Berbagi Ranjang
1. Datangnya Penagih Utang

1.INT. KAMAR TIDUR. NIGHT

Ruangan gelap. Terlihat kaki melangkah dengan perlahan. Dia mendekati cahaya di sudut yang berasal dari lampu tidur. Kaki itu melewati banyak benda yang berantakan, termasuk jarum suntik yang tergeletak.

Semakin dekat, semakin terlihat ada sosok anak kecil yang meringkuk. Anak kecil itu memeluk lututnya, dengan kepala menunduk. Perlahan, anak kecil itu mendongak dan terlihat matanya yang basah dengan wajah yang kotor dan banyak lebam. Dia menatap dalam ke arah kamera. (Awal CREDIT TITLE)

FADE OUT

2.INT. KAMAR AFSA. DAY

Seorang gadis memakai kemeja biru muda dan rok putih selutut. Dia sedang memakai lipstik menghadap cermin. Gadis itu bernama Afsari, dipanggil Afsa (25 th an).

Di cermin, terdapat banyak foto dirinya dengan kakaknya yang ditempel dan ada satu foto yang tersobek di ujungnya membuang sosok yang kini hanya terlihat tangannya. Setelah selesai memakai lipstik, Afsa tersenyum ke arah cermin dan berucap.

AFSA

Aku terbaik. Aku bisa melakukannya. Tuhan selalu bersamaku. Aku pemenang. Hari ini adalah milikku.

Afsa menepuk pipinya dan mengangguk ke arah cermin. Berbalik dan mengambil tasnya dan siap berangkat kerja.

CUT TO

3.INT. RUANG MAKAN. DAY

Afsa keluar kamar. Terlihat kedua orang tuanya sedang duduk di meja makan.

AFSA

Pagi, Mah!

Afsa mencium pipi ibunya (40 th an), dan duduk di sampingnya. Terlihat Ayah Afsa (45th an) duduk di seberang Afsa.

AFSA (CONT'D)

Pagi, Yah!

AYAH AFSA

Kok, Ayah nggak di cium?

Afsa tersenyum. Tangannya membalikkan piring dan menyendok nasi.

AYAH AFSA

(menatap sedih)

Ayah kangen deh di cium sama kamu. Udah lama banget.

AFSA

(beranjak dari kursi)

Ya udah. Afsa cium Ayah, deh.

Afsa sedikit ragu setelah di hadapan sang Ayah. Dia pun mencium pipinya dengan cepat.

AYAH AFSA

Nah... gitu dong.

IBU AFSA

Sudah... sudah... ayo kita makan.

Sang Ayah menatap Afsari dengan tersenyum. Kemudian terdengar suara ketukan pintu dengan kasar.

IBU AFSA

(cemas)

Pak?

AFSA

Siapa, Mah?

AYAH AFSA

Kamu di sini aja. Biar Ayah yang buka.

Ayah Afsa berdiri dan melangkah menuju pintu. Dia kaget karena ada empat penagih utang datang.

PENAGIH UTANG 1# (O.S)

Pak Amin, kami tahu Bapak di dalam! Cepet buka!

Ayah Afsa membuka pintu dan menutupnya lagi.

CUT TO

4.EXT. HALAMAN RUMAH AFSA. DAY

Ayah Afsa tersenyum kaku dan membungkukan badan kepada empat orang dengan badan besar dan muka sangar. Mereka para penagih utang.

AYAH AFSA

Eh, Mas.

PENAGIH UTANG 1#

Sekarang ada di rumah ya? Dari kemarin kemana aja? Mau coba-coba kabur ya?

AYAH AFSA

Nggak kok, Mas. Masa saya kabur? (ketawa hambar)

PENAGIH UTANG 1#

Kalau gitu, kapan Bapak bayar utangnya? Ini udah jatuh tempo.

AYAH AFSA

Iya, Mas. Saya masih kumpulin uangnya. 100 juta bukan uang sedikit buat saya.

PENAGIH UTANG 1#

Eh, kata siapa 100 juta? Bapak nggak itung bunga keterlambatannya? Utang Bapak sekarang berjumlah 300 juta.

AYAH AFSA

Astagfirullah, Mas. Kok bisa gitu.

Pintu terbuka dan Afsa muncul.

AFSA

Siapa, Yah?

Semua mata tertuju kepada Afsa yang berdiri di ambang pintu.

PENAGIH UTANG 1#

Wah, Pak Amin punya anak secantik ini ternyata. Bisa lah dipake bayar utang.

Para penagih utang tertawa.

AFSA

Utang?

PENAGIH UTANG 1#

Loh, kamu nggak tahu? Ayahmu punya utang sebanyak 300 juta sama kita.

AYAH AFSA

Ayah cuma pinjam 50 juta, Nak.

PENAGIH UTANG 1#

Eh... Jangan gitu dong, Pak. Bapak seharusnya berterimakasih sama kita. Siapa yang menolong Bapak waktu itu? Waktu Bapak ingin membebaskan anaknya yang dipenjara. Kita, kan?

AYAH AFSA

Iya, Mas. Tapi 300 juta...

Terlihat tangan Afsari yang mencengkram erat pintu.

AFSA

Kalian telah melakukan pemerasan. Saya akan laporkan ke polisi.

PENAGIH UTANG 1#

Apa? Pemerasan? Mba ini ada-ada aja.

Penagih utang dengan santai mengeluarkan benda tajam dari sakunya.

AYAH AFSA

Jangan Mas. Saya janji akan melunasi utangnya. Tolong jangan pakai kekerasan. Tolong. Saya minta waktu lagi, Mas. Tolong.

PENAGIH UTANG 1#

O, iya. Tentu saja kita nggak mau pake kekerasan. Jadi sebaiknya... Bapak pastikan utangnya dibayar. Ingat 300 juta, ya.

AYAH AFSA

(gemetar)

Baik, Mas.

Satu penagih utang menghampiri Afsari. Afsari gemetar dan bergerak mundur.

PENAGIH UTANG 1#

Kalau tidak bisa bayar. Biar Anak Bapak buat saya.

Sang Ayah maju dan menghalangi Afsari untuk berusaha melindunginya.

AYAH AFSA

Jangan, Mas. Anak saya sebentar lagi menikah. Biar saya saja yang bertanggungjawab.

PENAGIH UTANG 1#

(tertawa menyebalkan)

Oh... jadi maksud Bapak, anaknya sudah ada yang punya?

AYAH AFSA

I...iya Mas.

Afsari mulai gemetar.

PENAGIH UTANG 1#

Baiklah. Kalau gitu... tiga hari lagi saya ke sini. Dan uangnya harus sudah ada. Kalau masih tidak bisa bayar... Bapak tidak hanya akan kehilangan anak Bapak, tapi juga menantu Bapak dan semua keluarga. Ingat! 300 juta.

Penagih utang itu menyodorkan pisau kecilnya.

PENAGIH UTANG 1#

Ayo pergi.

Para penagih utang pun pergi.

Sang ayah terkulai lemas dan tubuh Afsari melorot. Dia terduduk. Sang ibu datang dari dalam rumah dan menangis sambil memeluk Afsari.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar