Bintang SMA 104
3. Bagian 3
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI

Tama sedang duduk di Kuris Bangkunya, merapikan Buku-buku.

Karina berdiri di depannya, Tama melihatnya.

KARINA

Aku mau bicara sama kamu, soal Pak Karim.

Tama hanya diam, tidak menjawab.

KARINA

Aku tahu yang sebenarnya. Pram juga tahu.

Tama melihat ke arah Pram. Yang di lihat juga melihat Tama, ia duduk di Kuris Bangkunya, datar.

EXT. BELAKANG SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI

Tama duduk di Kursi Bekas bersama Karina, sedangkan Pram berdiri.

KARINA

Jadi maksud kamu, Pak Karim lindungin kamu buat gak laporin Kepala Sekolah? Karena masalah ini juga Kepala Sekolah pakai masalah yang udah ada buat keluarin Pak Karim?

Tama mengangguk.

PRAM

Dan masalah itu tentang materi pendidikan seks?

Tama mengangguk.

KARINA

Gila, Kepala Sekolah benar-benar gila. No offense, Tama.

TAMA

Non taken.

KARINA

Apa yang di bilang Rosa itu bener.

TAMA

Iya, Rosa gak salah denger.

KARINA

Jadi sekarang apa yang mau kamu lakuin? Pak Karim udah gak ada.

TAMA

Sebenarnya, masih ada satu orang lagi yang tahu masalah ini, Bu Septia.

Ada jeda di antara mereka.

TAMA

Tapi Pak Karim juga ngelarang Bu Septia ikut campur.

PRAM

Karena dia gak mau karir Bu Septia terancam.

KARINA

Maksud kamu?

PRAM

Orang-orang yang ngebongkar kasus korupsi itu hidupnya gak aman, Karin. Mereka di anggap orang-orang yang gak bisa di ajak kerjasama, malah banyak orang yang menghindar. Kamu selalu di curigai.

KARINA

Tapi itu beda kan sama kasus Pak Karim. Kepala Sekolah pakai kasus yang udah sebelum kasus ini.

TAMA

Makanya itu Pak Karim gak mau Bu Septia ikut campur dan Kepala Sekolah manfaatin masalah itu.

PRAM

Bisa di bilang Pak Karim keluar demi selamatin Bu Septia dan Sekolah.

TAMA

Dia gak mau nama sekolah kita jadi jelek.

KARINA

Dia masih sempat mikirin Sekolah daripada dirinya sendiri.

PRAM

Pak Karim tahu resiko kalau dia bilang kasus ini ke Kepala Sekolah.

TAMA

Ditambah Pak Karim bukan guru tetap di Sekolah.

KARINA

Iya, aku dengar, Pak Karim itu guru honorer. Tapi bukannya sekarang ada Program dari Pemerintah?

PRAM

Mereka juga harus ikut ujian, setahu aku Pak Karim belum ikut.

Ada jeda di antara mereka.

TAMA

Harusnya aku gak bilang ke Pak Karim, kalau gak pasti dia masih ngajar. Dasar bego.

KARINA

Ini bukan salah kamu, ini salah Kepala Sekolah. Dia yang gak bener.

Pram tersenyum kecil melihat Karina.

TAMA

Aku harus kasih tahu sekolah bukti yang aku punya.

KARINA

Dia gak ambil bukti-buktinya dari kamu?

PRAM

Karena Kepal Sekolah yakin, Tama gak berani lakuinnya. Makanya dia bilang ke Pak Karim.

Karina melihat Pram, sinis.

TAMA

Yang Pram bilang itu bener, aku gak berani. Tapi begitu lihat Pak Karim di keluarin, aku harus lakuin ini.

Karina melihat Tama, datar.

KARINA

Oke, apa yang bisa aku bantu?

Tama melihat Karina, tidak percaya.

KARINA

Pak Karim udah banyak bantu aku, setidaknya ini yang bisa aku balas buat dia.

TAMA

Makasih, Karin.

Karina melihat Pram, yang di lihat merasa heran.

KARINA

Kamu harus bantu juga.

PRAM

Kenapa?

KARINA

Karena Tama teman kamu, kan?

Ada jeda di antara mereka.

TAMA

Dia gak bantu juga gak --

PRAM

Aku bantu...

Mereka berdua saling melihat, datar. Karina tersenyum melihat mereka.

KARINA

Oke, sekarang kita cari cara Pak Karim bisa ngajar kita lagi sama kasih tahu semua orang tentang kasus ini.

PRAM

Kamu tahu apa yang kamu lakuin sekarang? Kamu mau laporin Orang Tua kamu sendiri?

Ada jeda di antara mereka.

KARINA

Iya... aku gak kepikiran itu. Aku kebawa emosi.

PRAM

Aku tanya sekali lagi, Tama. Waktu kamu bilang ke Pak Karim duluan, itu artinya kamu ragu sama keputusan kamu. Sekarang kamu mau buka kasus ini, kamu siap terima konsekuensinya?

Tama melihat Pram.

TAMA

Aku yakin sama keputusan aku.

PRAM

Oke.

TAMA

Dan ini bisa jadi bukti ke kamu kalau aku serius, soal bantuain Karina dan cari tahu tentang Tio.

Mereka saling melihat, dingin. Karina melihat mereka berdua.

KARINA

Copot mata kalian kalau lama-lama saling lihat kayak gitu.

Tama dan Pram tersadar, mereka melihat ke sembarang arah.

KARINA

Yang sekarang kita butuhin cuma rencana buat masalah ini.

TAMA

Sebenarnya aku ada rencana.

Karina dan Pram saling melihat, kemudian mereka melihat Tama.

EXT. KORIDOR - SEKOLAH - PAGI

Karina dan Pram berjalan di Koridor Sekolah. Sesaat Karina berhenti, Pram juga berhenti, mereka saling melihat.

KARINA

Menurut kamu rencana Tama gimana?

Pram melihat Karina, dalam diam.

KARINA

Apa kita bisa?

PRAM

Kalau kita gak coba kita gak tahu.

KARINA

Kalau itu aku juga tahu, Pram. Tapi bukan itu maksud aku.

PRAM

Kalaupun gagal kita bisa cari cara lain.

KARINA

Pak Karim aja di yang udah nyoba di tolak, apalagi kita.

PRAM

Lebih parah kalau kita yang gak coba, kan?

Karina tersenyum melihat Pram.

KARINA

Kamu memang mau bener-bener bantu Tama ya, Pram?

Pram tidak menjawab, ia melihat ke arah lain. Karina tersenyum melihat Pram.

KARINA

Sebenarnya waktu kasus aku sama Pak Ifran, Tama bantuin aku.

Pram melihat Karina, terkejut.

KARINA

Iya, Okta yang cerita. Dia minta maaf buat semua yang di lakuin Kepala Sekolah. Dia bilang Okta harus laporin Kepala Sekolah juga. Kamu pasti tahu juga, kan?

Pram tidak menjawab.

KARINA

Kamu gak tahu? serius?

Pram hanya diam.

KARINA

Maka dari itu kita harus tolongin Tama karena dia udah tolongin aku.

PRAM

Kamu yang maksa aku buat tolong dia.

KARINA

Tapi kamu juga gak nolak waktu aku suruh.

Pram melihat ke arah lain, Karina tersenyum melihatnya.

KARINA

Dasar, kalian itu masih peduli satu sama lain. Tapi kaliannya yang gengsi.

Karina menggelengkan kepala.

PRAM

Aku bantuiin dia biar kita bisa cari tahu masalah kamu sama Tio.

Karina menganggukan kepala, pura-pura setuju.

KARINA

Bicara soal cari tahu Tio. Aku bakal tanya lagi ke Roni. Jadi kamu harus bantuiin aku. Rosa gak bisa karena ada latihan. Tama juga sibuk sama masalah dia.

PRAM

Itu bukan minta tolong. Karin.

KARINA

Emang bukan. Itu pe-ri-tah.

Karina berjalan di Koridor, meninggalkan Pram di belakang. Tak lama kemudian, terdengar Handphone Karina yang berbunyi. Karina melihatnya, sebuah Pesan dari Pram, terdapat Link URL Internet. Kemudian ia berbalik melihat Pram, terkejut.

KARINA

Ini apa, Pram?

PRAM

Itu akun bimbel online aku. Kebetulan aku udah langganan setahun tapi aku gak pakai, daripada sayang, kamu bisa pakai akun aku.

KARINA

Kamu serius?

Pram mengangguk, kemudian ia berjalan ke tempat Karina. Mereka berjalan bersama-sama.

KARINA

Kenapa kamu kasih ini aku? kasih aku alasan selain dari yang tadi.

PRAM

Kenapa?

KARINA

Aku gak bisa terima barang atau apapun dari orang kalau alasan kasihan. Aku paling gak suka di kasihanin.

Pram berhenti, ia melihat Karina.

PRAM

Aku gak mau kamu ada masalah lagi. Aku mau kita cepat cari tahu masalah kamu sama Tio. Kalau nilai kamu turun, kamu berubah pikiran, itu satu. Kedua, aku gak pernah merasa kasihanin kamu, Karin. Justru aku mau bantu kamu dapetin apa yang kamu mau.

Ada jeda di antara mereka.

KARINA

Padahal itu cuma rencana, Pram. Aku juga gak serius.

PRAM

Buat aku iya.

Karina melihat Pram, tidak menjawab.

PRAM

Aku selalu perhatiin kamu, Karin.

Ada jeda di antara mereka.

PRAM

Aku serius sama kata-kata aku.

Karina melihat Pram, tak bisa berkata apa-apa.

PRAM

Kenapa?

Karina tersadar, kemudian ia menggelengkan Kepala. Ia berjalan mengejar Pram, mereka berjalan lagi. Sesekali Karin yang mencuri pandang ke Pram. Tapi yang di lihat melihat ke arah lain, tidak sadar.

EXT. DEPAN RUMAH RONI - SORE

Karina dan Pram turun dari Motor, mereka melihat sekitar. Rumah itu tampak sepi.

Karina berjalan menuju pintu dan mengucapkan salam beberapa kali, tidak ada jawaban dari dalam.

Ia berjalan ke samping rumah, terlihat sebuah Bangunan di sana, kecil. Bangunan itu juga tampak sepi, sesaat Karina melihat Pram yang berdiri di samping Motornya.

PRAM

Itu bengkel Ronald. Aku beberapa kali ke sini, perbaiki motor aku.

Karina mengangguk, kemudian ia berjalan ke tempat Pram.

KARINA

Kayaknya gak ada orang di dalam.

PRAM

...Mungkin.

RONI (O.S)

Mau apa kalian ke sini.

Karina terkejut mendengar suara Roni, ia melihat ke belakang.

Roni berjalan melewati mereka dan berdiri di depan mereka.

KARINA

Aku masih mau tanya soal kemarin.

Roni tidak menjawab, sesaat ia melihat Pram. Mereka saling melihat, datar.

RONI

Kamu mau balas yang kemarin?

PRAM

Aku anggap itu impas. Kalau kamu mau tinju aku lagi, silahkan.

KARINA

Kami serius Roni, informasi yang kami punya gak banyak. Kalau ada info dari kamu, mungkin kita bisa dapat jawaban dari situ.

RONI

Masih mungkin.

KARINA

Setidaknya aku usaha, kalau kamu? Diam duduk di sini, gak lakuin apa-apa?

RONI

Gampang kalau kamu bicara kayak gitu. Karena kamu gak pernah rawat Ibu kamu yang sakit-sakitan.

Ada jeda di antara mereka.

KARINA

Maaf... aku langsung ambil kesimpulan.

Roni berjalan masuk ke dalam Rumahnya.

PRAM

Apa yang harus kami lakuin supaya kamu percaya?

Roni berhenti, ia melihat ke belakang.

PRAM

Kamu lihat sendiri Aku sama Tama demo di sekolah, Karina yang sampai datang ke sini tanya langsung ke kamu. Kamu masih gak percaya?

Roni tidak menjawab, ia hanya diam.

KARINA

Apa Ronald pernah cerita tentang masalah ini ke kamu? Maksud aku tentang dia bukan pelaku sebenarnya?

RONI

Iya, dia pernah cerita.

KARINA

Apa lagi yang kamu tunggu, kalau Ronald udah bicara gitu ke kamu.

Roni tidak menjawab.

KARINA

Apa ada yang ancam kamu supaya gak buka mulut?

PRAM

Apa Polisi yang ancam kamu?

Roni tidak menjawab, ia berjalan masuk --

KARINA

Kamu akan jadi noda dalam karir saya.

Roni berhenti, melihat Karina.

KARINA

Itu suara orang yang ada di tempat kecelakaan aku. Aku masih ingat suaranya walaupun samar-samar. Kalau kamu gak mau kasih info yang kamu punya, gak masalah. Aku cuma mau ketemu Ronald, aku mau pastiin suara dia sama apa yang aku dengar. Gak lebih.

RONI

Kamu gak perlu minta izin aku.

KARINA

Memang gak, aku cuma kasih tahu kamu kalau aku gak main-main. Semoga Ibu kamu cepat sembuh. Kita pulang Pram.

Pram dan Karina menaiki Motor, mereka berdua pergi dari situ.

Roni masih berdiri di depan Pintu, melihat ke luar, datar.

EXT. DEPAN RUMAH KARINA - SORE

Karina turun dari Motor dan memberikan Helm ke Pram. Pram melihat Karina, datar.

PRAM

Kalau Roni masih belum mau juga, gimana?

KARINA

Kita gak bisa apa-apa. Aku tetap ketemu Ronald, kalau suaranya sama, masalah kita selesai.

PRAM

Kalau gak sama?

KARINA

Kita tetap cari tahu, kamu bilang ke aku kenalan kamu punya dokumen kecelakaan itu, kan? kita bisa pakai itu, di tambah Info yang Tama punya. Aku yakin Ronald juga punya info.

PRAM

Itupun kalau dia mau kasih ke kita.

KARINA

(kesal)
Kenapa kamu selalu matahin kata-kata aku?

PRAM

Aku cuma ingatin kamu, karena rencana gak selalu berjalan mulus.

KARINA

Makasih, tapi kalau pun dia gak mau kasih tahu. Aku tetap cari tahu dan kamu harus bantuin aku.

PRAM

Memang itu tujuan aku di sini, kan?

Mereka berdua tersenyum.

KARINA

Makasih udah anterin aku.

Pram mengangguk. Karina berjalan menuju Rumahnya, Pram masih melihat Karina, datar.

INT. KAMAR PRAM - RUMAH PRAM - MALAM

Handphone berada di telinga Pram, ia duduk di Kursi Belajarnya.

PRAM

Mas, aku minta tolong soal Tio.

DEDI (V.O)

Kamu masih mau selidiki?

PRAM

Iya, Mas. Kali ini aku punya Teman.

DEDI (V.O)

Tama?

PRAM

Bukan, orang lain.

DEDI (V.O)

Oke, nanti Mas kirimin.

PRAM

Bapak jangan sampai tahu, Mas.

DEDI (V.O)

Iya, Mas paham.

PRAM

Makasih, Mas.

DEDI (V.O)

Kasih tahu Mas kalau perlu apa-apa, nanti Mas bantu.

PRAM

...Mas tahu dimana Ronald di tahan?

Ada jeda di antara mereka.

DEDI (V.O)

Kamu serius kali ini, Pram?

PRAM

Teman aku yang serius, aku harus bantuin dia.

DEDI

...Oke, nanti Mas kirim alamatnya.

PRAM

Makasih, Mas.

Sambungan di matikan, Pram memencet lagi Handphonenya dan menempelkannya di telinga.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar