lebih senior daripada kita, seenaknya aja mengambil penulis kita (mengepalkan tangannya dan memukulkannya ke meja)

DEWABRATA

Sebenarnya Gue ingin bahas ini sama Bismahanta juga, sebagai editor bukunya Megan, kita harus melibatkan dia dalam rencana ini, tapi hari ini dia nggak masuk, lagi sakit

MAHARANI

Oh pantesan, dari tadi Gue nggak ngeliat tu bocah, pasti gara-gara kehujanan kemarin, rumahnya jauh pula

DEWABRATA

Memang di mana rumahnya?

MAHARANI

Di daerah pinggir pantai Kamal Muara sana

DEWABRATA

Kamal muara? (terkejut)

MAHARANI

Iya, kenapa emangnya, Lo tahu daerah itu?

DEWABRATA

Dulu, aku pernah tinggal di sana (menunduk lesu)

Maharani menggangguk paham tanpa bertanya lagi.

Tatapan Dewabrata menjadi kosong. Nama daerah itu telah membawanya ke sebuah masa penuh luka dan duka.

DISSOLVE TO

SC. 63 INT. APARTEMEN BISMAHANTA - MALAM

CAST : Abiyasa, Bismahanta, Pak Bagas, Bu Lestari, Zulfi

Malam ini Bismahanta langsung pindah ke apartemen dekat kantor Penerbit Bharata setelah keadaannya sudah membaik.

Keluarganya dan Zulfi mengantar Bismahanta pindah di apartemen itu. Mereka membantu Bismahanta menata barang-barangnya. Kebetulan apartemen itu sama dengan apartemen Dewabrata, hanya saja beda lantai.

BU LESTARI

Jaga diri baik-baik ya Han, setiap weekend pulanglah ke rumah (memeluk Bismahanta)

BISMAHANTA

Siap Bu, lagipula Hanta juga harus melatih murid-murid Hanta di sana

Abiyasa memanggil Zulfi dan membicarakan sesuatu.

ABIYASA

Zul, Gue titip Hanta ya, kalau ada apa-apa kabarin Gue

ZULFI

Kak Abi tenang saja, rumah Gue deket sini kok, jadi bisa mantau Bismahanta juga

ABIYASA

Makasih banyak Zul, maaf selalu ngerepotin Elo

Zulfi menggelengkan kepala.

Beberapa menit kemudian, Keluarga Bismahanta beserta Zulfi pamit dari apartemennya.

CUT TO

SC. 64 INT. LANTAI 1 APARTEMEN - PAGI

Dua lift yang berjejer di lantai satu apartemen sama-sama terbuka.

Dari kedua lift itu keluarlah Bismahanta dan Dewabrata. Mereka terkejut.

Bismahanta langsung memalingkan muka dan berjalan meninggalkan Dewabrata.

BISMAHANTA (VO)

Aduh sial kenapa harus ketemu Dewabrata di sini? Itu berarti dia tinggal di sini dong (menepuk kepalanya)

CUT TO

SC. 65 EXT. HALAMAN DEPAN APARTEMEN - PAGI

Dewabrata mengejar Bismahanta hingga ke halaman depan apartemen.

DEWABRATA

Hei, Bisma! Kamu juga tinggal di sini? (setengah berteriak)

Bismahanta terus berjalan keluar apartemen.

Dewabrata menghadangnya.

DEWABRATA

Hei, Bisma! Kamu tinggal di apartemen ini juga?

BISMAHANTA

Panggil Hanta saja

DEWABRATA

OK Hanta, Bismahanta, sama aja lah

BISMAHANTA

Iya saya tinggal di sini, baru pindah

DEWABRATA

(mengepalkan tangannya)

Yes, jagoanku ternyata tinggal di sini juga, kamu bisa jadi bodyguard saya juga dong, mau kan?

BISMAHANTA

Pak Dewabrata, saya bukan jagoan Anda dan saya tidak mau jadi bodyguard Anda

DEWABRATA

Kenapa tidak mau, kamu kan jago bela diri, kamu bisa melindungi saya dari pencopet itu dan juga dari bahaya-bahaya lainnya

Bismahanta melangkah pergi meninggalkan Dewabrata.

BISMAHANTA (VO)

Lagi pula akulah orang yang akan berbuat jahat pada Anda Pak Dewabrata, kusarankan jangan terlalu baik padaku (melangkah pergi tanpa menoleh ke Dewabrata)

Tanpa menghiraukan Dewabrata, Bismahanta terus berjalan meninggalkan apartemen.

DEWABRATA

Bismahanta! Ayo berangkat bareng ke kantor! (berteriak kepada Bismahanta yang sudah berjalan sejauh lima langkah)

Bismahanta tidak menjawab bahkan menoleh pun tidak. Dia memberi isyarat penolakan dari tangannya.

BISMAHANTA (VO)

Ternyata ada bagusnya juga aku tinggal di apartemen ini, akan lebih mudah membalaskan dendam pada dirinya

Freeze Bismahanta tersenyum penuh misteri.

CUT TO

SC. 66 INT. KANTOR PENERBIT BHARATA - PAGI

CAST : Dewabrata dan para staf

Dewabrata tiba di kantor. Ia menyapa semua stafnya dengan ramah. Para staf membalas senyumnya dengan ramah pula.

Dewabrata langsung menuju ruang redaksi.

CUT TO

SC. 66 INT. RUANG REDAKSI PENERBIT BHARATA - PAGI

CAST : Dewabrata, Saraswati, Maharani

Dewabrata masuk ruangan.

Saraswati sedang membaca naskah terbaru.

Maharani sedang mengetik beberapa laporan di komputer.

DEWABRATA

Pagi semua

SARASWATI DAN MAHARANI

Selamat pagi

DEWABRATA

(memeriksa meja Bismahanta)

Bismahanta belum datang?

MAHARANI

Dia sudah datang, tapi langsung meeting sama Megan dan divisi marketing komunikasi

DEWABRATA

Meeting? Sepagi ini? Di mana?

MAHARANI

Di gedung sebelah, Bharata Coffee Shop, nggak ada waktu lagi, aku sudah menceritakan rencana kita kepada Hanta, jadi dia langsung meeting hari ini juga sekalian promosi buku lewat live streaming bareng pembaca

DEWABRATA

(melihat kekhawatiran Maharani)

Lo khawatir sama ancamannya Durga?

MAHARANI

Nggak kok, tapi ancaman itu ngga boleh dianggap sepele juga

DEWABRATA

(menepuk bahu Maharani)

Jangan terlalu khawatir dengan ancaman Durga Ran, kita lakukan semampu kita, penulis kita bukan Megan saja

MAHARANI

Tapi, untuk penerbit junior seperti kita, butuh suatu karya yang bisa dijadikan ikon, yang membuat penerbit kita dikenal banyak orang, ikon itu ada pada karya-karya Megan, kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan itu

Setelah mendengar penjelasan Maharani, Dewabrata masuk ke ruangannya kemudian meletakkan tas dan jasnya dan langsung menyalakan komputernya.

CUT TO

SC. 67 INT. BHARATA COFFEE SHOP - PAGI

CAST : Bismahanta, Megan, Zulfi, Kemal

Bismahanta membawa buku kedua Megan berjudul PUKUL 00.00 yang baru diterbitkan beberapa hari lalu.

Kemal menunjukkan laporan penjualan buku tersebut beserta desain sampul buku terbaru.

Zulfi menyiapkan peralatan untuk shooting video promosi terbaru.

KEMAL

(menjelaskan dengan penuh semangat)

Megan, laporan penjualan bukumu selama satu minggu ini, mulai dari pre-order sampai sekarang disebar ke toko-toko buku, hampir mencapai 1000 eksemplar. Jadi, kurang 2000 eksemplar lagi untuk mencapai target kita

Megan mendengarkan penjelasan Kemal dengan malas.

BISMAHANTA

Menurutku, selain kita promosi buku, kita juga harus sering update quotes dari buku ini lewat medsos kita dan medsos penulisnya.

Zulfi selesai menyetting alat shootingnya.

ZULFI

Promosi lewat konten video atau live streaming juga akan sangat membantu karena kita bisa memberikan testimoni secara real kepada para pembaca

Megan mulai menunjukkan ketidaktertarikannya terhadap rencana ini.

MEGAN

Dari tadi kalian bicara tentang promosi lewat ini lah, promosi dengan cara itulah, tapi kalian sama sekali tidak membahas tentang keuntungan yang akan aku dapat, berapa royalty yang akan aku terima

Kemal dan Zulfi tidak menyangka Megan akan membahas tentang royalty.

Bismahanta mengetahui maksud Megan, ia lalu mengajaknya ke toilet.

BISMAHANTA

(menarik tangan Megan)

Megan, ikut aku ke toilet sebentar

Megan mengikuti Bismahanta dengan malas.

CUT TO

SC. 68 INT. TOILET - PAGI MENJELANG SIANG

BISMAHANTA

(menatap Megan tajam)

Langsung saja, kamu tertarik dengan royalty yang ditawarkan Durga kan?

MEGAN

Kok kamu bisa tahu?

BISMAHANTA

Aku ada di belakang kalian, pas kalian ngobrol tentang royalty itu

INTERCUT

SC. 69 EXT. JALAN MENUJU BHARATA COFFEE SHOP - PAGI

CAST : Bismahanta, Megan, Durga

Megan dan Durga berbicara tentang royalty dan perpindahan kontrak penerbitan.

Bismahanta berjalan di belakang mereka dan mendengar pembicaraan itu.

DURGA

Megan, kamu tahu kan penerbitan kami lebih senior dan sudah mempunyai nama daripada Penerbit Bharata, aku yakin karya-karyamu akan lebih terkenal dan jadi best seller kalau diterbitkan di penerbit Durga Publishing

MEGAN

Sebenarnya dari awal, aku juga ingin menerbitkan karya di Durga Publishing, aku mengirim naskahku ke dua penerbit ini, dan aku sengaja memperburuk tulisanku yang kukirim ke Penerbit Bharata supaya tidak diterbitkan di Penerbit itu

DURGA

Terus kenapa buku itu bisa terbit di Penerbit Bharata?

MEGAN

Jadi ternyata si editor keras kepala itu dengan suka rela merevisi naskahku hingga bisa diterbitkan di Penerbit Bharata

DURGA

Kalau begitu, putuskan saja kontrak kamu dengan Penerbit Bharata. Aku sudah memberi warning ke Pimpinan Redaksimu, jika dia tidak bisa menjual bukumu sebanyak 3000 eksemplar hingga pameran buku bulan depan, maka kamu akan pindah kontrak ke penerbitanku

MEGAN

Putuskan kontrak? Caranya? Apa perlu menunggu sampai pameran buku bulan depan?

DURGA

Oke kalau begitu, dalam live streaming nanti, tirukan yang aku katakan ini

Durga dan Megan berjalan lebih cepat dan Bismahanta tidak bisa mengikutinya lagi.

CUT BACK TO

SC. 70 INT. TOILET - PAGI MENJELANG SIANG

CAST : Bismahanta, Megan

MEGAN

Lalu apa maumu?

BISMAHANTA

Cukup ikuti saja rencana kami. Kamu silakan jalankan rencanamu juga, aku tidak peduli

MEGAN

Maksudmu aku tetap ikut live streaming dengan para pembaca dan promosi tentang bukuku?

BISMAHANTA

Ya itu saja, hitung-hitung balas budi karena kami sudah menerbitkan bukumu

MEGAN

Meski kamu tahu risikonya apa?

BISMAHANTA

(mengangkat bahunya)

Deal? (mengulurkan tangan kepada Megan)

Bismahanta dan Megan saling sepakat untuk menjalankan rencana masing-masing.

BISMAHANTA (VO)

Mungkin ini bisa jadi jalan balas dendamku pada Dewabrata, dia akan sangat kecewa jika tahu rencana Durga dan Megan. Aku sangat ingin melihat itu (tersenyum misterius)

CUT TO

SC. 71 INT. BHARATA COFFEE SHOP - SIANG

CAST : Bismahanta, Megan, Kemal, dan Zulfi

Megan sudah bersiap di depan kamera untuk melakukan live streaming bersama para pembacanya.

Zulfi dan Kemal bersiap di belakang kamera.

Bismahanta sebagai pemandu acara memulai bincang buku tersebut dengan sebuah pertanyaan.

BISMAHANTA

Apa yang menginspirasi Megan untuk menulis buku berjudul PUKUL 00.00 ini?

MEGAN

Bermula dari ketertarikan saya ketika melihat kehidupan di kota ini mulai pukul 00.00 hingga pagi. Banyak sekali hal yang perlu diketahui masyarakat tentang kehidupan kota pada pukul itu.

BISMAHANTA

Wah menarik sekali ya, ternyata kehidupan kota di atas pukul 00.00 bisa diangkat menjadi sebuah cerita. Baiklah sekarang kita akan mendengarkan komentar-komentar dari para pembaca yang telah membaca buku ini.

Para pembaca bergantian memberikan komentarnya kepada Megan. Hingga tiba saat di mana seorang pembaca menanyakan hal khusus tentang penerbit Bharata.

PEMBACA

Kak Megan, maaf sebelumnya, mungkin ini pertanyaan di luar konteks, jadi karya-karya Anda telah menginspirasi saya untuk ikut menulis juga, lalu yang saya tanyakan, mungkin ada tips bagaimana agar tulisan kita bisa diterima dan diterbitkan di Penerbit Bharata?

MEGAN (VO)

Ini dia pertanyaan yang kutunggu-tunggu

Wajah tegang terlihat dari wajah Bismahanta, begitu pula Kemal dan Zulfi. Nama Penerbit Bharata akan ditaruhkan.

MEGAN

Jadi cerita sedikit, sebenarnya saya tidak berniat mengirim naskah ini ke Penerbit Bharata yang tergolong masih baru, karena masa depan saya sebagai penulis yang jadi taruhannya. Saya sengaja mengirim tulisan saya dengan banyak sekali bagian yang perlu direvisi, tak disangka tulisan saja lolos, ternyata mudah sekali menerbitkan tulisan di Penerbit Bharata

PEMBACA

Semudah itu Kak? Kita tidak perlu menulis cerita yang bagus karena pasti akan lolos begitu?

MEGAN

Betul sekali, jadi tulisan apapun pasti akan lolos di sini, karena penerbit ini membutuhkan banyak karya untuk diterbitkan agar semakin dikenal namanya. Dan masalah royalty, jujur saya kecewa dengan sistem royalty di penerbit ini yang merugikan penulis.

Kemal berusaha mendekati Megan dan memberinya peringatan agar tidak melewati batasnya. Tapi Zulfi mencegahnya.

ZULFI (VO)

(menatap Bismahanta)

Apakah kamu tahu kalau Megan akan bicara seperti ini, Hanta?

Pembaca tersebut masih terus menanyakan pertanyaan selanjutnya.

PEMBACA

Berarti bisa dibilang, kalau Penerbit Bharata tidak memerdulikan kualitas karya penulisnya? Asal terbit gitu saja? Dan royalty yang diterima penulis pun tidak sesuai

Bismahanta mulai geram dengan percakapan mereka, tapi ia berusaha menahannya.

BISMAHANTA

Tahan, Hanta, biarkan Megan melakukannya, bukankah itu maumu juga? (meremas-remas kertas yang ia bawa)

MEGAN

Kurang lebih seperti itu, jadi saran saya, lebih baik kamu terbitkan tulisanmu itu di penerbit yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya dan sudah memiliki nama di dunia kepenulisan ini, saya pun akan segera memutuskan kontrak dan pindah ke penerbit lain jika penjualan buku saya tidak sampai 3000 eksemplar dalam sebulan ini.

Situasi sudah di luar kendali, Bismahanta pun mengambil alih bincang-bincang itu.

BISMAHANTA

Sepertinya sudah cukup banyak komentar para pembaca yang kita dengar. Saatnya kita akhiri bincang buku kali ini, terima kasih atas komentar dari para pembaca yang hadir, sampai jumpa di bincang buku selanjutnya.

Tetap setelah Bismahanta menutup acara itu. Kemal menghampiri Megan dan memarahinya. Sedangkan Bismahanta dan Zulfi saling memandang satu sama lain.

CUT TO

SC. 73 INT. RUANGAN REDAKSI PENEBIT BHARATA - SIANG

CAST : Dewabrata, Maharani, Saraswati

Dewabrata mematikan televisi setelah mengikuti acara live streaming bincang buku Megan. Ia marah seketika.

DEWABRATA

Jadi ini rencana kalian untuk mendapatkan target penjualan 3000 eksemplar buku dalam satu bulan? Ada yang bisa jelaskan?

Maharani dan Saraswati merasa takut dengan kemarahan Dewabrata yang belum pernah mereka lihat.

MAHARANI

Dewa, maafkan kami, kami tidak tahu jika rencana ini akan berjalan seperti ini, jawaban-jawaban Megan di luar kendali kami

DEWABRATA

Tapi Bismahanta ada di sana kan, dia bisa memberi briefing dulu kepada Megan. Dasar payah kalian semua!

Dewabrata tak bisa membendung amarahnya. Ia keluar dari ruang redaksi menuju Bharata Coffee Shop.

Maharani untuk pertama kali menangis di hadapan Saraswati, mereka berdua saling menguatkan.

CUT TO

SC. 74 INT. BHARATA COFFEE SHOP - SIANG

Bharata Coffee Shop terlihat ramai di jam makan siang. Band pengisi di coffee shop tersebut menyanyikan lagu-lagu galau tahun 2000-an. Suasana nyaman bertema kan budaya pewayangan Jawa sangat kental dan terasa di sana, di tengah keramaian kota metropolitan.

Dewabrata tampak mencari sosok Bismahanta dan timnya.

Bismahanta sedang membereskan berkas-berkas di meja. Kemal dan Zulfi membereskan peralatan mereka dengan wajah masih kesal.

Dewabrata menemukan mereka di meja VVIP dan menghampiri mereka dengan penuh amarah.

DEWABRATA

(menggebrak meja)

Apa yang kalian lakukan barusan? Nama penerbitan kita tercoreng, kalian semua payah, mengurus satu klien saja tidak becus!

KEMAL

Boss, kita juga nggak nyangka kalau dia bakal ngomong kayak gitu tentang penerbitan kita dan posisi tadi itu live streaming, disaksikan langsung oleh banyak orang, kita nggak bisa hentikan gitu aja

ZULFI

Iya Boss, kita sudah berusaha kasi arahan buat dia, tapi dia tidak mengikuti arahan kita.

Bismahanta yang sedang menikmati Mochachino favoritnya akhirnya ikut angkat bicara.

BISMAHANTA

Kalau Pak Dewa tahu bahwa Durga yang ada di balik semua ini, pasti Anda tidak terlalu terkejut.

Dewabrata mengambil posisi duduk tepat di hadapan Bismahanta.

DEWABRATA

Maksudnya, Durga ikut terlibat dalam hal ini? Jangan-jangan dia yang sudah mengimingi-imingi Megan dengan royalty yang besar?

BISMAHANTA

Tepat sekali (kembali menikmati Mochachino)

DEWABRATA

Dan kamu sudah tahu tentang ini, kenapa tidak kamu cegah hal itu terjadi, Han? (suaranya meninggi)

Beberapa pengunjung memperhatikan perdebatan mereka.

BISMAHANTA

Saya bisa apa, ini hak penulis, dan juga kesalahan saya karena sudah menerima naskahnya

DEWABRATA

Tunggu dulu (menarik napas dalam-dalam) menerima naskah Megan bukan kesalahanmu, karena naskah Megan juga sudah terjual banyak dan jadi favorit masyarakat, yang jadi pertanyaanku, kenapa kamu tidak mencegah dia untuk memberikan opini negatif tentang penerbitan kita?

Bismahanta pun tak bisa membendung amarahnya.

BISMAHANTA

Karena saya benci Anda, Dewabrata! (bediri dan pergi meninggalkan tempat itu)

DEWABRATA

Bismahanta! (berteriak memanggil Bismahanta) Bismahanta membenciku, kenapa? Sejak kapan? (ucapnya lirih)

KEMAL

Kenapa dia membencimu, Boss?

Dewabrata dan Kemal masih tertegun dan duduk di sana dengan pikiran masing-masing.

FREEZE EKSPERSI KECEWA DEWABRATA

FADE OUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar