Bintang SMA 104
4. Bagian 4
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

INT. KAMAR KARINA - RUMAH KARINA - MALAM

Karina berada di Tempat Tidurnya, ia melihat Langit-langit Kamarnya, datar.

Tak lama kemudian terdengar Handphonenya berbunyi, ia melihatnya, Pram. Ia mengangkatnya.

KARINA

Halo, Pram. Kenapa?

PRAM

Gak, aku cuma mau ngecek keadaan kamu.

KARINA

Keadaan aku? Aku kan gak apa-apa.

INTERCUT ANTARA KARINA DAN PRAM

PRAM

Ngecek keadaan kan bukan berarti harus ada apa-apa, kan?

Karina tersenyum mendengarnya.

KARINA

Sebenarnya kamu mau dengar suara aku kan? Tapi kamu cari-cari alasan.

Pram tidak menjawab, ia berdehem.

KARINA

Aku gak apa-apa, aku cuma masih kepikiran.

PRAM

Yang tadi?

KARINA

Iya...

PRAM

Tadi aku udah bicara sama kenalan aku, dia tahu di mana Ronald di tahan. Sama dokumen kecelakaan kamu udah di kirim.

KARINA

Apa yang kita lakuin ini benar, Pram?

PRAM

Bener atau gak aku gak tahu, tapi yang kita lakuin sekarang itu penting buat kita kan? Jadi kamu bisa nilai sendiri.

KARINA

...gitu.

Pram hanya diam, sesaat ia melihat ke sembarang arah.

PRAM

...Kamu lagi ngapain?

KARINA

Aku? lagi baring di kasur, abis belajar tadi. Kamu?

PRAM

Lagi teleponan sama kamu sekarang...kan?

Karina tersenyum mendengarnya.

KARINA

Maksud aku bukan gitu. Btw, makasih buat bimble onlinenya. Aku jadi kebantu, serius.

PRAM

Sama-sama.

KARINA

Kamu daftar itu karena di suruh?

PRAM

Iya, Bapak yang suruh aku.

KARINA

Penurut banget kamu, Pram. Anak baik.

PRAM

Karena aku penurut makanya aku gak lanjutin cari tahu tentang Tio.

KARINA

Tapi sekarang kamu lanjutin kan? Tapi Bapak kamu tahu kamu cari tahu tentang Tio lagi?

PRAM

Gak. Makanya jangan sampai dia tahu.

KARINA

Kenapa kamu sama Tama ngelawan Orang Tua kalian? Bukan ngelawan, tapi kamu ngerti maksud aku kan?

PRAM

Karena apa yang mereka lakuin itu salah, Karin. Mereka Orang Tua kami, bukannya mereka yang harus kasih contoh yang baik buat kami.

KARINA

Sama kayak Ayah aku. Dia kabur ninggalin hutang buat keluarganya. Sekarang gak ada yang tahu dia ada di mana.

Ada jeda di antara mereka.

PRAM

Maaf...

KARINA

Buat apa? Kan kamu gak salah, di tambah setiap keluarga pasti ada masalah kan.

PRAM

Iya, kamu benar. Kenapa juga aku harus minta maaf sama kamu.

Karina tertawa mendengarnya.

KARINA

Gak nyangka kamu sinikal orangnya.

PRAM

Aku juga gak nyangka kamu orangnya suka perintah-perintah.

KARINA

Pram, menurut kamu kenapa anak-anak kayak kita sekarang kayak apatis sama keadaan sekarang?

PRAM

Pertanyaan kamu random, Karin.

KARINA

Aku juga gak tahu kenapa tiba-tiba muncul di pikiran aku. Mungkin gara-gara masalah aku kayak orang-orang gak berani speak-up, aku tahu jadi korban itu susah buat maju.

PRAM

Maksud kamu orang di sekitarnya, orang-orang yang tahu masalah itu. Kayak aku dulu waktu tahu masalah Okta, tapi diam aja?

Karina mengangguk.

PRAM

Iya harus aku akui itu salah, aku minta maaf. Mungkin karena rasa empati sama pemahaman yang kurang.

Karina mengangguk, mengerti.

KARINA

Apa itu karena teknologi?

PRAM

Bisa jadi, tapi menurut aku lebih ke budaya kita sendiri.

KARINA

Kamu bilang kalau budaya kita ajarin Orang Dewasa itu selalu benar.

PRAM

Ditambah sistem pendidikan kita ajarin kita hanya satu sisi. Aku gak tahu bener atau gak, tapi itu yang aku rasaiin.

KARINA

Ditambah aku ngerasaiin kayak kalau kita kasih pandangan ke orang lain, kayak kita di judge. Kamu tahu artinya, kan?

PRAM

Iya, aku tahu, kayak kalau kita tahu itu salah lebih baik diam. Apa yang kita pikirkan lebih baik di simpan.

KARINA

Iya, kan? kayak yang salah di benarin. Yang benar di anggap salah. Aku gak tahu apa cuma aku yang ngerasaiin ini atau gimana.

PRAM

Bukan cuma kamu, Karin. Orang lain juga banyak yang mikir gitu.

Mereka tersenyum mendengarnya. Terdengar suara dari Handphone Karina, ia melihatnya. Hal yang sama juga terjadi dengan Handphone Pram, ia juga melihatnya.

KARINA

Kamu di chat Tama, Pram?

PRAM

Iya...

KARINA

Serius kita pakai rencana ini?

Karina melihat Handphonenya, datar.

EXT. DEPAN RUANG OSIS - SEKOLAH - PAGI

Karina dan Pram berdiri di depan Ruang OSIS, mereka melihat sekitar. Tak lama kemudian, Pram berlari kecil dan tiba di depan mereka. Dengan cepat ia membuka Pintu dan mereka masuk ke dalam.

INT. RUANG OSISI - SEKOLAH - PAGI

Tama menghidupkan Mesin Foto Kopi, Karina dan Tama berdiri di depannya, melihat Tama.

Tama menunjukkan Selembar Kertas, bertuliskan:

"ADA KORUPSI DI SEKOLAH"

Beserta dengan Foto-foto yang di Print di kertas itu.

KARINA

Sekali kamu fotocopy kertas itu, gak ada jalan putar balik di depan.

PRAM

Aku ada rencana kalau kamu mau.

TAMA

Gak. Kita pakai rencana ini dulu.

Karina dan Pram saling melihat, kemudian mereka mengangguk.

KARINA

Oke, apa yang harus kami lakuin?

TAMA

Tugas kalian gampang.

Tama berbalik dan meletakan Kertas itu di Mesin Foto Copy.

MINI MONTAGE

1). Karina menempelkan Kertas itu di Mading Sekolah. 2). Karina meletakan Kertas itu di Kolong Bangku Kelas dan melakukannya hal yang sama di Bangku sebelahnya. 3). Karina meletakan Kertas itu di Meja Guru-guru.

BACK TO SCENE.

EXT. DEPAN RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI

Tama dan Pram berdiri di depan Kelas, mereka melihat sekitar. Karina berlari kecil menuju mereka dan tiba.

KARINA

Aku udah taruh di semua tempat yang kamu suruh.

TAMA

Oke, kita tinggal lihat reaksi waktu semua orang baca.

KARINA

Aku harap ini berhasil.

PRAM

Kalau iya kita dalam masalah.

Karina melihat Selembaran Kertas itu.

MATCH CUT TO:

INT. RUANG KERJA KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI

Selembaran Kertas itu di pegang Sugeng, ia melihat isinya, datar.

Kemudian ia meremas Kertas itu, membuangnya ke sembarang arah. Ia melihat ke pintu depan, dingin.

Ia berjalan dan membuka pintu --

INT. DEPAN RUANG KERJA KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI

Semua orang memegang Selembaran Kertas itu, saling berbicara satu sama lain. Mereka diam ketika melihat Sugeng.

Sugeng melihat sekitar, emosi.

SUGENG

CARI SIAPA YANG SEBARIN INI, SEKARANG!!! ---

Semua orang yang ada di sana berlari, melakukan apa yang di suruh.

INT. RUANG KONSELING - SEKOLAH - PAGI

Septia memegang Selembaran Kertas itu, melihatnya, cemas.

SEPTIA

Jangan, Tama.

Septia mengambil Handphone dan memencetnya dan meletakannya di telinganya.

SEPTIA

Pak Karim ada masalah, Tama yang maju hadapin Kepala Sekolah. Sekarang semua orang udah tahu.

Septia melihat Selembaran Kertas itu, cemas.

INT. RUANG KELAS - SEKOLAH - PAGI

Murid-murid Kelas Karina menjadi berisik dan heboh, mereka memegang Kertas itu satu-satu, membicarakannya. Ada juga yang merekam suasana kelas dengan Handphone dan menjelaskan apa yang terjadi.

Laras memegang Selembaran Kertas itu dan melihatnya, datar. Sesaat ia melihat Bangku Tama yang tidak ada orangnya, tetapi Tasnya ada di sana.

Karina duduk di Bangkunya, memegang Kertas itu, ia melihat ke belakang, tempat Pram. Pram juga melihat Karina, datar.

Seorang Murid mendekati Pram.

MURID LAKI-LAKI

Pram ini serius? gila. Ternyata Kepala Sekolah suka korupsi. Pasti Tama kayak gitu juga.

PRAM

Jangan nilai orang dari luar, kamu gak tahu Tama.

Murid itu melihat Pram dengan ekspresi aneh. Kemudian ia menjauh. Pram melihat Karina, kemudian mengangguk.

Suasana kelas menjadi hening seketika ketika Tama masuk ke dalam kelas. Semua orang melihatnya, menunggu jawaban.

MURID LAKI-LAKI

Kamu udah baca Tama?

Tama berjalan menuju Bangkunya, semuanya menunggu jawabannya, termasuk Laras, Pram dan Karina.

TAMA

Udah.

MURID LAKI-LAKI

Kamu tahu Kepala Sekolah korupsi?

TAMA

Gak.

MURID LAKI-LAKI

Terus siapa yang bocorin ini? Siapapun itu ini keren, berani lawan Kepala Sekolah.

MURID PEREMPUAN

Udah seharusnya dia di hukum. Masalah Okta sama Karin aja dia lari, masalah Pak Karim dia lepas tanggung jawab. Sekarang masalah ini, rasain. Bagus deh.

Bersamaan dengan suara-suara lebah yang mendukung Kepala Sekolah untuk di hukum.

LARAS

Kalian sadar Kepala Sekolah itu Ayah Tama kan? Empati dikit kenapa.

Semua orang menjadi diam, mendengarkan Laras. Laras tersenyum ke Tama.

Tama membalasnya, sesaat ia melihat Karina yang juga tersenyum kepadanya, kemudian Pram yang melihatnya, datar.

LARAS

Jangan di pikirin, kita masih belum tahu.

TAMA

Aku gak pikirin itu sama sekali.

Laras melihat Tama, datar.

INT. KORIDOR - SEKOLAH - PAGI

Tama dan Laras berjalan bersama di Koridor, semua Murid yang ada di sana melihat mereka, membicarakan Tama. Laras melihat sekitar, risih.

LARAS

Mereka gak tahu yang sebenarnya. Bisa jadi itu bohong, orang cuma mau fitnah kamu sama Kepala Sekolah.

Tama melihat Laras, datar.

Mereka bejalan dan berhenti, Tama melihat Septia yang berdiri di depannya, datar. Mereka saling melihat.

INT. RUANG KONSELING - SEKOLAH - PAGI

Tama dan Septia duduk di berhadapan, mereka tidak bicara.

SEPTIA

Siapa aja yang tahu masalah ini selain Kami?

TAMA

Karina sama Pram.

SEPTIA

Kamu minta tolong mereka?

TAMA

Mereka ketemu Pak Karim di tempat bimbel, terus mereka tanya ke saya. Jadi saya jelasin semuanya, mereka berdua yang mau tolong saya.

SEPTIA

Jangan sampai orang lain tahu kalian yang bongkar semua ini, jangan.

TAMA

Tapi harus ada yang laporin Ayah, Bu.

SEPTIA

Ibu setuju kalau itu, tapi bukan begini caranya.

TAMA

Hanya ini cara yang kami tahu, Bu.

Ada jeda di antara mereka.

SEPTIA

Ibu udah bilang ke Pak Karim, mungkin dia mau bantu.

Tama tidak menjawab, ia hanya diam.

SEPTIA

Ibu ngerti kenapa kamu lakuin ini, Tama. Tapi ini urusan orang dewasa. Kalian masih anak-anak cuma harus belajar dan senang-senang.

TAMA

Kalau orang dewasa gak bisa selesaiin masalah ini, itu artinya Orang Dewasa juga belum Dewasa juga Bu.

Ada jeda di antara mereka.

SEPTIA

Ibu juga berharap semua orang punya pikiran sesederhana itu. Tapi kenyataannya gak segampang itu.

TAMA

Sayangnya saya punya pikiran sesederhana itu, Bu.

Septia melihat Tama, datar.

SEPTIA

Oke, Ibu ngerti. Ibu akan bantu kamu.

Pintu ruangan terbuka, seorang GURU LAKI-LAKI, 40-an, berdiri di depan pintu.

GURU LAKI-LAKI

Bu Septia di panggil Kepala Sekolah, penting.

Septia dan Tama saling melihat.

INT. RUANG KERJA KEPALA SEKOLAH - SEKOLAH - PAGI

Septia duduk di depan Sugeng, dalam diam. Sugeng memegang Selembaran itu di tangannya, terlihat lecek.

SUGENG

Apa kamu yang sebarin Selembaran ini?

SEPTIA

Kalau saya mau laporin Bapak, Polisi jawabannya, Pak.

SUGENG

Tapi bukan berarti kamu gak pikirin cara ini, kan?

SEPTIA

Iya, saya pasti pikirin cara ini untuk cari perhatian sekolah.

SUGENG

Apa Karim juga terlibat dalam hal ini?

SEPTIA

Dia gak tahu apa-apa soal ini, Pak.

SUGENG

Tapi dia tahu masalah ini.

Ada jeda di antara mereka.

SEPTIA

Jadi apa yang mau Bapak lakukan sekarang?

SUGENG

Saya tidak bisa sentuh kamu.

SEPTIA

Kalau begitu Bapak balikan status Pak Karim di sekolah ini.

SUGENG

Dia sudah keluar karena ingin lanjutin sekolah.

SEPTIA

Bapak tinggal cari alasan yang masuk akal untuk Pak Karim kembali ke Sekolah. Seperti sebelumnya.

Sugeng tidak menjawab, ia hanya diam.

SEPTIA

Saya akan tunggu keputusan Bapak, lebih cepat lebih baik.

Septia berdiri dan berjalan keluar dari Ruangan. Sugeng melihat Pintu itu, dingin.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar