Bismahanta
Daftar Bagian
1. Yang Pergi dan Yang Datang Kembali #1
Sejak peristiwa malam itu, kamu telah menjatuhkan harga diriku. Kau perlakukan aku seperti hadiah gi
2. Cerita dari Balik Jendela #2
Tadi Kau bilang merinding melihat kegarangan Dewabrata? Itu masih belum, kau akan lebih merinding ba
3. Padepokan Silat Macan Putih #3
Menjadi pendekar itu bukan tentang seberapa tinggi ilmunya. Tetapi seberapa bijaksana ia mengamalkan
4. Ketentuan Takdir #4
ku bersumpah akan membalaskan dendamku padamu, bahkan setelah aku mati! Aku akan jadi alasan kematia
5. Aku, Bismahanta #5
Dari kecil aku tidak pernah mengurai rambutku, hari ini saja, dan bukan karena sengaja.
6. Jalan Sunyi #6
Penerbitan ini baru berdiri dua tahun. Itu berarti masih muda. Dan penerbit muda harus punya suatu k
7. Api Amarah itu Mulai Menyala #7
Sejak aku balas dendam untuk kakek, aku mulai menggores luka di tangan ini sebagai pengingatku bahwa
8. Alur Angin #8
Pasti ada waktu yang tepat untuk balas dendam dan Amba akan memberikan petunjuknya lewat mimpi, dia
9. Kekecewaan Dewabrata #9
Mungkin ini bisa jadi jalan balas dendamku pada Dewabrata, dia akan sangat kecewa jika tahu rencana
10. Bias Amba #10
Menjadi bias orang lain itu sama dengan mati secara perlahan.
11. Melawan Keraguan #11
Hanta, kurasa kita punya luka yang sama, dan aku ingin kita menyembuhkan luka itu bersama-sama
12. Menjadi Malaikat Pencabut Nyawa atau Malaikat Pelindung #12
Dewabrata ayo lawan, bertarunglah, kamu itu pendekar, kenapa kamu pasrah begitu, kamu harus selamat
13. Menuju Takdir Tuhan #13
Takdirku sudah ditentukan Tuhan, dan kamu yang akan membawaku menuju takdirku itu
3. Padepokan Silat Macan Putih #3

SC. 12 EXT. PINGGIR PANTAI KAMAL MUARA - ENAM TAHUN YANG LALU - PAGI

CAST : Amba (15th), Dewabrata (17th), Abiyasha(22th), Pak Bagas (45th), Pendekar Macan Putih: Bang Gilang (25th), Bang Indra (30th), Pak Joko (40th), Pak Lukman (35th),Para Pesilat Muda (10-20th)

Establishing Shot: Pemandangan pinggir Pantai Kamal Muara, perahu-perahu nelayan, para nelayan dengan jalanya, anak kecil yang berlarian di sekitar pantai.

Close up: Para pesilat muda yang sedang berlatih di pinggir Pantai Kamal Muara.

Pak Bagas, selaku pimpinan Padepokan Silat Macan Putih mengadakan rapat terbatas yang dihadiri oleh para pendekar senior. Rapat tersebut membahas tentang pergantian pemimpin dalam padepokan tersebut.

Terik matahari menyinari sepanjang bibir Pantai Kamal Muara. Para pesilat muda tampak berlatih dengan serius sambil sesekali melirik ke arah para petinggi yang sedang rapat di hadapan mereka.

PAK BAGAS

(menyeruput teh lalu meletakkannya kembali di atas meja)

Sahabat-sahabatku, para pendekar Padepokan Silat Macan Putih, semenjak kesehatan saya yang menurun akhir-akhir ini, saya rasa, sudah saatnya padepokan ini mempunyai pemimpin yang baru. (menebar pandangan ke sahabat-sahabatnya)

BANG GILANG

(tampak cemas)

Pak, apa Bapak sudah memikirkan ini baik-baik? Kurasa, Pak Bagas tidak perlu mengundurkan diri sebagai pimpinan padepokan ini, apapun keadaan Pak Bagas

PAK BAGAS

(menyela ucapan Bang Gilang)

Keadaan Bapak sudah tidak memungkinkan lagi untuk memimpin padepokan ini. Bapak yakin, di antara kalian, para pendekar, pasti ada yang layak untuk menggantikan posisi Bapak. (menyeruput tehnya lagi)

Sejenak suasana hening. Ombak terdengar lembut menepi diiringi semilir angin yang hangat. Para pesilat muda tampak beristirahat di samping perkumpulan para petinggi padepokan.

BANG INDRA

(memecah keheningan dengan suara beratnya)

Lalu, apakah Bapak sudah memikirkan cara yang akan kita gunakan dalam pemilihan ini?

PAK BAGAS

(menatap Bang Indra tajam)

Oleh karena itu, saya mengumpulkan kalian semua di sini untuk meminta pendapat kalian, cara apa yang akan kita pilih

PAK JOKO

(raut wajahnya berubah seperti mendapatkan sebuah pencerahan)

Pak, saya punya ide! (bersemangat) Bagaimana kalau kita mengadakan seleksi pemimpin padepokan ini dengan cara mengadakan pertandinga Sabung antar pendekar? (semua peserta rapat memperhatikan Pak Joko)

PAK BAGAS

(tersenyum sumringah)

Kenapa kamu bisa punya ide sebagus ini, Joko?

PAK LUKMAN

(ikut angkat bicara)

Aku setuju dengan idenya Pak Joko, para pendekar akan merasa terhormat untuk mengikuti pertandingan tersebut

Rapat terbatas tersebut ternyata didengar pula oleh para pesilat muda yang sedang beristirahat di sekitar tempat rapat mereka. Para pesilat muda ikut menyimak sebisa mereka, termasuk pesilat muda bernama Dewabrata.

CLOSE UP: Dewabrata sangat antusias mendengarkan rapat itu

BANG GILANG

(menyumbangkan pendapatnya)

Jadi pertandingan Sabung ini hanya diikuti oleh para pendekar ya, kemudian bagi pemenangnya otomatis akan didaulat menjadi pemimpin baru padepokan silat Macan Putih ini? (menatap Pak Joko dan Pak Bagas, menunggu persetujuan mereka)

PAK BAGAS

Tepat sekali! (mengacungkan jempol pada Bang Gilang) Otomatis dialah yang terpilih sebagai pimpinan yang baru, menyenangkan bukan? (tersenyum penuh misteri)

PAK JOKO

Bukan hanya menyenangkan, tetapi juga menantang. Pendekar sejati takkan mundur dari medan tempur dan takkan mudah dikalahkan. Dia akan bertahan sampai akhir (ucapnya berapi-api)

Amba datang bersama Abiyasa membawakan beberapa makanan dan minuman ringan untuk rapat tersebut. Dewabrata mengetahui kedatangan Amba dan menatapnya lekat-lekat.

AMBA

Ini Ayah (menyerahkan bungkusan gorengan kepada ayahnya)

PAK BAGAS

Terima kasih bidadari ayah (mengusap kepala Amba)

ABIYASA

Apakah rapatnya sudah selesai, Ayah?

PAK BAGAS

Sudah Abi, lusa kita akan mengadakan Sabung antar pendekar di padepokan ini

ABIYASA

(mendekat kepada ayahnya) Abi boleh ikut, Ayah?

PAK BAGAS

Boleh, siapapun boleh ikut (menepuk Pundak Abiyasa) meskipun pendekar itu baru memakai sabuk biru

Abiyasa tersenyum senang. Abiyasa menghampiri para pesilat muda untuk melanjutkan latihan mereka. Dewabrata beranjak dari tempat duduknya dengan tetap menatap Amba yang sedang berdiri di samping Abiyasa.

CUT TO

SC. 13 INT. RUMAH DEWABRATA/pak bharata - MALAM

CAST: Dewabrata 17th, Wisnu 25th, Pak Bharata 45th, Notaris

Pembacaan surat wasiat Bu Sintia, istri Pak Bharata di rumah Pak Bharata.

NOTARIS

Tertulis bahwa siapapun putranya yang menikah terlebih dahulu, maka Bu Sintia akan mewarisi perusahaan properti miliknya dan rumah ini kepada putra tersebut. Sedangkan Pak Bharata dan putranya yang lain akan mendapat warisan rumah joglo milik Bu Sintia. 

WISNU

Bapak, jika aku menikah terlebih dahulu, maka aku akan mewaris perusahaan properti milik Ibu. (berpikir sejenak) Jadi Pak, carikan calon istri untuk Wisnu.

PAK BHARATA

Tapi, Wisnu, kamu saja baru selesai kuliah dan belum bekerja, bagaimana kamu akan berkeluarga dan mengelola perusahaan ibumu.

WISNU

Bapak tenang saja, percaya sama Wisnu, sekarang tugas Bapak mencarikan calon istri untuk Wisnu. Atau adikku tersayang ini yang akan mencarikannya untukku? (menatap Dewabrata dengan tajam)

DEWABRATA

Aku? (menatap Wisnu penuh kebingungan)

WISNU

Kamu tidak mungkin akan menikah duluan kan Dewa?

DEWABRATA

Tentu, Kak Wisnu harus menikah duluan, lagi pula aku masih kecil (tersenyum tipis)

WISNU

Tepat sekali, kalau begitu kamu harus bantu Kakak untuk mendapatkan calon istri, dengan paras tampanmu dan karismamu, kamu pasti akan mudah mendapatkan hati para wanita.

DEWABRATA

Aku? (ekspresi kesal)

WISNU

Iya, kenapa masih tanya lagi, kamu akan mencarikan kakak calon istri, jika dalam seminggu ini kamu belum mendapatkannya, maka kamu dan Bapak harus pergi dari rumah ini. Karena aku yang akan jadi pemilik rumah ini.

DEWABRATA

Aku tidak setuju. Cari saja calon istri Kakak sendiri! (dengan nada membentak)

Wisnu menampar wajah Dewabrata. Pak Bharata melerai pertengkaran mereka. Pak Bharata takut Wisnu akan marah dan mengusir mereka berdua dari rumah milik Bu Sintia itu.

PAK BHARATA

Sudah Dewa, kamu mengalah saja sama kakakmu, turuti saja apa yang dia minta. (memegang pundak Dewabrata)

WISNU

Ingat! Waktumu hanya seminggu, Dewa, jika lebih dari itu kamu belum mendapatkan calon istri untukku, maka kamu dan Bapak pergi saja dari sini dan tinggal di rumah joglo ibu.

CUT TO

SC. 14 INT. KAMAR DEWABRATA - MALAM

CAST : DEWABRATA 17th, PAK BHARATA 45th

Dewabrata duduk di atas kasur sambil memandang foto ibunya yang ada di tangannya. Pak Bharata menghampirinya dan duduk di kursi di depan Dewabrata. 

PAK BHARATA

Ibumu sangat cantik, Dewa, cantik dengan caranya sendiri. Dia tak pernah memakai make-up, tetapi kecantikannya terpancar dari hatinya

DEWABRATA

Mengapa Ayah mencintai Ibu?

PAK BHARATA

Dengan begitu saja, ayah mencintai ibumu, tanpa perlu alasan apapun

DEWABRATA

Tanpa alasan? Satu pun?

PAK BHARATA

Iya, begitu saja

Pak Bharata mendekati Dewabrata dan duduk di sampingnya.

PAK BHARATA

Bapak minta, kamu turuti saja permintaan kakakmu, anggap saja ini permintaan Bapak juga. Bantu dia menemukan calon istrinya

DEWABRATA

Jika Bapak yang meminta, akan Dewa lakukan. (menatap wajah Pak Bharata dalam-dalam) Besok, ada pertandingan sabung para pendekar di Padepokan Silat Macan Putih, Dewa akan ikut pertandingan itu

PAK BHARATA

(tampak khawatir)

Sabung? Itu berbahaya Dewa, kamu masih sabuk biru, tingkatanmu tidak sepadan dengan para pendekar yang akan beradu sabung itu.

DEWABRATA

Siapapun boleh mengikuti sabung itu, Pak. Jika Dewa menang, maka Dewa akan meminta putri Pak Bagas untuk dijodohkan dengan Kak Wisnu.

PAK BHARATA

Jangan gegabah Dewa! (suaranya bergetar)

DEWABRATA

Apapun demi kebahagiaan, Bapak (tersenyum tulus menatap wajah Pak Bharata)

CUT TO

SC. 15 INT. RUMAH AMBA - MALAM

CAST : Amba 17th, Abiyasa 22th, Bu Lestari 43th, Pak Bagas 45th.

Diskusi malam menjelang tidur membahas persiapan pertandingan Sabung lusa.

AMBA

(melipat pakaian yang baru dijemur bersama Bu Lestari)

Ayah, siapa saja juri di pertandingan Sabung nanti?

PAK BAGAS

Ada Ayah, Pak Joko, dan Pak Lukman. Untuk wasitnya Pak Wiro.

BU LESTARI

Jangan salah, ketiga sekawan itu selalu bersama di mana pun dan kapan pun (meledek Pak Bagas)

AMBA

Berarti Bang Gilang dan Bang Indra ikut sabung?

PAK BAGAS

Tentu, mereka berdua jagoan Ayah (tersenyum pada Amba)

AMBA

Sama Ayah (bersemangat), Amba juga menjagokan kedua Abang itu

ABIYASA

Jadi Abi bukan jagoan, Ayah?

PAK BAGAS

Kamu juga jagoan Ayah, tapi kamu fokus saja melatih para pesilat muda dan menjaga adikmu, tidak perlu memikirkan urusan padepokan ini.

CLOSE UP : ABIYASA MENGAMBIL SIKAP MEMBERI HORMAT PADA AYAHNYA

FADE OUT

SC. 16 EXT. LAPANGAN - DUA HARI KEMUDIAN - MALAM

CAST: PAK BAGAS, AMBA, ABIYASA, DEWABRATA, PAK JOKO, PAK LUKMAN, PAK WIRO, BANG GILANG, BANG INDRA, PARA PENDEKAR, PARA PESILAT MUDA, PENONTON

ESTABLISH: Lapangan

CLOSE UP : Para pendekar dan pelatih mengenakan seragam berwarna hitam. Para pesilat muda mengenakan seragam berwarna biru putih. (BIG CLOSE UP) Sabuk sesuai tingkatan masing-masing sama seperti tingkatan sabuk karate pada umumnya. Ada sabuk putih, kuning, hijau, biru, cokelat, dan sabuk tertinggi adalah hitam.

CUT TO

SC. 17 EXT. ARENA SABUNG - MALAM

CAST : Pak Bagas, Abiyasa, Bang Gilang, Bang Indra

Pak Bagas meninjau arena Sabung bersama Abiyasa, 30 menit sebelum acara dimulai. Ia bertemu Bang Gilang dan Bang Indra yang baru saja selesai mempersiapkan arena Sabung.

PAK BAGAS

Bagaimana persiapan sabung malam ini, Gilang?

BANG GILANG

Insya Allah sudah siap, Pak (penuh semangat)

PAK BAGAS

Berapa peserta yang sudah mendaftar?

BANG INDRA

Ada sekitar delapan orang Pak, termasuk kami berdua (tertawa kecil)

PAK BAGAS

Baiklah, semoga dilancarkan malam, dan pemimpin baru padepokan ini akan segera ditentukan, Saya menaruh harapan pada kalian berdua. (menepuk Pundak Bang Indra dan Bang Gilang kemudian berlalu)

ABIYASA

Semoga berhasil Abang-abangku! (mengepalkan tangannya kemudian pergi menyusul Pak Bagas)

CUT TO

SC. 18 EXT. LAPANGAN - MALAM

ESTABLISH SHOT: Para pendekar berjajar dan bersiap untuk memulai pertandingan sabung. Sebelum mereka diberitahu urutan sabung, mereka melakukan jurus penghormatan khas padepokan silat Macan Putih.

CLOES UP : Dewabrata datang terlambat dan langsung bergabung dengan jajaran peserta sabung. Semua peserta sabung menggunakan seragam hitam dan sabuk hitam sementara Dewabrata menggunakan seragam biru dan bersabuk biru. Kehadiran Dewabrata menjadi perhatian banyak orang.

CUT TO

SC. 19 INT. TENDA JURI - MALAM

CAST : Pak Joko, Pak Lukman, Pak Wiro, Bang Gilang

Para juri mendiskusikan keikutsertaan Dewabrata pada sabung kali ini.

PAK JOKO

Bagaimana bisa pesilat sabuk biru itu jadi peserta sabung? Dia masih pendekar baru

PAK LUKMAN

Aku juga kaget Pak Joko, dia sungguh-sungguh ingin melawan para pendekar bersabuk hitam?

PAK WIRO

Tapi lihatlah daftar pendaftaran ini, dia memang sudah daftar dari awal. Dia tidak menyertakan keterangan sabuknya.

Bang Gilang menghampiri para juri untuk mendapatkan kepastian tentang keikutsertaan Dewabrata.

BANG GILANG

Bagaimana keputusan para juri? Apakah mengizinkan Dewabrata untuk tetap mengikuti sabung ini?

PAK BAGAS

Baiklah, kita beri kesempatan saja dulu untuk Dewabrata. Kita lihat seberapa kemampuan dia dan motivasi apa yang ada di balik keikutsertaannya ini

BANG GILANG

Baik Pak Bagas, kami selaku panitia meminta maaf karena kurang teliti dalam menyeleksi para peserta sabung

PAK WIRO

Tidak apa-apa Gilang, kita lihat saja pertunjukannya, sepertinya akan seru.

CUT TO

SC. 20 EXT. ARENA SABUNG - MALAM

Para peserta sabung akan melakukan duel satu lawan satu. Mereka tidak bisa memilih lawannya karena sudah diacak oleh panitia. Akan diambil empat peserta yang menang di babak kualifikasi untuk mengikuti babak semifinal dan selanjutnya babak final.

Pak Wiro memasuki arena sabung dan menjelaskan tentang peraturan pertandingan sabung.

PAK WIRO

Pertandingan Sabung ini dibagi tiga babak. Tiap babak berlangsung tiga menit. Para pesilat dipersilakan menggunakan jurus-jurus terbaiknya. Anggota badan yang tidak boleh jadi sasaran adalah leher ke atas, dan pusar ke bawah.

CLOSE UP : Dewabrata memejamkan mata dan berdoa sebelum memulai pertandingan sabung.

DEWABRATA (VO)

Tuhan, pinjami aku kekuatan, kupasrahkan gerakan-gerakanku mengikuti alur-Mu

Sabung terbagi empat grup. Grup pertama sampai grup ketiga telah bertanding dengan apik. Semua teknik dari pukulan, tendangan, sapuan, dan tenaga dalam yang mereka miliki dikeluarkan pada pertandingan itu. Kali ini giliran grup terakhir atau grup keempat yang akan bertanding, yaitu Dewabrata dan Abiyasa.

CLOSE UP: Dewabrata menatap Abiyasa dengan penuh keyakinan. Abiyasa membetulkan letak sabuknya.

CLOSE UP : Amba tampak khawatir karena sang kakak akan melawan Dewabrata.

AMBA

Kak Abi pasti bisa! (berteriak dari tepi arena sabung)

ABIYASA

Doakan Kakak (menatap wajah Amba penuh harapan)

DEWABRATA (VO)

Jadi, lawan pertamaku adalah kakaknya Amba

Dewabrata dan Abiyasa memasuki arena sabung. Begitu pula Pak Wiro selaku wasit pertandingan.

CUT TO

SC. 21 EXT. AREA PENONTON SABUNG - MALAM

Samar-samar terdengar dari tempat penonton ada yang berbisik-bisik membicarakan Dewabrata.

PENONTON 1

Siapa pesilat muda itu? (menunjuk Dewabrata) berani-beraninya dia ikut pertandingan sabung ini. Jangan-jangan dia ingin jadi pimpinan padepokan ini, mimpi kali ah! (sinis)

PENONTON 2

Kurasa dia tidak tahu siapa yang dia hadapi, para pendekar itu pasti takkan memberi ampun pemula seperti dia

PENONTON 1

Betul sekali, aku berani bertaruh kalau anak itu akan tumbang pada babak pertama ini

CUT TO

SC. 22 EXT. ARENA SABUNG - MALAM

(CLOSE UP) Dewabrata dan Abiyasa telah berhadapan di arena sabung.

Pak Wiro berdiri di tengah arena sabung di antara Dewabrata dan Abiyasaaaa. Pak Wiro mengangkat tengannya pertanda sabung dimulai.

Dewabrata dan Abaiyasa menunjukkan gerakan-gerakan dasar bela diri pada babak pertama ini. Babak pertama berakhir seimbang. Kedua pesilat belum memberikan jurus terbaik mereka.

Babak kedua dimulai ketika Pak Wiro mengangkat tangannya. Dewabrata terlebih dahulu menyerang Abiyasa. Abiyasa terkejut dengan tendangan dari jarak dekat dan supercepat yang dilakukan Dewabrata. Abiyasa menyadari ia bahwa Dewabrata bukan tandingan yang mudah. Abiyasa mengeluarkan segala kemampuannya. Dalam babak kedua, poin Abiyasa sedikit unggul dari Dewabrata.

Abiyasa dan Dewabrata beristirahat sejenak ketika Pak Wiro memberikan mereka waktu istirahat sebelum memulai babak ketiga.

ABIYASA

(menyeka keringatnya)

Ternyata anak ini punya nyali juga, dia tidak gentar sedikit pun melawanku.

Amba menghampiri kakaknya dan memberikan sebotol air minum kepadanya. Sesekali Amba melirik Dewabrata yang sedang bersama pesilat muda lainnya.

AMBA

Aku yakin Kakak bisa mengalahkan pesilat muda itu

ABIYASA

Namanya Dewabrata

AMBA

Terserahlah siapa namanya. Kakak harus hati-hati! (menggenggam erat kedua tangan kakaknya)

ESTABLISH: Lapangan

CLOSE UP : Para dewan juri yang sibuk berdiskusi. Para peserta sabung menonton dari luar arena sabung.

Pak Wiro, Dewabrata, dan Abiyasa memasuki arena sabung. Babak ketiga dimulai

CLOSE UP: Abiyasa dan Dewabrata melakukan gerakan kembangan sambil berputar mencari celah masing-masing.

Abiyasa terlebih dahulu menyerang Dewabrata dengan dua pukulan dan satu tendangan berurutan. Dewabrata memasang kuda-kuda bertahan. Pada babak ketiga ini, Dewabrata banyak bertahan. Ia masih menyimpan tenaganya.

CUT TO

SC. 23 EXT. AREA PENONTON - MALAM

CAST : Bakhtiar 15th, Azam 17th, Zulfi 18th

Teman-teman Dewabrata sesama pesilat muda mulai beropini tentang penampilan Dewabrata di arena sabung melawan seniornya yang sekaligus putra pimpinan padepokan silat Macan Putih.

ZULFI

Dewabrata belum menunjukkan jurus-jurus andalannya

AZAM

Jurus andalan, memangnya punya?

INSERT : Abiyasa dan dewabrata saling pukul dan tendang

ZULFI

Dia punya, aku saksinya, setiap selesai latihan, Dewabrata meminta latihan tambahan dan sabung bersamaku, saat itulah dia mengeluarkan jurus-jurus andalannya

INSERT : ABIYASA MEMUKUL DEWABRATA

BAKHTIAR

Iya, aku pernah melihat Kak Zulfi dan Kak Dewa sabung. Saat itu Kak Dewa terlihat garang seperti kerasukan.

ZULFI

Tapi saat ini sepertinya dia memilih bertahan daripada menyerang

INTERCUT

SC. 24 EXT. ARENA SABUNG - MALAM

CLOSE UP: Dewabrata mengunci tendangan Abiyasa.

Abiyasa tak bisa menggerakkan kakinya hingga terjatuh. Babak ketiga berakhir. Dewabrata memenangkan pertandingan sabungnya melawan Abiyasa. Abiyasa langsung pergi dari arena sabung meninggalkan Dewabrata. Amba kecewa melihat kekalahan Abiyasa lalu menyusulnya.

Pertandingan babak semifinal dimulai. Dalam semifinal ini, Bang Gilang melawan Bang Indra, sedangkan Dewabrata melawan Bang Haris.

LONG SHOT : Di arena sabung kini bertanding Bang Gilang melawan Bang Indra.

Mereka berdua pendekar yang tidak diragukan lagi kemampuan dan kesetiannya terhadap padepokan silat Macan Putih. Mereka berdua juga pelatih yang dicintai oleh murid-muridnya.

CUT TO

SC. 25 INT. TENDA JURI - MALAM

CLOSE UP : Para juri mendiskusikan siapa yang akan lolos ke babak final.

PAK BAGAS

Kedua jagoanku saling bertanding di semifinal, lalu siapa lawan mereka di final nanti?

PAK JOKO

Aku punya firasat, tapi takkan kukatakan

PAK LUKMAN

Kalau aku tidak mau menebak siapa yang akan bertemu di final nanti, aku lebih suka menikmati alur pertandingan sabung ini

CUT TO

SC. 26 EXT. ARENA SABUNG - MALAM

Pertandingan semifinal grup pertama telah dimenangkan oleh Bang Gilang. Bang Gilang dan Bang Indra beristirahat sebentar di pinggir arena sabung. Pertandingan semifinal dilanjutkan oleh grup kedua sekaligus penentu siapakah lawan untuk Bang Gilang di final nanti.

ESTHABLISH : Lapangan

CLOSE UP : Dewabrata memasuki arena sabung. Bang Haris sudah menantinya di sana.

LONG SHOT : Pertandingan grup kedua dimulai. Sorak sorai penonton semakin ramai.

Pertandingan grup kedua berlangsung cepat. Dewabrata dengan mudah mengalahkan Bang Haris. Cidera yang masih diderita oleh Bang Haris membuatnya kurang maksimal dalam menghadapi Dewabrata.

CLOSE UP: Amba mendatangi arena sabung bersama Abiyasa lalu menghampiri Bang Gilang dan Bang Indra

AMBA

Siapa yang masuk final, Bang? (ekspresi khawatir)

BANG INDRA

Bang Gilang dan Dewabrata (raut wajah pasrah)

ABIYASA

Dewabrata? Anak kecil itu berhasil masuk final? Gak habis pikir aku! (kesal)

BANG GILANG

Apakah anak itu menginginkan jabatan sebagai pimpinan di padepokan ini? (berpikir keras) sepertinya dia punya ambisi lain

AMBA

Kenapa Bang Gilang berpikir seperti itu

BANG GILANG

Entahlah, feeling-ku saja, setelah kuperhatikan dari tadi, dari matanya tidak ada ambisi untuk mendapatkan jabatan itu

ABIYASA

Beri dia pelajaran, Bang!(menunjuk Dewabrata yang duduk tepat di hadapannya) Dia masih seorang murid, jadi pelatih pun belum layak, apalagi jadi pemimpin.

CLOSE UP: Dewabrata meminum air mineral sambil menyeka keringatnya. Dewabrata ditemani oleh Zulfi, teman seangkatannya.

CUT TO

SC. 27 INT. TENDA JURI - HAMPIR TENGAH MALAM

Para juri mendiskusikan dua finalis yang berhasil masuk ke babak final.

PAK BAGAS

Anak kecil itu berhasil masuk final, apa yang akan terjadi selanjutnya?

PAK JOKO

Firasatku benar

PAK LUKMAN

Firasat apa?

PAK BAGAS

Anak kecil itu punya ambisi lain untuk ikut sabung ini, iya kan?

PAK LUKMAN

Kita lihat saja nanti

CUT TO

SC. 28 EXT. ARENA SABUNG - TENGAH MALAM

Pertandingan final pun dimulai. Dewabrata dan Bang Gilang memasuki arena sabung diiringi oleh Pak Wiro. Amba, Abiyasa, dan Bang Indra memberi dukungan untuk Bang Gilang dari pinggir arena sabung. Zulfi, Azam, dan Bakhtiar juga memberi dukungan dari pinggir arena sabung untuk Dewabrata.

BIG CLOSE UP: Sabuk yang dikenakan Dewabrata dan Bang Gilang.

CLOSE UP: Dewabrata memejamkan matanya untuk berdoa.

DEWABRATA (VO)

Lawan terakhirku, dan aku akan memenuhi keinginan Bapak, doakan aku Pak

BANG GILANG (VO)

(membetulkan ikat rambutnya yang hampir terlepas)

Akan kuperkenalkan betapa menyenangkannya sabung itu, anak kecil! (menatap Dewabrata tajam)

Pak Wiro telah mengangkat tangannya tanda dimulainya pertandingan. Babak pertama dimulai dengan serangan cepat Bang Gilang yang tidak berhasil ditangkis oleh Dewabrata. Dewabrata kalah pada babak pertama.

Babak kedua dimulai dengan pukulan dan tendangan bertubi dari Dewabrata. Hal tersebut cukup mengejutkan Bang Gilang.

BANG GILANG (VO)

Dia masih sabuk biru tapi sudah bisa mempratikkan gerakan seperti itu

Dewabrata menyerang Bang Gilang habis-habisa hingga memaksa Bang Gilang untuk mengeluarkan kemampuan terbaiknya. Di babak kedua ini, nilai mereka seimbang.

CUT TO

SC. 29 EXT. AREA PENONTON - DINI HARI

Ketiga teman Dewabrata membicarakan tentang dirinya.

BAKHTIAR

Akhirnya aku melihat kegarangan itu lagi pada Kak Dewa. Aku sampai merinding (memegang bulu kuduknya yang berdiri)

INSERT :Dewabrata dan Bang Gilang kembali melanjutkan bertarung di babak ketiga, diawali dengan serangan tendangan Bang Gilang. Dewabrata berhasil menangkis dan membalasnya.

AZAM

Apakah kali ini Dewabrata akan kalah? Bang Gilang bukan pendekar sembarangan, ia sudah dibekali ilmu kanuragan

ZULFI

(memandang Dewabrata lekat-lekat)

Dewabrata punya tujuan lain dalam pertandingan sabung ini, dia tak mengincar jabatan pemimpin itu, dia punya ambisi lain

BAKHTIAR

Ambisi lain?

INSERT : Dewabrata mengunci tendangan Bang Gilang.

CLOSE UP : Ekspresi penonton yang dipenuhi kecemasan

ZULFI

Ya, Bakhtiar, (menatap Bakhtiar) tadi kau bilang merinding melihat kegarangan Dewabrata? Itu masih belum, (kembali menatap Dewabrata) kau akan lebih merinding bahkan tak bisa bernapas ketika kau melihat ketenangannya

INTERCUT

SC. 30 EXT. ARENA SABUNG- DINI HARI

Kali ini, Dewabrata tidak menjatuhkan Bang Gilang setelah mengunci tendangannya. Ia membiarkan Bang Gilang melepas kuncian itu.

DEWABRATA (VO)

(SLOW MOTION, sambil melangkah mundur dan mengambil kuda-kuda)

Menjadi pendekar itu bukan tentang seberapa tinggi ilmunya. Tetapi seberapa bijaksana ia mengamalkan ilmu-ilmu yang telah ia dapat

Beberapa detik kemudian, Dewabrata melakukan tendangan samping dua kali dan dan di akhiri tendangan belakang yang supercepat. Bang Gilang kehilangan keseimbangan dan terjatuh.

Pak Wiro mengangkat tangan Dewabrata. Dewabrata menjadi pemenang. Gemuruh suara penonton menyorakinya. Ada yang mengejeknya, ada yang memujinya.

Tak disangka Bang Gilang kembali bangkit lalu memukul Dewabrata hingga mengenai wajahnya. Para juri turun tangan melerai sabung di luar arena tersebut. Amba dan Abiyasa turut melerainya.

BANG GILANG

Katakan apa maumu, Dewa! Dasar licik!(wajahnya merah padam)

PAK BAGAS

(menarik tangan Bang Gilang dan menenangkannya)

Sudah cukup Gilang, sabungnya sudah selesai! (bentak Pak Bagas)

Pak Joko dan Pak Lukman mengamankan Dewabrata dari amukan Bang Gilang.

PAK LUKMAN

Bagaimana pun, Dewabrata sudah memenangkan pertandingan ini. Dan itu sah. Dia berhak mendapatkan hadiah untuk kemenangannya.

BANG GILANG

Tapi dia tidak menginginkan hadiah jabatan itu, Pak. Dia punya ambisi lain (menunjuk-nunjuk wajah Dewabrata)

ABIYASA

(mendekati Dewabrata)

Katakan apa maumu! (suaranya meninggi)

DEWABRATA

(melepaskan genggaman tangan Pak Joko dan Pak Lukman) Baiklah, karena niat saya sudah diketahui semua orang. Maka akan saya jelaskan. (menghela napas sambil memandang sekitar) Saya mengikuti sabung ini memang bukan untuk mendapatkan jabatan pimpinan itu. (diam sejenak)

PAK BAGAS

Apa tujuanmu mengikuti sabung ini, Dewa? (suaranya bergetar, berusaha mengontrol emosinya)

DEWABRATA

Saya mengikuti sabung ini untuk jadi pemenang, sehingga saya bisa mendapat hadiah yang saya inginkan

BANG GILANG

(mendekati Dewabrata) Jangan basa-basi!

PAK BAGAS

Jadi, Apa hadiah yang kamu inginkan, Dewa?

DEWABRATA

Dia (menunjuk Amba), Putri Bapak: Amba

CLOSE UP: WAJAH AMBA TIBA-TIBA MERAH PADAM

Abiyasa hendak memukul wajah Dewabrata, tetapi dengan sigap, Dewabrata menahan tangan Abiyasa sebelum menyentuh wajahnya.

CLOSE UP : Ekspresi datar Dewabrata menahan pukulan dari Abiyasa.

ABIYASA

Kau mau mengambil adikku, Ha? Takkan kubiarkan! (melepaskan tangannya dari Dewabrata)

PAK BAGAS

Lalu, setelah kau mendapatkanya?

DEWABRATA

(berusaha bangkit)

Aku akan menjodohkannya dengan Kakakku

Kali ini Amba yang memukul wajah Dewabrata. Dewabrata tak berusaha menangisnya.

AMBA

Kau pikir aku barang yang bisa diperlakukan seenaknya. Aku tidak mau!(marah)

DEWABRATA

Tapi aku telah menang, jadi aku berhak mendapatkan hadiahku, bukan?

AMBA

Aku bukan hadiah! Aku Amba bukan milik siapa-siapa, Aku adalah milik diriku sendiri!

PAK BAGAS

Tapi, dia benar, Nak! Kamu adalah hadiah yang untuknya, dia mengganti jabatan pimpinan itu dengan dirimu

AMBA

Kalau begitu mengapa tidak kau saja yang akan menikahiku, kenapa kau harus memberikanku pada kakakmu? Wahai Dewabrata?

DEWABRATA

Itu janjiku pada Bapak dan Kakakku untuk membawamu sebagai menantu di keluarga kami. Jadi kumohon ikutlah denganku! (menarik tangan Amba)

ABIYASA

Aku takkan mengizinkan! (melepas genggaman tangan Dewabrata pada tangan Amba)

AMBA

Dewabrata! Berani-beraninya kau menyentuh tanganku, aku takkan memenuhi keinginanmu dan keluargamu itu, sekarang pergi kau dari sini!

Bang Gilang dan Abiyasa menarik tangan Dewabrata dan menyeretnya keluar lapangan sabung.

BANG GILANG

Pergi kau dari sini, dan jangan menginjakkan kakimu di padepokan ini lagi, aku menyesal telah jadi pelatih silatmu! (mendorong tubuh Dewabrata)

ABIYASA

Pergi jauh dari sini! Dasar licik, pengkhianat!

CLOSE UP : Dewabrata memandang punggung Bang Gilang dan Abiyasa yang pergi meninggalkannya dengan tatapan penuh kekecewaan dan penyesalan.

FADE OUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar