Berbagi Ranjang
10. Beritahu aku caranya
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

40.INT. RESTORAN HOTEL. DAY

Afsa dan Putra duduk berhadapan. Mereka sedang makan.

PUTRA

Gimana, enak, kan?

Afsa mengangguk.

AFSA

Makanannya enak. Tempatnya juga cozy. Apa... ini Pak Putra juga yang desain?

PUTRA

Aku hanya melukis yang itu.

Putra mengangkat dagunya, menunjukan lukisan besar di belakang Afsa dan Afsa pun memutar kepalanya. Dia memandangi sebuah lukisan cukup besar di dinding. Lukisan sebuah danau besar dengan air yang tenang, dengan warna dominan abu-abu. Ada bulan yang bersembunyi di balik pohon besar yang berwarna putih terang menyinari danau.

AFSA

Mas bisa melukis?

PUTRA

Jangan sampai kamu bilang ayahku.

AFSA

Kenapa? Beliau tidak suka?

PUTRA

Aku yakin, dia cuma bakal menghinaku.

AFSA

(menghela napas)

Jadi, beliau tidak tahu Mas bisa melukis?

PUTRA

Tidak perlu tahu. Ayo, lanjutkan lagi makannya. Oia, tidak perlu mengomentari lukisanku kurang warna, aku udah biasa dengernya.

AFSA

(menahan tawa)

Memangnya, siapa yang komen gitu? (tertawa) Tapi, kalau komenku beda... menurutku... lukisan Mas ini adalah saat di mana matahari belum terbit, memang terkesan gelap, tapi tetap indah. Dan akan lebih indah lagi karena matahari akan segera tiba. Danau itu pasti akan berkilau saat menemukan cahayanya.

Afsa pun tersenyum dan Putra memandang Afsa dengan tatapan dalam.

AFSA

(salah tingkah)

Kenapa... Mas?

PUTRA

Nggak. Oia... aku ke toilet dulu ya.

Afsa mengangguk.

CUT TO

41.INT. TOILET. DAY

Putra memandangi kaca. Dia memandangi dirinya.

PUTRA (V.O)

Kenapa mereka berkata hal yang sama? (menghela napas, lalu mencuci tangannya di wastafel) Benarkah akan ada cahaya di hidupku?

Putra keluar dari toilet.

CUT TO

42.INT. KORIDOR RESTORAN. DAY

Putra sedang berjalan. Dia mengeluarkan ponselnya yang bergetar dari saku. Panggilan dari deretan nomor. Putra mengangkatnya.

PUTRA

Siapa?

PENAGIH UTANG 1#

Selamat siang, Bos. Ini kita... Mau mengingatkan tentang uang 1 milyar yang Bos janjikan.

PUTRA

Saya bukan bos kalian ya. Dan untuk uangnya, tunggu saja sampai saya hubungi.

PENAGIH UTANG 1#

Sampai kapan, Bos? Kita udah nggak sabar nih. Kita sudah ada--

Saat sedang menerima telepon, Putra berpapasan dengan pamannya; Wirya, bersama seseorang yang berpeci.

WIRYA

Putra?

Putra langsung terpaku.

WIRYA (CONT'D)

(meminta waktu kepada orang berpeci dan menghampiri Putra)

Benar. Itu kamu.

Putra refleks melangkah mundur dan mulai menarik napas secara cepat. Dia memalingkan mukanya dan menurunkan ponselnya. Panggilan terputus.

WIRYA (CONT'D)

(mendekati Putra)

Maaf... kemarin Paman tidak bisa hadir di pernikahan kamu.

PUTRA

Berhenti!

Wirya menghentikan langkahnya.

WIRYA

Putra...

PUTRA

(resah)

Jangan mendekat!

WIRYA

(menghela napas)

Kamu masih .... marah sama Paman?

Putra mulai resah dan semakin kesulitan bernapas.

WIRYA (CONT'D)

Maafkan Paman, Putra. Paman menyesali perbuatan Paman.

Putra mundur beberapa langkah dengan sedikit terhuyung.

WIRYA (CONT'D)

Paman memang kelewat batas sama kamu, Putra. Maafkan Paman...

Putra mengepalkan tangannya erat.

WIRYA (CONT'D)

Paman sudah bertaubat.

PUTRA

Bertaubat?... Apa dengan bertaubat... membuat Paman menjadi tidak bersalah?

Putra kembali menoleh dan memandangi pamannya. Mata Putra mulai berkaca-kaca karena menahan emosinya.

PUTRA (CONT'D)

(suara meninggi)

Apa Paman tahu bagaimana aku melalui hari-hariku?

WIRYA

Maafkan Paman...

PUTRA

Jangan pernah... muncul di hadapanku lagi!

Putra melangkah dengan terhuyung.

WIRYA

(meraih pundak Putra)

Putra...

Putra menepis kasar tangan pamannya.

PUTRA

(marah)

Dan jangan pernah... menyentuhku!

Putra berjalan meninggalkan Wirya dengan napasnya yang tersengal-sengal.

CUT TO

43.INT. RESTORAN HOTEL. DAY

Para penagih utang sedang mengganggu Afsa.

AFSA

Tolong, jangan macam-macam, ya!

PENAGIH UTANG 1#

Wah... karena sudah menjadi istri seorang Bos, Mba-nya jadi berani.

AFSA

Ya, tentu saja. Bukankah Putra sudah bilang kalau kalian tidak akan datang lagi?

PENAGIH UTANG 1#

(tertawa)

Apa Mbanya tidak tahu apa yang dikatakan suami Mba sama kita?... Dia bilang... akan kasih kami uang 1 milyar sebagai ganti utang Ayah Mba... (tertawa)

AFSA

Apa?

PENAGIH UTANG 1#

Tapi... sepertinya dia hanya main-main. Jadi... kita juga akan balik mempermainkan dia.

Penagih utang itu mulai menarik tangan Afsari.

PENAGIH UTANG 1#

Ayo. Kamu ikut kami!

AFSA

Enggak! Tolong...

Terjadi tarik menarik antara penagih utang dan Afsari.

AFSA

Tolong... Mas. Jangan Mas. Mas... Tolong...

Putra tiba dengan banyak keringat di pelipisnya. Wajahnya pucat.

PUTRA

(marah)

Lepasin istri saya!

Putra berderap menyelamatkan Afsa, dia meremas lengan penagih utang dan menatap penuh amarah.

PENAGIH UTANG 1#

Santai, Bos!

Penagih utang melepaskan peganggannya dari Afsari. Afsari berderap dan bersembunyi di balik badan Putra.

PUTRA

Kenapa kalian bisa di sini?

PENAGIH UTANG 1#

Kami tidak mau bermain-main lagi. Kalau kamu tidak juga membayar utangnya, maka kami akan membawa anak si Amin itu!

PUTRA

Kalian benar-benar tidak tahu malu ya!

Putra merogoh sakunya dan melemparkan kunci mobilnya di meja.

PUTRA (CONT'D)

Ini jaminan kalau kita akan bayar utang.

Penagih utang melirik kunci mobil dan meraihnya.

PENAGIH UTANG 1#

Tapi kami tidak mau mobil. Kami maunya uang... cash... dan no transfer.

PUTRA

Kenapa? Takut kelacak polisi?

PENAGIH UTANG 1#

Itu Anda tahu.

PUTRA

Bahkan, harga mobil ini jauh lebih banyak dibanding utang istriku.

Penagih utang melirik lagi kunci mobil.

PENAGIH UTANG 1#

Lalu... untuk 1 milyarnya?

PUTRA

Setelah satu bulan, saya akan membayarnya.

Afsa menoleh kepada Putra. Wajahnya cemas.

PENAGIH UTANG 1#

(setelah berpura-pura berpikir)

Ok lah... kalau begitu. Kami bawa mobil ini, dan sebulan lagi kami akan kembali untuk mengambil sisa utangnya. Ingat, kalau kami hubungi, jangan main matiin seenaknya! Jangan kira kita takut sama Anda ya! Ayo.

Penagih utang itu meraih kunci mobil. Dia melangkah. Setelah dua langkah, dia pun kembali berbalik.

PENAGIH UTANG 1# (CONT'D)

Mobil apa?

PUTRA

(menatap marah)

(Beat) Benz... putih.

PENAGIH UTANG 1# (CONT'D)

(tersenyum menang)

Oke.

Penagih utang itu melenggang dengan tawa menyebalkan mereka. Memainkan kunci mobil.

Setelah para penagih utang itu pergi, Putra duduk kembali dengan kasar. Dia terlihat kelelahan dan bernapas dengan cepat.

AFSA

(cemas)

Mas?

Putra terlihat mengatur napasnya. Kepalanya tertunduk.

AFSA (CONT'D)

Kenapa Mas?

Putra tidak menjawab.

AFSA (CONT'D)

Maaf Mas... tapi, kenapa utang ayah saya jadi 1 milyar?

PUTRA

(bicara susah payah, dengan masih menunduk)

Sudah... jangan pikirkan.

Putra pun akhirnya menyandarkan punggungnya ke kursi. Dia mendonggakkan kepala, melihat Afsari.

PUTRA (CONT'D)

Itu urusanku.

Putra tersenyum sombong. Dia pun menghirup napasnya dan berusaha menenangkan dirinya.

AFSA

Tapi kan...

Putra menghirup napas dan mengeluarkannya berkali-kali.

PUTRA

Tenang saja. Kamu mau menjalani pernikahan denganku...dengan waktu yang tidak terbatas. Masa 1 Milyar aja nggak bisa aku keluarin buat membalasnya?

AFSA

Tetap aja... Keenakan mereka.

PUTRA

(tertawa kecil)

Jadi kamu malah mikirin mereka?

AFSA

Bukan gitu. Ah... udah ah.

Afsa cemberut dan Putra hanya tertawa kecil dengan masih mengatur napas.

AFSA (CONT'D)

Oia... Mas sakit?

Putra menghentikan tawanya dan mengalihkan pandangannya.

PUTRA

Nggak apa-apa. Ayo kita pulang.

Putra berdiri dan melangkah. Dia kembali berbalik.

PUTRA (CONT'D)

Kita naik taksi.

Afsa dan Putra saling berpandangan.

CUT TO

44.INT. TAKSI. DAY

Afsa dan Putra duduk berdampingan.

AFSA

Kenapa... Mas memberikan mobil Mas? Terus uang 1 milyar adalah jumlah yang sangat besar.

PUTRA

(Menoleh ke arah Afsa)

Sudahlah. Kamu tidak usah memikirkan apapun.

AFSA

(menoleh ke arah Putra)

Tapi...

PUTRA

Sekali lagi. Aku sudah memintamu untuk menjadi istriku. Dan aku akan membayarkan utangmu. Itu perjanjiannya, kan?

Afsa memalingkan mukanya.

PUTRA

Meskipun aku pun tidak tahu sampai kapan kita bisa melalui ini...

Putra memandang keluar jendela mobil.

Terlihat taksi melaju dan melewati beberapa bangunan. Putra dan Afsari hanya memandang jendela.

PUTRA

Oia... Apa sekarang kamu bisa memberitahu caranya?

Afsari menoleh kepada Putra yang masih memandangi jendela, dan beberapa saat kemudian, Putra pun menoleh ke arah Afsa. Mereka saling berpandangan.

PUTRA

Untuk menghadapi ketakutanku?

Putra kembali memalingkan muka.

PUTRA (CONT'D)

Rasanya sulit untuk menghadapinya. Aku...

AFSA

Berhentilah berkata sulit.

Putra berhenti dengan kalimatnya dan kembali melihat ke arah Afsa.

AFSA (CONT'D)

Kalau Mas masih berkata sulit, maka Mas tidak benar-benar menginginkan perubahan.

Putra menghela napasnya berat.

PUTRA

(tersenyum pahit)

Begitu ya?

AFSA (CONT'D)

Itu... yang kakakku bilang.

PUTRA

Kamu punya kakak?

Afsa mengangguk.

PUTRA (CONT'D)

Kenapa aku tidak pernah melihatnya? Di mana dia?

AFSA

Apa Mas mau menemuinya?

PUTRA

Tentu saja.

AFSA

Sekarang?

PUTRA

Ayo.

AFSA

Ya udah... Pak, di depan belok kanan, ya.

SUPIR TAKSI

Iya, Neng.

CUT TO

45.EXT. KUBURAN. DAY

Afsa dan Putra turun dari taksi.

PUTRA

Ini?

Afsa terus berjalan meninggalkan Putra yang hanya berdiri. Dia melihat sekeliling, menarik napasnya, lalu akhirnya melangkah mengikuti Afsa yang sudah jauh di depan.

Afsa pun berhenti di sebuah makam bernama Fikri M. Faisal bin Amin Aminudin.

AFSA

Halo, Kak. Afsa datang. Maaf ya... Afsa baru menjenguk Kakak sekarang. Oia, Kak, Afsa mau mengenalkan seseorang kepada Kakak.

Afsa mencari keberadaan Putra. Dia melambai kepada Putra yang masih melangkah hati-hati di antara makam. Afsa menunggu Putra sampai. Setelah Putra di sampingnya, Afsa meraih dan menggenggam tangan Putra. Putra menoleh cepat, dia terkejut.

AFSA (CONT'D)

Dia... suamiku. Aku sudah menikah, Kak. Kakak lihat, kan, aku sudah maju selangkah lagi. Sekarang Kakak tidak perlu kuatir sama aku. Kakak bisa istirahat dengan tenang...

Afsa mulai menangis, dia mengeratkan genggamannya, dan Putra menoleh kepada Afsa.

AFSA (CONT'D)

Sekarang... aku udah nggak takut lagi, Kak. Terima kasih... Kakak udah berikan cinta yang besar buat aku.

Dan Kakak tahu? Suamiku adalah orang kaya, Kak. Aku udah nggak kekurangan lagi. Utang kita semua lunas, Kak. Ayah sama Mamah udah nggak kesusahan lagi, Kak.

Afsari tersenyum, meski menangis.

AFSA (CONT'D)

Sekarang... Kakak benar-benar bisa istirahat.

Afsari kembali menangis dan Putra memeluknya erat.

CUT TO

46.EXT. DI BAWAH POHON DI KUBURAN. DAY

Putra dan Afsari duduk berteduh.

AFSA

Maaf ya Mas. Kakakku sedang tidur nyenyak. Jadi nggak bisa ngobrol.

PUTRA

(tersenyum)

Iya. Jangan dibangunin.

Afsa menoleh kepada Putra. Afsa tersenyum kecil.

AFSA

Kematian Kakakku menyadarkanku bahwa aku masih begitu berharga, bahwa aku begitu dicintai, dan merasa pantas untuk dicintai.

Putra memandangi Afsa.

AFSA (CONT'D)

Dulu... Hampir selama setengah tahun, aku mengurung diri di kamar dan takut menemui siapapun.

TRANSISI KE FLASHBACK

47.(FLASHBACK) INT. RUMAH AFSA. DAY

Kakak Afsa, Fikri, menggedor pintu kamar Afsa.

FIKRI

(marah)

Afsa! Cepat bilang siapa pelakunya! Afsa!

Ayah dan Ibu Afsa membujuk Fikri untuk berhenti menggedor. Dan akhirnya, Fikri menendang pintunya dan pergi dengan kesal.

KEMBALI KE MASA KINI

48.EXT. DI BAWAH POHON DI KUBURAN. SIANG

AFSA

Aku... diperkosa oleh sahabat kakakku. Karena itulah, aku takut menikah.

Putra membuang mukanya. Tangannya mengepal erat.

AFSA (CONT'D)

Kakakku dipenjara karena dia bermaksud membalas sahabatnya atas perbuatannya padaku, yang membuat ayahku berhutang untuk menebus kakakku. (Beat) Kakakku ribut dengan sahabatnya demi aku, tapi... tidak lama, Kakakku meninggal karena kecelakaan. Itu yang mereka ucapkan padaku.

Afsa menoleh kepada Putra.

AFSA (CONT'D)

Dari sana, aku sadar bahwa aku begitu berharga. Aku tidak boleh terus begini. Dan sekarang, aku baik-baik saja. Semua karena dukungan dari keluargaku.

PUTRA

Ayo... Kita kembali.

Putra tiba-tiba beranjak dan meninggalkan Afsa. Afsa kebingungan.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar