Bintang SMA 104
6. Bagian 6
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUANG KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI

Karim dan Septia berdiri di depan Sugeng.

SUGENG

Saya tahu apa yang terjadi di sini, Karim.

KARIM

Karena itu Bapak izinkan saya kembali ke Sekolah?

SUGENG

Saya harus terlihat baik di hadapan murid-murid. Ini juga hal yang baik untuk kamu dan Septia.

SEPTIA

Saya tidak butuh hal seperti ini, Pak.

SUGENG

Tapi saya butuh dan kalian tidak bisa apa-apa untuk melawan saya lagi. Apa yang anak-anak itu lakukan hal menguap begitu saja.

KARIM

Dan Bapak Suparman yang korban?

SUGENG

Dia bendahara sekolah. Sedikit banyak dia pasti memakai dana sekolah untuk pribadi.

Ada jeda di antara mereka.

SUGENG

Jadi saya minta, jangan ada lagi hal seperti ini. Ini yang akan terjadi kalau kalian mencoba sistem pendidikan yang sudah ada.

Karim dan Septia hanya diam. Sugeng tersenyum melihat mereka, puas.

INT. RUANG KONSELING - SEKOLAH - PAGI

Karim dan Septia duduk di Kursi, mereka memegang Gelas Kopi mereka masing-masing.

SEPTIA

Jadi sekarang apa yang harus kita lakukan, Pak?

KARIM

Tapi kita tahu itu semua permainan Kepala Sekolah. Kita ikuti dulu.

SEPTIA

Terus?

KARIM

Saya yakin masih banyak masalah dalam Sekolah ini. Kita hanya perlu cari dengan hati-hati. Jangan sampai ketahuan sama siapapun. Termasuk anak-anak.

SEPTIA

Bapak masih mau cari masalah lagi?

KARIM

Saya bukan mau cari masalah lagi, saya mau menyelesaikan masalah yang belum selesai.

SEPTIA

Apa Bapak yakin? Setelah semua usaha kita gagal.

KARIM

Kalau kita gak menyelesaikan masalah ini. Semua usaha anak-anak sia-sia.

Septia melihat Karim.

SEPTIA

Saya bantu Bapak. Tapi Bapak jangan lakuin semuanya sendiri, ada saya sekarang.

KARIM

Makasih, Bu.

SEPTIA

Saya serius, Pak. Dan tolong kasih tahu saya kalau ada apa-apa, sekecil apapun itu.

KARIM

Sekecil apapun?

SEPTIA

Iya. Karena saya peduli sama Bapak.

Karim melihat Septia, terkejut. Septia melihat Karim, serius.

Karim tersenyum, Septia juga membalasnya. Mereka meminum Kopi mereka, dalam diam.

EXT. LAPANGAN - SEKOLAH - SIANG

Tiwi dan Harris berada di Lapangan. Tiwi sedang bermain Mobile Game dan Harris sedang membaca buku. Sesaat Harris melihat Tiwi yang sedang bermain.

HARRIS

Kamu suka main Mobile Game?

TIWI

AWAS! TANK TANK TANKNYA MANA! AHHH!

Harris melihat Tiwi yang menghela nafasnya.

TIWI

Kamu bilang apa?

HARRIS

(memberikan air mineral)
Bukan apa-apa.

Tiwi mengambil dan meminumnya. Sesaat ia melihat Handphonenya.

TIWI

Tank sama Supportnya gak ada yang bener.

Harris meletakan Bukunya, melihat Tiwi.

TIWI

Midlanenya hancur. Percuma.

HARRIS

Aku gak ngerti sama sekali kamu ngomong apa.

TIWI

Itu tentang Mobil Game ini. Kamu gak main?

Harris menggeleng.

TIWI

Jadi kamu main apa?

HARRIS

Aku besar dengan Console. Aku cuma pernah main sekali.

TIWI

Emang ada orang yang gak suka Mobile Game.

HARRIS

Rank kamu apa?

TIWI

Legend I...

HARRIS

Bukannya itu tinggi, kan? Setahu aku banyak pro di situ?

TIWI

Kebanyakan pro player yang baru mulai debutnya. Kamu bilang gak tahu?

HARRIS

Aku pernah baca penjelasannya. Gak lebih. Kalau kamu sejago itu, kamu pernah mikir buat jadi pro player?

Tiwi tertawa mendengarnya.

HARRIS

Bukannya sekarang banyak tim? atau kamu memang gak pernah kepikiran?

TIWI

Jadi pro player gak gampang, Harris. Aku harus bersaing sama ribuan orang. Banyak dari mereka yang lebih jago dari aku.

HARRIS

Percaya aku, Tiwi. Kalau kamu serius aku yakin kamu bisa ngalahin mereka. Memang gak gampang.

Ada jeda di antara mereka.

TIWI

Makasih. Kamu mau ikut aku pas pulang?

Harris melihat Tiwi, tidak menjawab.

TIWI

Aku mau nunjukin sesuatu sama kamu.

EXT. KORIDOR - SEKOLAH - PAGI

Sugeng berjalan di Koridor, Murid-murid tersenyum kepadanya, satu dua Murid ada yang menyalaminya.

Di depannya ada Tama, Sugeng berhenti, mereka saling melihat, datar.

Tak jauh dari mereka, Karina dan Pram melihat mereka berdua.

Tama dan Sugeng berjalan ke belakang sekolah bersama-sama.

Karina menyikut pelan Pram, mereka saling melihat. Pram menggeleng, tapi Karina berjalan mengikuti mereka. Pram melihat Karina, menghela nafas. Pram berjalan mengikuitnya.

EXT. BELAKANG SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI

Sugeng melihat sekitar, Tama berada di belakangnya.

TAMA

Kenapa Ayah gak mau tanggung jawab?

SUGENG

Kamu dengar sendiri, Ayah gak ada hubungannya sama kasus korupsi.

TAMA

Tapi Ayah tahu itu semua cuma cara Ayah lari dari masalah ini.

Sugeng melihat Tama, datar.

Pram dan Karina berada di balik dinding Kelas tak jauh dari mereka. Mendengarkan percakapan mereka sambil mengintip.

SUGENG

Kamu lihat sendiri semua Orang percaya sama Ayah. Tak ada yang bisa kamu lakukan lagi.

TAMA

Walaupun semua orang percaya, tapi Tama gak.

TAMA

Ayah harus tanggung jawab. Kalau perlu Tama sendiri yang bilang semua orang di Sekolah.

SUGENG

Tapi tak ada orang yang percaya sama kamu.

TAMA

Tidak kalau Tama sendiri yang kasih tahu mereka --

PLAAAK --

Sugeng menampar Tama, kencang. Sugeng melihat Tama, emosi. Tama tidak melawannya, ia hanya diam.

Karina terkejut melihatnya, ia melihat Pram. Pram hanya melihat kejadian itu, datar.

SUGENG

Kamu berani laporin Ayah kamu sendiri. Kurang aja kamu, Tama.

TAMA

Tama gak peduli, kalau perlu Tama laporin Ayah lagi --

Sugeng melayangkan Tangannya lagi menuju Tama --

KARINA

Tama --

Sugeng dan Tama melihat Karina yang berlari menuju mereka. Mereka berusaha menutupi apa yang terjadi.

KARINA

Aku cariin kamu kemana-mana. Aku mau pinjam catatan kamu.

Karina melihat Sugeng, dengan cepat ia menyalaminya. Sugeng melihat sekitar, dengan cepat ia berjalan pergi dari situ.

Sugeng bertemu Pram, ia hanya menunduk.

Tama melihat Pram yang berjalan ke arah mereka. Karina melihat Tama, cemas.

Pram berdiri di sebelah Karina, mereka tidak bicara.

KARINA

Kalian mau ke Kantin? Aku lapar. Pram katanya mau bayarin.

Pram yang melihat Karina, tidak percaya. Karina memainkan matanya, Pram mengerti.

PRAM

Iya, kalau kalian mau.

Tama melihat mereka, datar.

TAMA

Iya, makasih.

Mereka bertiga berjalan dari situ. Karina melihat Tama, cemas. Sedangkan Pram melihat Karina yang melihat Tama, datar.

EXT. KANTIN - SEKOLAH - PAGI

Karina memakan jajanannya di Meja Kantin. Tama hanya melihat jajanannya, datar. Karina menyadarinya.

KARINA

Tapi apa yang kita lakuin gak sia-sia juga.

Tama tersenyum mendengarnya.

TAMA

Makasih udah bantuiin aku, Karin. Beneran.

KARINA

Sama-sama, Pram juga bantu juga kan.

Tama melihat Pram, canggung.

TAMA

...Makasih.

PRAM

...Iya.

Karina tersenyum melihat keduanya.

KARINA

Walaupun masalah ini selesai gak sesuai harapan kita, tapi Pak Karim udah balik ke Sekolah lagi. Kita ambil sisi positifnya.

TAMA

Gara-gara masalah ini, kita lupa cari tahu masalah kamu.

KARINA

Soal itu, aku udah bicara sama Roni. Masih belum ada jawaban dari dia. Aku juga mau bicara sama Ronald, pasti aku nemuin jawaban dari sana.

TAMA

Kabarin aku, aku pasti bantuiin.

KARINA

Oh, ya itu harus. Kamu udah janji sama kamu. Pram juga, awas kalau kalian berhenti di tengah jalan.
(mengepalkan tangan)
Habis kalian.

Tama terkejut melihat Karina yang berubah serius.

KARINA

Gak cocok kan aku serius, kayak gak menyakinkan gitu.

TAMA

Sebenarnya kamu cocok kayak gitu. Cowok-cowok pasti takut.

KARINA

Oh, ya. Tapi Rosa bilang gak cocok sama aku.

TAMA

Mungkin dia bohongin kamu.

KARINA

Dasar.

Mereka berdua tertawa bersama. Pram melihat mereka berdua, datar.

EXT. DEPAN RUMAH KARINA - SORE

Karina turun dari Motor Pram dan memberikan Helm kepada Pram. Pram mengambil Helm dan melihat Karina, datar.

PRAM

Kalau kamu suka Tama, lebih baik jangan.

Karina terkejut mendengarnya, melihat Pram.

PRAM

Kenapa kaget?

KARINA

Wajar kalau aku terkaget-kaget dengar pertanyaan kamu. Tiba-tiba aja no rain no wind kamu bilang gitu.

PRAM

Bukannya wajar aku tanya gitu, lihat kamu khawatir sama Tama.

KARINA

Wajar kan kalau aku khawatir sama Tama, dia bantuiin aku, sekarang aku bantuiin dia.

Pram tidak menjawab, ia hanya diam.

KARINA

Terus kamu kenapa tiba-tiba kayak gitu?

Pram tidak menjawab, ia hanya diam.

KARINA

Kamu cemburu kalau aku khawatir sama Tama?

Pram masih tidak menjawab, ia hanya diam.

KARINA

Jangan bilang kamu suka sama aku.

Pram melihat Karina, datar.

KARINA

Bilang aja iya, kamu pasti malu kan mau ngaku.

Pram masih melihat Karina datar. Kepercayaan diri Karina semakin tinggi, ia mengibaskan Rambutnya ke belakang, kemudian merapikan rambutnya ke belakang telinganya.

KARINA

Bukannya aku gak terima kamu. Sayangnya kamu harus bersaing sama orang banyak buat jadi pacar aku.

PRAM

Aku cuma kasih tahu kamu, kamunya yang ge er. Masih banyak cewek yang lebih cantik dari kamu.

Karina terkejut mendengarnya, mulutnya terbuka, tidak percaya.

KARINA

Apa Kamu bilang? Masih banyak cewek yang lebih cantik dari aku? Percaya aku, memang banyak cewek yang lebih cantik dari aku, tapi cuma satu cewek kayak aku di dunia ini.

PRAM

Dan kenapa kamu bisa ngomong gitu?

KARINA

Karena di Dunia cuma ada satu cewek yang namanya Karina Hartono dengan segala kekurangan dan kelebihan yang dia punya.

Pram melihat Karina, lama sekali.

Karina tersenyum dengan kata-katanya sendiri, berbangga diri, mengepalkan tangannya. Ia melihat Pram yang melihat dirinya, lekat-lekat.

KARINA

Pram, Pram? Kamu kenapa lihat aku serius banget?

Pram tersadar, ia tidak menjawab.

KARINA

Kamu beneran suka sama aku?

Ada jeda di antara mereka.

PRAM

Aku pulang.

Karina hanya melihat Pram, suasana menjadi canggung.

KARINA

...Hati-hati.

RONI (O.S)

Karin.

Karina dan Pram melihat ke arah sumber suara itu.

Roni berdiri tak jauh dari mereka.

RONI

Apa yang kamu bilang itu benar. Ronald memang bukan orang yang tusuk Tio.

Karina melihat Roni datar.

FADE OUT.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar