Bintang SMA 106
5. Bagian 5

47.EXT. DEPAN RUMAH LARAS - SIANG

Laras dan Tama turun dari Motornya. Mereka berlari ke Teras Rumah. Mereka basah kuyup.

Laras melihat Seragamnya yang basah, ia melihat seragam Tama yang basah juga.

LARAS

Bentar, ya. Aku ambil Handuk.

Laras berjalan masuk ke dalam Rumah. Tama melihat hujan yang deras, ia melamun.

Terdengar bunyi klakson di depan Rumah Laras. Tama tersadar.

Ia melihat Mobil berwarna hitam di depan Rumah Laras. MONTIR, 20-an, turun dari Mobil dan membuka pintu, kemudian ia kembali masuk ke dalam Mobil. Mengendarai Mobil itu masuk ke Halaman Rumah Laras.

Tama memperhatikan Mobil itu, datar.

Montir itu turun, berjalan menuju Tama.

MONTIR

Pak Arif nya ada?

TAMA

Om Arifnya belum pulang, ada perlu sama Om Arif?

MONTIR

Iya, saya mau antar Mobilnya Pak Arif. Mobilnya gak di ambil-ambil sejak di antar.

TAMA

Udah berapa lama Mas?

MONTIR

Waktu Pak Arif kecelakaan. Sekitar tujuh bulan yang lalu.

TAMA

Kecelakaan?

MONTIR

Katanya tabrak tiang waktu itu. Rusak di bemper depan.

Ada jeda di antara mereka.

LARAS

Cari siapa, Mas?

MONTIR

Saya mau antar Mobil Pak Arif.

LARAS

Ayah belum pulang. Biar saya aja yang terima.

Montir memberikan Kertas dan Laras menandatanganinya. Montir itu pergi dari situ.

Laras melihat Tama yang melamun.

LARAS

Tama kamu kenapa?

TAMA

Montirnya bilang Ayah kamu kecelakaan?

Laras tidak menjawab.

TAMA

Mobil Ayah kamu gak di ambil dari tujuh bulan yang lalu.

LARAS

Waktu itu Ayah pergi keluar kota, ada kerjaan. Ayah nabrak tiang. Gak luka. Aku lupa bilang sama kamu.

TAMA

Tujuh bulan itu waktu Tio meninggal.

Ada jeda di antara mereka.

LARAS

Kamu mau mandi? aku ambilin handuk.

Laras berjalan masuk --

TAMA

(memegang Laras)
Roni bilang ke aku kamu tahu siapa saksi yang nabrak Karina dan orang yang tusuk Tio. Orang yang sebenarnya.

Laras tidak menjawab, ia tersenyum canggung --

TAMA

Apa yang kamu soal Tio, Laras?

Laras mencoba melepaskan Tangan Tama, tapi tidak bisa.

TAMA

Kasih tahu aku Laras.

LARAS

Tama, lepasin tangan kamu
(mencoba melepas)
Tangan aku sakit, Tama --

TAMA

(dingin)
Kasih tahu aku Laras.

LARAS

(mencoba melepas)
Sakit Tama, lepasin --

TAMA

KASIH TAHU AKU LARAS!!

Laras terkejut mendengarnya.

Tama menyadarinya, dengan cepat ia melepaskan cengkramannya. Nafasnya menjadi tidak beraturan.

Laras menahan tangisnya, memegang tangannya.

48.INT. RUANG KERJA - KARAOKE - SIANG

Karina duduk di Kursi itu. Astrid berada di depannya.

ASTRID

Kakak tahu siapa orang yang kalian cari.

Karina tidak menjawab, ia hanya diam.

ASTRID

Kakak minta maaf. Harusnya Kakak kasih tahu kamu lebih awal.

KARINA

Siapa, Kak?

ASTRID

Kakak sendiri.

Karina melihat Astrid, dingin.

49.INT. KAMAR LARAS - RUMAH LARAS - SIANG

Bungkusan Putih itu terbuka, di dalamnya ada Pisau, terlihat ada Darah di sekitar Mata Pisaunya, sudah kering.

Tama melihat benda itu, dingin.

Laras berada di depannya, menunduk.

TAMA

Apa yang di bilang Roni bener.

Laras tidak menjawab, ia hanya diam.

TAMA

Kamu tahu semuanya dari awal, Laras.

Laras masih diam.

TAMA

Baby, lihat aku.

Laras melihat Tama, matanya berair.

LARAS

Ayah yang tusuk Tio...

TAMA

Yang tabrak Karina?

TAMA

Ayah juga...

Ada jeda di antara mereka.

LARAS

Bantu aku Tama...

Tama melihat Laras, datar.

TAMA

Aku harus tahu ceritanya dari awal.

Tama mengusap wajah Laras. Laras menahan tangisnya.

CUT TO:

FLASHBACK SCENE --

50.INT. KAMAR LARAS - RUMAH LARAS - MALAM

Laras sedang tertidur, cahaya bergerak di dalam Kamar Laras. Terdengar suara Mobil masuk ke dalam halaman.

Terdengar suara pintu yang tertutup. Laras terbangun dari tidurnya, ia melihat sekitar.

51.INT. RUANG TENGAH - RUMAH LARAS - MALAM

Arif berjalan cepat ke dalam Rumah, Astrid berada di belakangnya, wajah mereka pucat.

Arif memencet handphonenya dan menempelkannya di telinga.

ARIF

Sabar, kamu ke rumah sekarang. Ada masalah.

Astrid hanya berdiri, terpaku, pucat.

ARIF

Gak ada masalah, gak ada masalah. Semua bisa di selesaiin, semua bisa di selesaiin.

ASTRID

Apa dia... mati...

Arif melihat Astrid --

ARIF

Dia gak mati, pasti ada orang yang tolongin dia.

ASTRID

Dan anak yang kamu tabrak?

ARIF

Pasti ada yang tolongin mereka, percaya, pasti ada yang tolongin mereka. Iya, iya, pasti ada.

Arif berbicara dengan dirinya sendiri. Astrid hanya diam, masih terpaku.

ARIF

Kamu jangan kasih tahu siapa-siapa, Astrid. Atau kita bisa hancur.

Astrid tidak menjawab, ia hanya diam.

ARIF

Astrid dengarin aku, kamu jangan kasih tahu siapa-siapa soal ini.

Astrid masih tidak menjawab, ia hanya diam.

ARIF

ASTRID!! KAMU DENGAR AKU!! JANGAN KASIH TAHU SIAPA-SIAPA!!

ASTRID

SOAL KAMU TUSUK DAN NABRAK ORANG?!

ARIF

ASTRID!! KAMU JANGAN ANCAM AKU, ATAU KAMU BISA HANCUR!!

Laras yang berada di balik tangga, hanya bisa diam. Ia terkejut mendengarnya. Wajahnya pucat. Ia kehilangan pijakannya, ia bersandar ke dinding, menutup mulutnya.

ASTRID

Mereka masih anak sekolah, Mas. Mungkin seumuran dengan Laras.

ARIF

Jangan sampai Laras tahu soal ini, apapun itu. Atau dia gak bisa maafin aku sampai kapanpun.

Sabar masuk ke dalam Rumah.

ARIF

Sabar, kamu harus bantu saya.

SABAR

Ceritakan semuanya, Pak.

Laras hanya diam di tempatnya, melihat ke arah depannya, kosong.

CUT TO:

52.EXT. SAMPING RUMAH - RUMAH LARAS - MALAM

Sabar menutup lubang yang berisi Bungkusan Putih itu dengan tanah. Menginjaknya dengan kaki, menjadikannya rata kembali seperti semula.

Sabar membawa Cangkul itu pergi dari tempat itu.

53.INT. RUANG TENGAH - RUMAH LARAS - MALAM

Sabar, Arif dan Astrid berada di Ruang Tamu.

ARIF

Saya harus cari cara menutup jejak saya di sana, Sabar.

SABAR

Siapa saja yang tahu masalah ini?

ARIF

Hanya kita bertiga.

Sabar melihat Astrid --

SABAR

Kamu gak kasih tahu siapa-siapa?

ASTRID

Gak, saya gak kasih tahu siapa-siapa.

SABAR

Kondisi dua orang yang di tempat kejadian?

ASTRID

Dua-duanya gak bergerak sama sekali.

Ada jeda di antara mereka.

SABAR

Saya mau Bapak ikut semua yang saya suruh. Sekarang saya mau Bapak telepon Pak Agung sekarang.

Arif memencet sesuatu di Handphonenya dan menempelkannya di telinga.

ARIF

Halo, Pak Agung. Ini saya Arif.

CUT TO:

54.EXT. DEPAN RUMAH RONALD - SIANG

Mobil Arif terparkir di depan Mobil. Ronald sedang melihat Mobil Arif. Arif berdiri di sebelahnya.

RONALD

Gak terlalu parah, Pak. Saya bisa perbaiki di sini, tapi Bapak tetap bawa Mobil ini ke Bengkel besar.

Arif mengangguk. Ronald mulai memperbaiki Mobil itu.

ARIF

Ibu kamu gimana?

RONALD

Ada perubahan, Pak. Tapi harus tetap kontrol setiap bulan.

ARIF

Kamu masih mau jadi supir saya? Ibu kamu bukan masalah lagi.

RONALD

Tapi saya harus tetap di rumah, Pak. Kalau ada apa-apa. Roni masih sekolah.

ARIF

Masalah kamu ada tetap sama, Ronald. Ibu kamu butuh biaya buat Rumah Sakit. Adik kamu butuh biaya buat sekolah.

Ronald melihat Arif.

ARIF

Saya suka kerja sama kamu.

RONALD

Saya belum kepikiran buat balik lagi, Pak.

ARIF

Oke, saya paham. Tapi kalau butuh apa-apa kasih tahu saya.

RONALD

Kalau Bapak butuh apa-apa soal Mobil kabarin saya.

CUT TO:

55.EXT. DEPAN RUMAH RONALD - SIANG

Arif dan Ronald berada di Teras Rumah Ronald. Tak jauh dari mereka ada Sabar.

ARIF

Kamu hanya harus gantiin saya di dalam. Saya jamin semua kehidupan keluarga kamu.

Ronald tidak menjawab, ia hanya diam.

ARIF

Ini jalan keluar buat masalah kamu. Kamu gak mau Roni putus sekolah, kan?

Ronald melihat Arif, kemudian melihat Sabar.

ARIF

Kamu juga butuh biaya buat Ibu kamu, kan?

RONALD

Alasan Bapak minta tolong saya?

ARIF

Karena kamu orang baik. Kamu akan lakukan apapun demi keluarga kamu. Sama saat seperti kamu jadi supir saya dulu.

SABAR

Kamu tidak perlu khawatir tentang mereka.

ARIF

Saya akan bebaskan kamu dalam beberapa bulan, tenang saja.

Ronald melihat Arif, datar.

56.INT. RUANG KERJA AGUNG - KANTOR POLISI - SIANG

Agung meletakan Dokumen di depan Arif dan Sabar.

AGUNG

Semuanya sudah di bereskan. Bapak jangan khawatir.

ARIF

Terimakasih, Pak.

AGUNG

Bapak masih bisa tetap di DPRD. Mereka akan percaya apa yang di bilang Polisi.

ARIF

Itu yang saya harapkan.

AGUNG

Ada satu hal yang mau saya tanyakan. Barang buktinya? Mobil dan Pisau?

SABAR

Pisaunya sudah saya tanam di samping rumah. Tidak ada yang tahu. Mobilnya sudah di bengkel.

AGUNG

Saya sarankan Bapak ganti Mobil, dan Mobil di jual atau biarkan begitu saja. Untuk menutup jejak Bapak.

Agung dan Arif meminum Teh. Sabar melihat mereka berdua.

57.INT. RUANG TENGAH - RUMAH LARAS - SIANG

Sugeng sedang bertelepon --

SUGENG

Saya tidak berkomentar soal itu, yang bisa saya sampaikan adalah Tio ada murid yang nakal dan tidak aktif di sekolah.
(mendengarkan)
Dia pernah membuat masalah dengan beberapa temannya di sekolah. Bukti? saya akan berikan anda bukti, tapi bukannya itu jadi judul yang bagus buat berita kalian?
(mendengarkan)
Baik, saya akan berikan bukti kepada kalian.

Sugeng mematikan Handphonenya.

Di depannya ada Arif dan Sabar yang melihat Sugeng.

ARIF

Bagaimana Bapak bisa kasih bukti ke mereka?

SUGENG

Itu menjadi urusan saya. Yang penting saya dapat bagian saya.

ARIF

Kalau itu pasti, Pak. Terimakasih atas bantuannya.

SUGENG

Tidak masalah, Tio juga bawa pengaruh buruk buat Tama.

58.EXT. SAMPING RUMAH - RUMAH LARAS - SIANG

Laras memegang bungkusan Putih di tangannya. Ia melihatnya, datar.

Ia membuka bungkusan putih, itu. Sebuah Pisau dengan darah yang sudah mengering. Laras melihatnya, datar.

Ia menutup bungkusan itu dan meletakannya di samping.

Laras menutup Lubang yang terbuka itu dengan tanah lagi. Seperti semula.

KEMBALI KE MASA SEKARANG --

59.INT. KAMAR LARAS - RUMAH LARAS - SIANG

Laras dan Tama hanya diam, mereka melihat bungkusan putih itu.

LARAS

Maafin aku Tama.

TAMA

Harusnya kamu minta maaf sama Tio, bukan aku. Karina juga.

Ada jeda di antara mereka.

TAMA

Kenapa kamu gak jujur sama aku?

LARAS

Aku gak bisa.

TAMA

Kenapa?

LARAS

Karena kamu temannya Tio. Dan sekarang ada Karina.

TAMA

Laras, Tio teman aku dan Karina juga ikut di dalamnya.

LARAS

Karena itu aku gak mau kamu ikut campur urusan dia.

TAMA

Oh, baby. Jangan gini.

LARAS

Aku mohon, jangan ikut campur lagi urusan mereka.

TAMA

Aku gak bisa, Laras. Aku udah janji sama Karina.

LARAS

Lakuin ini demi aku.

TAMA

Oh, baby... Laras aku mohon jangan.

Laras menunduk. Ia menangis, pelan.

TAMA

Jangan bikin aku dalam posisi sulit.

LARAS

Aku gak tahu lagi harus minta tolong siapa.

TAMA

Dan aku juga gak bisa...

LARAS

Aku mohon Tama...

Ada jeda di antara mereka.

LARAS

Cuma Ayah yang aku punya...

Tama mendekati Laras, ia memeluknya. Laras menangis, tidak bersuara.

Mereka hanya berpelukan, Laras menangis. Tama menahan tangisnya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar