Berbagi Ranjang
9. Inilah Pernikahan Kita
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

35.EXT. HALAMAN RUMAH AFSA. DAY

Terlihat cincin yang melingkar di jari Afsa dan Putra. Mereka sudah menikah. Afsa dan Putra berpakaian casual. Mereka akan berbulan madu dan sedang berpamitan dengan orang tua Afsa.

AFSA

Kita berangkat ya, Mah... Yah...

Afsa memeluk sang ibu dan menangis.

IBU AFSA

Kenapa nangis, Nak? Seharusnya kamu bahagia sekarang...

Afsa melepaskan pelukannya dan tersenyum. Matanya beralih kepada ayahnya yang sedari tadi menatapnya. Afsa pun memeluk ayahnya. Sang ayah memeluk lebih erat.

AYAH AFSA

Ayah mencintaimu, Nak...

AFSA

Ayah...

Ayah Afsa melepaskan pelukannya. Tersenyum bahagia.

AYAH AFSA

Udah... jangan nangis lagi...

Afsa menghapus air matanya meski masih terisak. Dan Ayah Afsa menghampiri Putra.

AYAH AFSA (CONT'D)

(meraih tangan Putra)

Dan Nak Putra... Afsa adalah anak Bapak yang berharga. Bapak tidak memintamu untuk menjaganya karena sekarang, Bapak yakin dia bisa menjaga dirinya. Tapi ada satu hal yang mengerikan yang harus Bapak lalui dalam hidup ini, yaitu melepaskan tangan Bapak dari Afsa dan memberikannya kepadamu. Tolong Bapak... bahwa hal itu tidak semengerikan yang Bapak pikir... Cintai dia seribu kali lipat dari cintaku padanya... Jika dia tidak lebih bahagia bersamamu... tidak akan kuizinkan kau mendampinginya...

Putra tertohok keras. Dia tidak bisa menjawab.

AYAH AFSA (CONT'D)

Kemarilah, Afsa...

Ayah Afsa menyatukan tangan Putra dengan Afsa.

AYAH AFSA (CONT'D)

Kalian... berbahagialah... Afsa... kamu anak Ayah yang hebat, mampu menghadapi ketakutanmu... Ayah begitu bersyukur kamu bertumbuh dengan baik sekalipun di dalam luka. Maafkan Ayah yang tidak bisa menjadi Ayah yang bisa kamu banggakan...

Afsari menggelengkan kepalanya.

AFSA

Ayah adalah yang terbaik...

Ayah Afsa tersenyum lebar.

AYAH AFSA

Ya udah... sana berangkat...

Afsa mengangguk dan melepaskan pegangannya dari Putra. Ayah Afsa mendorong Afsa masuk mobil. Afsa pun memasukinya dan melambai setelah berada di dalam. Putra pun akhirnya pamit dengan memberi salam kepada ayah dan ibu Afsa dan masuk ke dalam mobil.

CUT TO

36.INT. MOBIL. DAY

Afsa memandang keluar jendela. Pipinya basah.

PUTRA

Kamu... menangis?

Afsa menyeka airmatanya.

AFSA

Maaf.

PUTRA

Nggak apa-apa. Menangislah.

AFSA

Tiba-tiba... aku merasa rindu dengan orangtuaku... Tiba-tiba... aku merasa sepi...

PUTRA

Kita sudah menikah, kalau kamu merasa kesepian, kamu bisa cari aku. Bagaimana pun... aku sekarang adalah suamimu.

Afsa mengalihkan pandangannya ke arah Putra.

PUTRA

Semuanya akan baik-baik saja. Kamu bisa kapan pun mengunjungi orangtuamu.

AFSA

Benarkah?

PUTRA

Tentu saja. Bukannya, pernikahan kita dibuat seperti itu?

Putra tersenyum dan Afsa berhenti menangis. Mereka saling berpandangan, dan Afsa pun menelan ludahnya karena gugup. Mata Afsa mengerjap, dia pun mengalihkan pandangannya ke luar jendela. Menarik napasnya yang menjadi sesak.

PUTRA

(dibalik kemudi)

Setidaknya... itu yang bisa kulakukan untuk bisa memenuhi janjiku pada ayahmu.

Afsa memandangi Putra yang kembali fokus di balik stir.

AFSA

Apa, Pak Putra kangen sama orangtua Bapak?

Putra diam saja. Dia tetap sibuk menyetir.

AFSA (CONT'D)

Saat bertemu dengan Pak Nanda di rumahnya. Dia bilang sangat bangga sama Bapak. Dan itu buat aku iri. Aku sama sekali tidak bisa membuat bangga orang tuaku.

PUTRA

Buat apa membuat mereka bangga, padahal dia tidak membesarkanmu dengan baik?

Afsa memandangi Putra.

PUTRA (CONT'D)

Sudahlah, jangan terlalu membebani dirimu untuk membuat orang tuamu bangga. Lakukan saja usaha terbaikmu.

Afsa pun tersenyum dan mengingat ayahnya.

CUT TO

37.INT. KORIDOR HOTEL. SORE

Afsa dan Putra berdiri di depan sebuah pintu kamar hotel.

PUTRA

(menyerahkan kunci)

Maaf ya, kita bulan madu masih di Jakarta. Ini... kunci kamarmu. Dan kamarku ada di ujung sana. Itu kamar favoritku.

AFSA

Favorit?

PUTRA

Ya. Kamarku yang paling luas dan jauh dari kamar lainnya. Oia, kamarmu juga adalah yang terbaik.

AFSA

Bapak sering menginap di sini, ya? Sepertinya hafal benar...

PUTRA

Tentu saja. Aku yang merancang desain aset milikku.

AFSA

Jadi... hotel ini?

Putra mengangkat alisnya dan tersenyum.

AFSA (CONT'D)

Milik Bapak?

PUTRA

Aduh, sepertinya mulai sekarang, kamu jangan panggil aku Bapak lagi. Mungkin kamu bisa panggil nama aja... atau... Mas? atau... Hubby?

AFSA

(terbatuk)

Apa...

PUTRA

Atau... sayang?

AFSA

(salah tingkah)

Bapak ada-ada aja.

PUTRA

Eh, aku serius lho. Nggak mungkin kan kamu terus panggil aku Bapak?

AFSA

Ya udah, aku panggil Mas Putra aja ya.

PUTRA

(menggangguk)

Ya udah. Nice.

AFSA

Kalau gitu, aku masuk kamar dulu ya.

PUTRA

(mengusap kepala Afsa)

Ya udah...

Afsa tertegun.

PUTRA

(tersenyum)

Selamat istirahat. Nanti besok kita jalan-jalan.

AFSA

(mengangguk cepat)

I...iya... Pak. Eh, Mas...

PUTRA

(tertawa kecil)

Ok, sampai ketemu besok.

Afsari pun masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya. Dan Putra melangkah menuju kamarnya membawa kopernya. Beberapa saat kemudian, Afsa mengintip Putra di balik pintu dan memperhatikan punggung Putra, kemudian dia menutupnya kembali.

CUT TO

38.INT. KAMAR HOTEL. NIGHT

Afsari berdiri di jendela besar kamar hotel. Dia memandang jauh.

AFSA (V.O)

Jadi inilah malam pertamaku saat aku sudah menikah... Sendiri... di kamarku.

Afsari merogoh ponselnya dari saku, melihat foto orang tuanya dan mulai berkaca-kaca.

AFSA (V.O)

Ayah... Ibu... Kalian akan bahagia, kan? Kalian tidak lagi menderita, kan?

Afsari mulai menangis sedih. Malam pun berlalu.

CUT TO

39.INT. KORIDOR HOTEL. DAY

Putra mengetuk pintu kamar Afsa, dia memakai baju casual dengan memakai jaket, dan pintu pun terbuka.

PUTRA

Pagi.

AFSA

Pagi.

Afsa memakai dress cantik yang membuat Putra terpana. Putra memperhatikan Afsa cukup lama.

PUTRA

Kamu cantik.

Afsa tersenyum malu.

PUTRA (CONT'D)

Gimana tidurmu? Nyenyak?

Afsa mengangguk.

PUTRA

Ya udah. Ayo. Kita bersenang-senang hari ini.

AFSA

Emang mau kemana?

PUTRA

Pertama-tama, kita makan dulu. Kamu suka makanan apa?

AFSA

Aku suka semua kok.

PUTRA

Wah... kamu benar-benar manusia berarti...

AFSA

Terus kalo Mas emang apa? Batu?

Afsa dan Putra tertawa. Tiba-tiba ponsel Putra berdering dan dia pun merogohnya dari saku. Wajahnya berubah serius saat membaca, tapi dia kembali memasukkan ponsel ke dalam saku.

PUTRA

Yuk.

Afsa menutup pintunya dan berjalan bersama Putra.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar