25. INT. KAMAR ADNAN — PAGI
Angin masuk ke dalam kamar Adnan, melambai-lambaikan kain jendela berwarna putih transparan. Sinar matahari pagi masuk memecah kegelapan di kamar Adnan.
Jam bekker berdering, menunjukkan pukul 09.00 tapi Adnan masih terlelap. Suara bising jam bekker membangunkannya, ia menggeliat di atas tempat tidur. Lalu bangkit, mengumpulkan kesadarannya beberapa saat dan akhirnya membuka matanya.
Pintu kamar Adnan tiba-tiba terketuk, Adnan berdehem, beranjak untuk membuka pintu. Pintu terbuka, sudah terlihat Keenan di depannya.
Keenan
Adnan
Adnan beringsut ke tempat tidurnya lagi.
Keenan
Adnan
Keenan
Adnan
Keenan
Adnan
Keenan
Adnan
Keenan
Adnan
Keenan
Adnan
Keenan
Adnan
Keenan
Adnan
Keenan
Keenan melempar bantal ke muka Adnan dan berlalu dari kamar.
Adnan
Adnan bangkit dan berlalu dari kamar.
CUT TO
26. INT. KAMAR ARETA — PAGI
Areta duduk di tepi tempat tidur kapuk yang hanya beralas kain tipis sambil menatap sebuah foto yang dipegangnya.
INSERT
Foto seorang anak laki-laki berumur 12 tahun, merangkul seorang gadis disampingnya sambil tersenyum, gadis itu Areta saat masih kecil.
Areta
Areta mengelus foto itu, air matanya perlahan mulai jatuh membasahi pipinya.
Areta
DISSOLVE TO
27. EXT. PANTI ASUHAN KASIH BUNDA - TAMAN — SORE
FLASHBACK
Areta kecil tengah bermain lari-larian dengan seorang teman kecil. Mereka tertawa lebar tanpa beban.
DISSOLVE TO
Teman kecil Areta mengusap air mata Areta yang kesakitan memegangi kakinya yang berdarah. Dia sigap memanggil seseorang pemuda remaja.
DISSOLVE TO
Teman kecil Areta menemani Areta, mereka berbicara riang terlihat dari raut wajah mereka.
DISSOLVE TO
28. INT. KAMAR ARETA — PAGI
Saat tengah terpaku pada pikirannya, Sebuah suara dari luar kamar membuyarkan lamunannya.
Nadira (O.S)
Areta buru-buru mengusap air matanya, meletakkan foto di sebuah kotak di samping tempat tidurnya dan bergegas keluar kamar.
CUT TO
29. INT. RUMAH ARETA - RUANG TAMU — PAGI
Areta berjalan pelan ke ruang tamu, disana sudah ada Lastri, Nadira dan Chandra yang duduk di sofa.
Areta
Lastri
Areta
Mendengar kalimat Areta, Chandra dan Nadira sontak menoleh kepadanya.
Nadira
Ucap Nadira dengan nada mengejek.
Areta
Nadira
Areta
Chandra
Nadira tersenyum penuh kemenangan.
Nadira
Areta tak menjawab, dia hanya menundukkan kepalanya, menyesal telah membahas soal Ayah.
Lastri
Nada Lastri terdengar dingin, namun penuh penekanan.
Areta
Lastri dan Nadira bergegas meninggalkan Areta sendirian yang tengah menahan tangisnya.
CUT TO
29. INT. RUANG KUNJUNGAN LAPAS — SIANG
Areta tengah menunggu di ruangan kunjungan yang terpisah oleh besi teralis dan kaca dengan lubang kecil di bagian bawahnya. Areta duduk di ruangan kunjungan berseberangan dengan ruangan narapidana.
Areta meremas-remas jemarinya, air mukanya sedikit tegang, berulang kali ia menarik napas.
Beberapa saat kemudian, seorang lelaki sedikit berewokan dan berwajah kusam masuk ke dalam ruangan. Lelaki separuh baya itu tersenyum kepada Areta. Tubuhnya kurus, hingga memperlihatkan tulang kering di lehernya.
Areta memandangi wajah Ayahnya dengan tatapan nanar, tapi kemudian diubahnya, lalu dia tersenyum lebar ke arah Ayahnya.
Areta
Hendra
Areta
Hendra
Areta
Hendra mengangguk pelan sembari melempar senyum tipis.
Hendra
Areta
Hendra
Areta tertegun, air mata terkepung di pelupuk mata Areta, yang akhirnya jatuh di pipinya.
Hendra mendekatkan dirinya ke kaca.
Areta
Areta
Hendra menatap lekat Areta.
Hendra
Areta
Hendra (V.O)
Areta
Hendra
Areta balas dengan senyuman lebar, melempar tatap penuh kasih kepada Ayah angkatnya.
DISSOLVE TO
FLASHBACK
Areta masih SMP Kelas 1.
31. INT. RUMAH LAMA ARETA — MALAM
Areta mengambil pisau untuk melindunginya, ia pun berlari cepat menuju keluar pintu namun kembali berhasil dihadang oleh Rahman. Dengan cepat pula Areta pun mengacungkan pisau ditangannya ke arah leher Rahman sehingga darah segar bercucuran dan tubuhnya ambruk ke lantai, ia mengerang kesakitan hingga akhirnya tidak sadarkan diri.
Areta merasa semakin ketakutan ketika melihat pisau itu tertancap di leher Rahman. Tubuh Areta bergetar hebat, ia menangis sejadi-jadinya, tangannya penuh dengan darah. Saat itu, tak lama kemudian, Hendra pulang dari kantor, ia terkesiap ketika melihat mayat Rahman telah berlumuran darah dan Areta di dekatnya.
Hendra
Areta tidak menjawab, tangisnya semakin pecah ketika melihat ayahnya, Hendra langsung memeluk tubuh anak gadisnya itu.
Hendra
Areta pun mulai menceritakan semuanya kepada ayahnya, wajah Hendra berubah marah dan kesal. Ia tidak bisa menahan air matanya. Namun disisi lain ia juga merasa bersalah telah membiarkan Areta tinggal sendirian di rumah.
Hendra
Suara Hendra terdengar serak dan bergetar.
Areta
Hendra
Areta
Hendra
Areta
Hendra menggeleng dengan tatap nanar.
Hendra
Air mata Areta semakin berurai tanpa henti, ia menggenggam tangan Hendra.
Areta
Hendra mengelus lembut rambut Areta lalu mencium keningnya.
Hendra (V.O)
CUT TO
32. EXT. RUMAH ARETA - TERAS — SIANG
Adnan tengah menunggu kepulangan Areta sembari bersandar di dinding beton, tangan kanannya memegang plastik putih berisi kue ulang tahun. Berulang kali menoleh ke kanan kiri berharap kehadiran Areta.
Tiba-tiba handphone Adnan berdering, ia sigap mengambil dari sakunya dan menjawab panggilan tersebut.
Adnan
INTERCUT
Keenan (O.S)
Adnan
Keenan (O.S)
Adnan
Keenan (O.S)
Kontan bolamata Adnan membelalak.
Keenan (O.S)
Adnan
Adnan menutup telponnya, bergegas, dan meninggalkan kue yang dipegangnya di atas kursi di depan teras rumah Areta.
CUT TO