Bintang SMA 104
5. Bagian 5
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. DEPAN RUANG KERJA KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI

Septia berdiri, di depannya ada Tama, Karina dan Pram.

SEPTIA

Masalah ini jadi tanggung jawab Ibu. Kalian jangan ikut campur lagi.

Mereka hanya diam, tidak menjawab.

SEPTIA

Kepala Sekolah tahu ini serius, dia pasti pertimbangin ini.

Septia berjalan melewati mereka. Mereka hanya melihatnya, datar.

KARINA

Masalah ini tambah rumit, bukan selesai.

PRAM

Kemungkinan kayak gitu, dan kita yang jadi penyebabnya.

Tama melihat ke arah pintu ruang kerja Kepala Sekolah, dingin.

Ia berjalan dengan cepat dan masuk ke dalam. Karina ingin menyusulnya, tapi di tahan Pram, sesaat ia melihatnya.

PRAM

Jangan, ini bukan masalah kamu.

KARINA

Tapi aku udah ikut campur.

Pram melihat Karina, datar. Ia menggeleng. Karina hanya diam di tempatnya.

INT. RUANG KERJA KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI

Tama berjalan dengan cepat menuju Kepala Sekolah. Ia berdiri melihatnya, dingin.

TAMA

Yang sebarin Selembaran ini Tama. Bukan Bu Septia.

SUGENG

Ayah tahu kamu yang lakuin.

TAMA

Kalau gitu Ayah tahu Tama serius.

SUGENG

Tapi apa ada yang percaya sama Anak-anak? Kamu cuma di anggap iseng sebarin semua ini, mungkin ini cuma di anggap hoax.

Ada jeda di antara mereka.

SUGENG

Kamu mau main-main sama Ayah? Oke, Ayah ikut permainan kamu.

TAMA

Ayah sadar apa yang Ayah lakuin?

SUGENG

Sadar, karena apa yang Ayah lakukan ini demi kamu.

TAMA

Alasan klise.

Sugeng tersenyum mendengarnya.

TAMA

Ayah tanggung jawab sama perbuatan Ayah, balikin Pak Karim ke sekolah.

Tama berjalan keluar dari Ruangan itu. Senyuman Sugeng perlahan hilang, menjadi datar.

EXT. TEMPAT PARKIR MOTOR - SEKOLAH - SIANG

Sekolah sudah sepi, hanya tersisa beberapa Motor saja di Tempat Parkir.

Tama berjalan menujur Motornya, namun ia berhenti. Ia melihat ke depannya, datar.

Karim berdiri di depannya, melihatnya, tersenyum.

INT. RESTORAN CEPAT SAJI - SIANG

Karim dan Tama memakan makanan mereka di sana, dalam diam.

KARIM

Bapak dengar masalah di Sekolah.

Tama hanya diam, melanjutkan makannya.

KARIM

Kalau kamu anggap Bapak mau nahan kamu biar gak lanjutin apa yang kamu lakuin, kamu salah.

Tama berhenti makan, ia melihat Tama.

KARIM

Kalau kamu yakin apa yang kamu lakukan, lanjutkan.

Ada jeda di antara mereka.

KARIM

Karena Bapak gak bisa jadi contoh yang baik makanya kamu maju. Bapak minta maaf.

TAMA

Bapak gak salah, Kepala Sekolah yang salah.

KARIM

Bapak berharap punya keberanian kayak kamu, Tama.

Tama tidak menjawab, ia hanya diam.

KARIM

Bapak tahu kamu takut, tapi Bapak ada di sini, bantuin kamu. Jangan pernah berpikir kamu sendirian.

Tama menunduk, membersihkan sesuatu di Matanya. Karim menepuk Pundaknya, pelan.

MONTAGE BEGIN:

EXT. LAPANGAN - SEKOLAH - PAGI

Anak-anak berbaris di Lapangan. Upacara sedang berlansung dan sudah masuk ke dalam bagian Amanat Pemimpin Upacara. Sugeng berbicara di depan Mikrofon.

SUGENG

Setelah apa yang terjad beberapa hari belakangan ini. Saya tidak takut dengan pihak yang menyebarkan informasi palsu itu, justru saya akan menantang pihak itu untuk menunjukkan dirinya dan memberikan informasi itu secara langsung di depan umum.

Karina yang berbaris di Barisannya melihat Tama yang berdiri paling depan, datar. Kemudian ia melihat Pram yang berdiri tak jauh darinya, yang juga melihat dirinya, datar.

INT. RUANG GURU - SEKOLAH - PAGI

Septia berdiri, ia melihat Sugeng yang berbicara dengan Guru-guru lainnya, mereka tertawa bersama.

Sugeng melewati Septia, sesaat ia melihatnya datar. Septia melihantnya, datar, ia menundukan Kepalanya, memberikan hormat.

EXT. KORIDOR - SEKOLAH - PAGI

Karina dan Pram berjalan di Koridor, mereka melihat Selebaran-selebaran yang berada di Tempat Sampah, berserakan. Ada yang di robek, ada yang di bentuk-bentuk menjadi pesawat dan perahu.

Mereka melihatnya menjadi datar.

Pram melihat sekitar, Murid-murid sudah menjadi biasa, tidak peduli dengan Kertas-kertas itu. Melewatinya begitu saja.

INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI

Anak-anak menjadi seperti biasanya, tidak ada kejadian apa-apa. Mereka sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Karina melihat sekitar Kelasnya. Sesaat ia melihat Tama yang melihat dirinya, ia tersenyum kecil dan di balas Tama.

Tama juga melihat sekitarnya, Laras berada di sebelahnya.

LARAS

Lihat kan, semua orang udah gak peduli sama selebaran itu. Berati itu bohong, orang yang sebarin juga gak berani muncul.

Tama hanya melihat Laras, datar. Kemudian ia berdiri dan berjalan meninggalkan Kelas.

Laras melihat Tama, datar.

INT. RUANG TENGAH - RUMAH TAMA - SORE

Tama berjalan masuk ke dalam, ia melihat Sugeng yang sedang bersantai bersama Yuli, mereka melihat Tama.

SUGENG

Apa yang kamu lakuin tidak ada artinya lagi, Tama. Orang-orang akan anggap masalah ini seperti angin lalu. Tak ada yang berubah. Kalian-kalian ini cuma pengecut yang bisa lempar batu sembunyi tangan.

Tama tidak menjawab, ia hanya diam. Ia berjalan ke arah kamarnya dan menutup pintu.

EXT. TEMPAT SAMPAH SEKOLAH - SEKOLAH - SORE

PETUGAS KEBERSIHAN, 30-an, menuangkan isi Tong Sampah ke tumpukan Sampah-sampah. Banyak di antaranya Kertas-kertas Selebaran itu.

Ia mengeluarkan Korek Api dan membakar Satu Kertas itu dan melemparkan ke tumpukan sampah kertas itu. Membuat Api merambat ke kertas-kertas yang lain dan membuat api menjadi lebih besar. Petugas Kebersihan itu pergi dari tempat itu.

Selebaran itu dalam sekejap menjadi Abu.

BACK TO SCENE:

INT. BELAKANG SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI

Karina, Pram dan Tama duduk di Kursi-kursi bekas.

KARINA

Ini udah hampir seminggu, masih belum ada perubahan juga.

PRAM

Kepala Sekolah gak takut sama ancaman kamu, Tama.

KARINA

Sebelum masalah ini hilang gitu aja, kita harus cari cara lain.

TAMA

Sayangnya aku gak punya rencana lagi.

KARINA

Udah saatnya kita pakai rencana Pram.

Karina dan Tama melihat Pram.

PRAM

Rencana kita gak jauh beda dari kamu, bedanya kali ini orang-orang di luar Sekolah harus tahu.

Mereka saling melihat, yakin.

EXT. CAFE - SIANG

Cafe itu tidak terlalu ramai. Pram, Karina dan Tama duduk di Kursi-kursi Cafe, melihat sekitar.

Dedi berjalan mendekati mereka, dengan menggunakan Seragam Polisi, ia menyalami mereka satu persatu.

CUT TO:

Dedi membaca Dokumen-dokumen, satu persatu, lekat-lekat. Kemudian ia meletakannya di atas Meja.

DEDI

Kalian serius?

TAMA

Kami serius Mas.

Dedi melihat mereka satu persatu.

DEDI

Pertama, Mas gak bisa bikin laporan gitu aja. Kedua, kalian yang harus datang ke Kantor Polisi dan bikin laporan.

TAMA

Aku bisa kesana Mas sekarang.

Ada jeda di antara mereka.

DEDI

Oke, lebih baik Tama yang ke kantor sekarang. Yang lain bisa pulang.

TAMA

Kamu pulang Karina, kalau orang-orang tahu kamu ikut campur. Kamu bisa kena masalah.

Karina melihat Tama, ia mengangguk.

EXT. DEPAN CAFE - SORE

Karina memegang Helm, ia melihat ke arah jalan. Pram sudah berada di Motor, melihat Karina.

PRAM

Kamu gak pulang, Karin?

Karina tersadar, ia melihat Pram.

KARINA

Apa gak apa-apa kita pulang?

PRAM

Kamu dengar sendiri Mas Dedi bilang apa.

KARINA

Tapi, Tama --

PRAM

Kita percayaiin aja sama Mas Dedi. Dia orangnya bisa di percaya.

Karina terdiam, ia masih melihat ke arah Cafe. Pram sudah berjala menuju Motor.

KARINA

Pram.

Pram berhenti, ia melihat Karina.

KARINA

Aku gak bisa biarin Tama laporin Orang Tuanya sendiri. Kita harus cari cara lain.

Pram tidak menjawab, ia melihat Karina, lekat-lekat.

KARINA

Kita gak bisa biarina Tama, Pram. Dan aku gak tahu lagi harus ngapain, sumpah.

Pram mengeluarkan Handphonenya dan memencet sesuatu di sana dan menempelkannya di telinga.

PRAM

Halo, Pak, ini saya. Saya bisa minta tolong, Pak? Kami gak tahu lagi harus ngapain sekarang.

Karina hanya melihat Pram berbicara melalui Handphone.

INT. KANTOR POLISI - SORE

Tama dan Dedi berjalan masuk ke dalam Kantor Polisi. Tama berhenti, ia melihat ke arah depannya, terkejut --

Karim berdiri tak jauh dari Tama, melihat dirinya.

KARIM

Bapak tahu cepat atau lambat kamu pasti lakuin ini.

Tama tidak menjawab, ia hanya diam.

KARIM

Biar saya yang buat laporannya, Pak.

Tama hanya diam, tidak menjawab. Dedi sesaat melihat Tama, kemudian Karim.

DEDI

Itu lebih baik, Bapak bisa ikut saya sekarang.

Karim dan Dedi berjalan masuk. Tama sendirian di tempatnya.

INT. RUANG KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI

Sugeng sedang mengerjakan kerjaannya di Meja Kerjanya.

Pintu di buka dan DUA LAKI-LAKI, POLISI, dengan Pakaian Kasual muncul dari sana.

POLISI SATU (O.S)

Sugeng Cahyono. Anda di tuduh melakukan korupsi dana bantuan operasional sekolah. Kami akan bawa anda ke kantor Polisi sekarang.

Sugeng hanya melihat datar mereka.

POLISI SATU

Anda bisa menjelaskan semuanya di Kantor.

Sugeng berdiri dan berjalan keluar bersama Dua Polisi itu.

Dari balik Pintu, Staf-staf Sekolah melihat, tidak percaya dengan kejadian itu.

EXT. DEPAN RUANG GURU - SEKOLAH - PAGI

Murid-murid berkumpul di depan Ruang Guru, berdesakan, melihat kejadian itu.

Karina dan Pram berada di antara mereka, melihat Sugeng yang di kawal Dua Polisi keluar dari Ruang Guru.

Tama berada di depan pintu Ruang Guru. Sugeng keluar dari Ruang Guru, sesaat mereka saling melihat, datar. Ia berlalu pergi begitu saja.

Sugeng melihat Murid-murid dan Guru-guru yang berkumpul.

SUGENG

Tidak perlu khawatir, saya cuma di mintai keterangan. Percaya saya, saya tidak melakukan seperti yang di tuduhkan.

Sugeng melewati mereka dan masuk ke dalam Mobil. Murid-murid masih mengerumuni Mobil Polisi itu.

Karina dan Pram berdiri bersama Tama, mereka melihat kejadian itu.

Di dalam Mobil, Sugeng melihat Tama, dingin. Mobil itu berjalan keluar dari Sekolah.

INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI

Murid-murid menjadi heboh, membicarakan masalah itu.

Tama duduk di Bangkunya, melihat ke luar, datar. Laras berada di sebelahnya, memegang pundaknya. Tama melihatnya, Laras tersenyum, Tama tersenyum juga.

Karina berada di tempatnya, melihat Tama, datar. Sesaat ia melihat Pram yang juga melihat Tama, datar.

Tama mengambil Tasnya dan berjalan --

LARAS

Kamu mau ke Kantor Polisi?

TAMA

Iya.

LARAS

Aku ikut.

TAMA

Gak usah.

Tama berjalan cepat keluar kelas. Di tempatnya, Laras hanya melihat Tama, datar.

INT. RUANG KERJA AGUNG - KANTOR POLISI - PAGI

Agung sedang bekerja di Ruangannya, menandatangi kertas-kertas di depannya. Dedi berada di sebelah, membantunya.

Terdengar suara Handphone, Agung mengambilnya dan menempelkannya di telinga.

AGUNG

Halo, Pak.
(mendengarkan)
Iya, saya mengerti. Saya kesana.

Agung meletakan Handphonenya di atas Meja, sesaat ia melihat Dedi.

AGUNG

Kepala Sekolah ada di Kantor. Ada masalah.

Sesaat Dedi melihat Agung.

AGUNG

Kamu lihat dan laporkan ke saya.

DEDI

...Iya, Pak.

Dedi berjalan keluar Ruangan.

INT. KANTOR POLISI - SIANG

Tama dan Karim duduk di Kursi Kantor Polisi. Septia berlari masuk ke dalam Kantor Polisi, ia melihat sekitar, ia menemukan Karim.

SEPTIA

Saya dengar semuanya, Pak.

Tama tidak menjawab, ia hanya diam. Karim berdiri, ia membawa Septia menjauh.

SEPTIA

Kenapa Bapak bisa lakuin ini tanpa bilang apa-apa ke saya?

KARIM

Saya minta maaf, Bu. Ini mendadak.

SEPTIA

Dan saya butuh penjelasan, Pak. Kita udah janji gak bawa masalah ini ke Polisi sebelum ada bukti lagi.

KARIM

Saya ngerti, Bu. Tapi Tama yang bawa masalah ini ke Polisi.

Ada jeda di antara mereka.

KARIM

Dan saya gak bisa biarin Tama lakuin ini sendirian. Saya juga terkejut, Bu, jujur.

SEPTIA

Mereka bertiga, mereka cari cara lain.

KARIM

Dan Ibu bisa bayangkan sendiri betapa putus asanya mereka sampai Pram telepon saya buat bantuiin Tama.

Septia melihat Pram, lekat-lekat.

KARIM

Kita yang harus selesaiin masalah ini, Bu, bukan mereka.

Mereka berdua melihat Pram yang duduk, gelisah. Yuli berjalan masuk ke dalam kantor Polisi, ia melihat Tama dan berjalan dengan cepat ke arahnya.

INT. RUANG KERJA AGUNG - KANTOR POLISI - PAGI

Sugeng dan Agung duduk berhadapan, mereka meminum Kopi. Dedi berada di ruangan itu juga, duduk di belakang Agung.

SUGENG

Ini cuma salah paham.

AGUNG

Sepertinya begitu.

Dedi melihat Sugeng, datar.

SUGENG

Dan orang yang melaporkan saya?

DEDI

Karim Wardana, Guru Bapak sendiri.

Sugeng mengangguk.

AGUNG

Yang saya dengar, Laporan awal di buat Tama, tapi Karim datang dan mengambil alih semuanya.

Sugeng tidak menjawab.

AGUNG

Bapak harus selesaikan masalah ini dengan Tama.

SUGENG

Iya, saya tahu.

AGUNG

Dan soal kasus itu, saya akan urus.

SUGENG

Saya minta tolong, Pak.

Mereka bersalaman dan Sugeng berjalan keluar ruangan.

AGUNG

Saya akan buat memo, kamu yang urus.

DEDI

Baik, Pak.

Agung memberikan Kertas itu kepada Dedi --

AGUNG

Kamu jangan mau di suruh-suruh Pram.

Dedi melihat Agung, mengangguk.

AGUNG

Jangan lagi, Dedi.

INT. KANTOR POLISI - SIANG

Karim, Septia, Tama dan Yuli duduk di Kursi, menunggu Sugeng.

Sugeng muncul dari balik Pintu dan berjalan ke arah mereka.

Yuli memeluknya, sementara Tama hanya melihat Sugeng, datar. Begitu juga sebaliknya.

SUGENG

Karim, saya mau kamu kembali mengajar di Sekolah.

Karim terkejut, ia melihat Septia. Tama juga terkejut mendengarnya.

SUGENG

Saya akan jelaskan semuanya di Sekolah, besok.

Karim melihat Sugeng, datar.

INT. RUANG GURU - SEKOLAH - PAGI

Dua Polisi yang sebelumnya ke Sekolah membawa SUPARMAN, 50-an, Bendahara Sekolah ke dalam Mobil. Ia memberontak.

Guru-guru berkumpul di sana, termasuk Septia dan Karim yang berdiri di depan Ruang Guru.

SUPARMAN

SAYA TIDAK MELAKUKANNYA, SAYA DI JEBAK. PAK SUGENG, SAYA DI JEBAK, TOLONG BANTU SAYA. SAYA CUMA DI SURUH. TOLONG SAYA, PAK, TOLONG SAYA.

Sugeng hanya melihat Suparman yang di bawa ke dalam Mobil Polisi.

Karim melihat Sugeng, datar.

EXT. LAPANGAN - SEKOLAH - PAGI

Murid-murid berbaris di Lapangan, bersama dengan Guru-guru yang juga berbaris. Sugeng menjadi Pemimpin Upacara, kegiatan sudah masuk ke dalam Amanat Upacara. Barisan di istirahatkan.

SUGENG

Sekolah kita kembali di uji, kali ini saya sendiri yang di fitnah melakukan korupsi. Tapi kita tahu sendiri Bendahara Sekolah yang melakukannya. Maka dari itu kita harus amanah dalam mejalankan tugas yang di berikan ke kita.

Karina dan Pram berada di barisannya. Mereka berdiri bersebalahan.

KARINA

Kali ini apalagi rencana Kepala Sekolah?

PRAM

Kita gak tahu, yang bisa kita lakuin cuma dengar terus lihat dia mau bicara apa.

SUGENG

Selain itu juga, Bendahara Sekolah juga menggunakan pengaruhnya kepada saya untuk mengambil keputusan memberhentikan Pak Karim, salah satu guru terbaik di Sekolah kita hanya gara-gara masalah materi yang tidak sesuai. Hal ini tidak bisa di terima.

Karim dan Septia yang berdiri di barisan Guru-guru hanya mendengarya.

SUGENG

Tapi itu semua adalah alasan, Bendahara Sekolah tidak mau bahwa kejahatannya yang di ketahui Pak Karim terbongkar dan memecatnya dengan alasan yang ia buat sendiri. Untuk alasan itulah saya sendiri mengajak Pak Karim kembali ke Sekolah. Kita butuh orang-orang seperti Pak Karim di Sekolah untuk menjadi contoh baik bagi Murid-murid semua. Tepuk tangan untuk Pak Karim

Semua Murid-murid dan Guru-guru memberikan tepuk tangan untuk Karim. Karim hanya tersenyum kecil, membalasnya.

Tama yang berbaris di barisanya, tidak terhibur dengan semua itu. Ia hanya melihat Sugeng, datar. Laras yang berada di sebelahnya, melihat Tama, datar.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar