Berbagi Ranjang
4. Ayah pingsan
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

11.INT. RUMAH AFSA. NIGHT

Afsari mengetuk pintu dan dibukakan oleh ibunya. Dia memberikkan salam dan mencium punggung tangannya ibunya.

AFSA

Mana Ayah, Mah?

IBU AFSA

Sedang keluar, Nak.

AFSA

Ya udah, Afsa ke kamar dulu.

IBU AFSA

Kamu udah makan?

AFSA

Udah.

Afsa melenggang ke kamarnya dan langsung merebahkan tubuhnya ke kasur.

AFSA (V.O)

Berpura-pura menikah? Apa-apaan?

Afsari melihat ponselnya. Dia melihat foto seseorang laki-laki yang tersenyum.

AFSA(V.O)

Kak... Bagaimana ini?

Afsa membenamkan dirinya di bantal.

AFSA (V.O)

Ah, ga tau!

CUT TO

12.EXT. DEPAN KANTOR. DAY

Keesokkan harinya. Afsari turun dari bis dan sedang berjalan kaki menuju kantornya. Dia melihat mobil hitam yang terparkir tepat di depan lobby kantornya.

Terlihat Putra turun dari mobil hitam itu dan dia tersenyum kepada semua orang yang menyapanya.

AFSA (V.O)

Mungkin itu senyum yang kata dia HARUS.

Afsari memasuki gedung kantor.

CUT TO

13.INT. RUANGAN KARYAWAN. DAY

Afsa menuju ke meja kerjanya dan dia dihampiri oleh karyawan lainnya.

KARYAWAN 5#

Eh Sa, kamu dipanggil Pak Putra ke ruangannya.

AFSA

Hah?... Aku?

Karyawan 5# menganggguk.

Afsa terlihat cemas. Dia pun berjalan menuju ruangan Putra.

CUT TO

14.INT. KORIDOR RUANGAN PUTRA. DAY

Sekretaris Putra menyuruh Afsa masuk ke dalam ruangan Putra.

SEKRETARIS

Masuklah.

Afsa pun mengetuk pintu ruangan Putra. Dan dia masuk ke dalam ruangan itu.

CUT TO

14.INT. RUANGAN PUTRA. DAY

Afsa menghampiri meja kerja Putra.

AFSA

Bapak memanggil saya?

Putra sedang sibuk dengan semua dokumen di atas mejanya.

PUTRA

Tolong, atur jadwal saya untuk membahas proyek ini.

Putra menyodorkan sebuah dokumen dengan kasar.

AFSA

(bingung)

Hah? Atur jadwal?

PUTRA

(mendonggakkan kepala)

Iya. Kenapa? Ada masalah?

AFSA

Tapi, jobdesk saya...

PUTRA

Mulai sekarang. Kamu jadi sekretaris saya.

AFSA

Hah?

PUTRA

Minta semua jadwal kegiatan saya kepada Dina.

AFSA

(gugup)

Tapi... Pak.

PUTRA

Sekarang kamu bisa keluar.

Putra kembali sibuk dengan dokumen dan laptop di depan mejanya.

AFSA (V.O)

Kenapa Pak Putra jadi seperti ini? Apa karena aku nolak permintaan dia?

Putra mendongak dan menatap tajam Afsari dari kursinya.

PUTRA

Ada apa?

AFSA

Maaf Pak. Apa Bapak marah sama saya?

PUTRA

Maksudnya?

AFSA

Ya. Bapak sepertinya sedang menghukum saya karena tidak mau--

PUTRA

Saya hanya bersikap jujur. Tidak lagi berpura-pura tersenyum seperti apa yang kamu bilang.

Afsari dan Putra saling berpandangan. Tiba-tiba, telepon kantor di meja Putra berbunyi. Putra pun menekan tombol merah yang berkelip itu.

PUTRA

Ya?

SEKRETARIS (O.S)

Ada Bapak Nanda, Pak.

Putra terkejut. Dia terdiam cukup lama.

SEKRETARIS (O.S)

Pak?

PUTRA

Suruh masuk.

Putra menatap pintu ruangan. Dia terlihat tegang. Perlahan, pintu pun terbuka dan terlihat Pak Nanda memakai jas hitam dengan senyumannya menghampiri Putra di mejanya.

PAK NANDA

Wah... anakku memang pekerja keras.

Putra masih duduk di mejanya.

PUTRA

Ada apa Ayah kemari lagi? Banyak yang harus ku selesaikan hari ini.

PAK NANDA

Kamu tidak menyambut Ayahmu?

Pak Nanda melirik kepada Afsari yang masih berdiri dengan canggung.

PAK NANDA (CONT'D)

(menunjuk Afsari)

Dan kau...? yang waktu itu.

AFSA

(memberi hormat)

Selamat pagi, Pak... Hm... Kalau begitu saya pergi dulu. (berderap pergi)

PUTRA

Afsari!

Afsari menghentikan langkahnya.

AFSA

(berbalik)

Iya?

PUTRA

Kamu tetap di sini. Kita belum selesai membahas tugasmu.

Afsari kebingungan dan tetap berdiri di posisinya.

PUTRA

Jadi Ayah... ada apa?

Pak Nanda duduk di tepi meja dan menoleh kepada Afsari.

PAK NANDA

Apa kau ingin Ayah membicarakan masalah keluarga di depan karyawanmu?

Afsari hanya menunduk. Dia salah tingkah dan mulai gelisah. Dia melirik ke arah Putra.

AFSA

Maaf, Pak. Saya akan pergi.

Afsari berderap meninggalkan ruangan tanpa meminta izin kepada Putra, dan di ambang pintu dia bertemu dengan tamu Putra lainnya.

PAK NANDA

(bicara lantang)

Wah... Kakak udah datang?

Putra berdiri cepat dan kursinya berderit. Afsari terkejut dan menoleh kembali ke arah Putra. Putra berdiri dengan tubuhnya yang tegang.

Telihat seseorang di ambang pintu. Dia adalah Paman Putra, Wirya. (48THan)

PAK NANDA (CONT'D)

Apa kabar Kakakku, Wirya?

Pak Nanda menghampiri Wirya dan membentangkan tangannya, sedangkan Afsari kembali melangkahkan kakinya setelah mengangguk kepada Wirya yang menatapnya.

PUTRA

(berteriak)

Afsa!

AFSA

(kaget dan menoleh)

Ya?

PUTRA

(gugup dan tegang)

Bukankah kita... ada pertemuan dengan ... klien... hari ini...?

Afsari memandang Putra. Terlihat wajah Putra yang tegang.

PUTRA (CONT'D)

Iya, kan?

Afsari kebingungan. Dia melihat Putra dengan kening berkerut.

AFSA

I...iya. Hari ini harus bertemu klien.

Putra berjalan menuju pintu keluar.

PUTRA

Maaf. Tapi ... saya ... masih ada keperluan.

Putra melewati Pak Nanda dan Wirya.

WIRYA

Apa kamu sesibuk itu, sehingga tidak ada waktu untuk kami?

Putra tertegun.

PUTRA

Iya... saya sedang sibuk. Ayo Afsa.

Afsari yang kebingungan mengikuti langkah cepat Putra menuju lift. Mereka pun masuk ke dalam lift.

CUT TO

15.INT. LIFT. DAY

Putra langsung ambruk setelah pintu lift tertutup. Dia memegangi perutnya, menahan rasa mual.

AFSA

(kaget dan cemas)

Pak... Anda kenapa?

Putra masih berusaha mengatur napas. Dia terlihat pucat.

AFSA (CONT'D)

Pak?

Afsari bingung. Dia hanya melihat Putra yang terlihat kesakitan.

AFSA (CONT'D)

Bapak kenapa?

Putra memejamkan matanya. Dia terduduk di lantai lift dengan banyak keringat di pelipisnya.

Afsari ikut duduk bersama Putra. Terlihat angka lift yang berubah seiring menuruni lantai hingga mencapai lantai lobby.

Pintu lift terbuka dan terlihat beberapa karyawan yang terkejut menemukan Putra dan Afsa yang duduk di lift.

Putra dan Afsa pun segera berdiri dan melangkah keluar lift.

CUT TO

16.EXT. DEPAN KANTOR. DAY

Afsa dan Putra berjalan menuju mobil Putra yang terparkir di depan kantor. Putra memberikan instruksi agar dia yang menyetir ke supirnya. Putra pun berkata kepada Afsa setelah dia melepaskan kunci mobil dengan remot.

PUTRA

Masuklah.

Putra masuk mobil, begitu juga Afsa. Dengan masih menghela napas dengan cepat, Putra mulai mengemudikan mobilnya. Di sampingnya, Afsa terlihat cemas. Mobil pun melaju.

CUT TO

17.EXT. TAMAN. DAY

Afsari mengetuk jendela mobil dan menyerahkan botol minum kepada Putra yang masih memulihkan dirinya di dalam mobil. Putra menurunkan jendela mobil.

AFSA

Minum dulu, Pak.

Putra mengambil botol.

PUTRA

Makasih.

Putra meneguk minumannya.

AFSA

Apa Bapak mau ke dokter?

Putra menurunkan botol minumnya.

PUTRA

(menjawab cepat)

Nggak. Aku benci dokter.

Putra meremas botol minumannya.

Afsari kembali menegakkan tubuhnya. Dia pun mengecek ponselnya yang bergetar. Dia pun menerima pesan masuk yang bertuliskan : Pengajuan Pinjaman Anda Ditolak.

Afsari menghela napasnya dan menurunkan ponselnya.

PUTRA (CONT'D)

Kamu masuklah ke mobil.

Afsa pun kembali masuk mobil dan duduk di samping Putra. Afsa merasa canggung.

PUTRA

Bagaimana caranya?

AFSA

Hah?

PUTRA

Kamu bilang... kalau aku harus menghadapi ketakutanku... Bagaimana caranya?

AFSA

Itu...

Tiba-tiba ponsel Afsari berdering. Tertulis kontak "Ibu".

AFSA (CONT'D)

Maaf. Saya harus angkat ini.

Putra mengangguk. Afsa keluar mobil.

AFSA

Halo, Mah.

INTERCUT TO:

18.INT. RUMAH AFSA. DAY

IBU AFSA

Afsa... Ayahmu pingsan.

INTERCUT WITH AFSA:

AFSA

Hah? Pingsan? Terus sekarang di mana?

IBU AFSA

(terdengar menangis)

Masih di rumah... Afsa...

AFSA

Iya Mah, Afsa segera pulang. Tunggu ya Mah...

CUT TO:

19.INT. MOBIL. DAY

AFSA

Pak, Maaf... tapi saya harus pulang. Ayah saya pingsan, Pak.

PUTRA

Biar ku antar.

Putra pun mengantarkan Afsari menuju rumahnya.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar