Akhir Sebuah Kisah
6. Episode 1 bagian enam

25. INT. KAMAR ADNAN — PAGI

Angin masuk ke dalam kamar Adnan, melambai-lambaikan kain jendela berwarna putih transparan. Sinar matahari pagi masuk memecah kegelapan di kamar Adnan.

Jam bekker berdering, menunjukkan pukul 09.00 tapi Adnan masih terlelap. Suara bising jam bekker membangunkannya, ia menggeliat di atas tempat tidur. Lalu bangkit, mengumpulkan kesadarannya beberapa saat dan akhirnya membuka matanya.

Pintu kamar Adnan tiba-tiba terketuk, Adnan berdehem, beranjak untuk membuka pintu. Pintu terbuka, sudah terlihat Keenan di depannya.

Keenan

Dasar pemalas, kalau tidak sekolah, pasti bangunmu selalu siang.

Adnan

Jam 9 masih pagi kak.

Adnan beringsut ke tempat tidurnya lagi.

Keenan

Bahkan ayam saja sudah mencari makan saat matahari baru terbit Ad.(duduk di beanbag)

Adnan

sayangnya aku bukan Ayam. Lagian semalaman aku bergadang, habis meladeni Zhafir main game.

Keenan

(geleng-geleng kepala) Kamu sudah kelas dua, setahun lagi akan naik kelas, dan lulus. Fokus belajar, jangan terlalu sibuk main games.

Adnan

Kamu seperti Mama kak, kenapa cerewet banget sih. (merebahkan tubuhnya)

Keenan

(mendengus) Kamu akan pergi ke ulang tahun Zhafir kan?

Adnan

Tentu saja, dia sudah memintaku berulang kali. (bangun dari posisi sebelumnya) tapi... sebenarnya aku ingin merayakan ulang tahun seseorang juga kak.

Keenan

Siapa, pacarmu?

Adnan

(mengulum senyum) Ehmmm, kuharap seperti itu sih.

Keenan

(mengernyitkan dahi) apaan itu maksudnya, pacarmu atau tidak.

Adnan

Untuk sekarang sih tidak.

Keenan

(mendegus sambil tersenyum) Kamu akan pergi ke tempat acara denganku dan Mecca atau diantar Mang Ujang?

Adnan

Aku tidak ingin mengganggu waktu kalian bersama. Kudengar kalian sudah lama tidak bertemu karena sibuk. Lagian, aku tidak ingin jadi nyamuk.

Keenan

Dasar, makanya cepat cari pacar biar tidak sendirian.

Adnan

Ini juga lagi usaha kak.

Keenan

Sudahlah, cepat turun, kamu belum sarapan kan.

Adnan

Mama sama Papa?

Keenan

Belum pulang, siang atau sore ini mereka tiba. Sudah cepat makan sana.

Keenan melempar bantal ke muka Adnan dan berlalu dari kamar.

Adnan

Siang ini aku harus membeli sesuatu untuk hadiah ulang tahun Areta.

Adnan bangkit dan berlalu dari kamar.

CUT TO

26. INT. KAMAR ARETA — PAGI

Areta duduk di tepi tempat tidur kapuk yang hanya beralas kain tipis sambil menatap sebuah foto yang dipegangnya.

INSERT

Foto seorang anak laki-laki berumur 12 tahun, merangkul seorang gadis disampingnya sambil tersenyum, gadis itu Areta saat masih kecil.

Areta

Selamat ulang tahun Zhafir. Kuharap kamu panjang umur, sehat, dan semoga kita bisa bertemu nanti.

Areta mengelus foto itu, air matanya perlahan mulai jatuh membasahi pipinya.

Areta

Kamu sedang apa sekarang Zhaf, pasti lagi merayakan ulang tahun sekarang kan (suaranya bergetar) Sekarang ini, aku lagi sendiri Zhaf. Seperti biasa aku selalu merayakan ulang tahun sendirian. Nanti kalau kita ketemu lagi, kita bisa merayakan ulang tahun bersama Zhaf.

DISSOLVE TO

27. EXT. PANTI ASUHAN KASIH BUNDA - TAMAN — SORE

FLASHBACK

Areta kecil tengah bermain lari-larian dengan seorang teman kecil. Mereka tertawa lebar tanpa beban.

DISSOLVE TO

Teman kecil Areta mengusap air mata Areta yang kesakitan memegangi kakinya yang berdarah. Dia sigap memanggil seseorang pemuda remaja.

DISSOLVE TO

Teman kecil Areta menemani Areta, mereka berbicara riang terlihat dari raut wajah mereka. 

DISSOLVE TO

28. INT. KAMAR ARETA — PAGI

Saat tengah terpaku pada pikirannya, Sebuah suara dari luar kamar membuyarkan lamunannya.

Nadira (O.S)

Areta!!!! kamu dimana, dipanggil ni ke ruang tamu !!!

Areta buru-buru mengusap air matanya, meletakkan foto di sebuah kotak di samping tempat tidurnya dan bergegas keluar kamar.

CUT TO

29. INT. RUMAH ARETA - RUANG TAMU — PAGI

Areta berjalan pelan ke ruang tamu, disana sudah ada Lastri, Nadira dan Chandra yang duduk di sofa.

Areta

Iya Bu, ada apa?

Lastri

Kami akan pergi, hari ini tidak usah buka toko. Kamu jaga rumah, jangan pergi entah kemana?

Areta

mmm... Areta hari ini mau ke penjara jenguk Ayah Bu.

Mendengar kalimat Areta, Chandra dan Nadira sontak menoleh kepadanya.

Nadira

Berbakti banget sih anak Ayah, Oh iya lupa, si anak kesayangan Ayah.

Ucap Nadira dengan nada mengejek.

Areta

Kalau kamu mau ikut, kita bareng aja Nad.

Nadira

APA?! ga salah dengar gue. Kesana sama elu?mending gue ikut Ibu, lagian Ayah tuh cuma maunya ngeliat muka elu aja.

Areta

Engga, kamu salah, Ayah sudah lama ingin ngeliat kamu, Chandra atau Ibu.

Chandra

(mendengus kasar) Lo engga usah belagak bego, lo pikir kita mau kesana, setelah semua yang terjadi? ga usah ngaco deh.(bangkit dan berlalu)

Nadira tersenyum penuh kemenangan.

Nadira

Tuh makanya jangan sok deh, elu ga ingat apa sama penyebab kenapa kita engga pernah kesana selama Ayah di penjara. Mikir deh lo.

Areta tak menjawab, dia hanya menundukkan kepalanya, menyesal telah membahas soal Ayah.

Lastri

Kalau kamu kesana, jangan berani katakan apapun tentang kami.

Nada Lastri terdengar dingin, namun penuh penekanan.

Areta

I-iya Bu.

Lastri dan Nadira bergegas meninggalkan Areta sendirian yang tengah menahan tangisnya.

CUT TO

29. INT. RUANG KUNJUNGAN LAPAS — SIANG

Areta tengah menunggu di ruangan kunjungan yang terpisah oleh besi teralis dan kaca dengan lubang kecil di bagian bawahnya. Areta duduk di ruangan kunjungan berseberangan dengan ruangan narapidana.

Areta meremas-remas jemarinya, air mukanya sedikit tegang, berulang kali ia menarik napas.

Beberapa saat kemudian, seorang lelaki sedikit berewokan dan berwajah kusam masuk ke dalam ruangan. Lelaki separuh baya itu tersenyum kepada Areta. Tubuhnya kurus, hingga memperlihatkan tulang kering di lehernya.

Areta memandangi wajah Ayahnya dengan tatapan nanar, tapi kemudian diubahnya, lalu dia tersenyum lebar ke arah Ayahnya.

Areta

(tersenyum) Bagaimana kabar Ayah?

Hendra

Ayah baik-baik saja disini, tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Areta

(berusaha tidak menangis) ehmm... Alhamdulillah, syukurlah Yah. Areta senang dengarnya.

Hendra

(menoleh ke luar ruangan) Lagi-lagi kamu hanya datang sendirian.

Areta

(diam sesaat) hmmm... (mengangguk) Ibu dan adik-adik berjanji akan datang jika ada waktu Yah.

Hendra mengangguk pelan sembari melempar senyum tipis.

Hendra

Semuanya baik-baik aja kan, Engga ada masalah kan?

Areta

(menggeleng) Semuanya baik-baik aja Yah.

Hendra

Selamat ulang tahun Areta, Ayah berdoa yang terbaik untuk kamu.

Areta tertegun, air mata terkepung di pelupuk mata Areta, yang akhirnya jatuh di pipinya.

Areta (V.O)
Ayah orang pertama yang mengucapkan ulang tahun dan selalu begitu, tidak pernah berubah.

Hendra mendekatkan dirinya ke kaca.

Areta

Jangan nangis sayang.

Areta

(membasuh airmata) Areta cuma terharu, karena masih bisa ngerayain ulang tahun sama Ayah.

Hendra menatap lekat Areta.

Hendra

Maafin Ayah Ar, seandainya kita bisa merayakan di tempat yang lebih layak dari ini.

Areta

(menggeleng) Itu bukan salah Ayah, berhenti minta maaf sama Areta Yah. Lagipula Areta engga masalah kok, asalkan bisa merayakan ulang tahun sama Ayah.

Hendra (V.O)

(tersenyum) Dia pasti hanya merayakan ulang tahunnya sendirian. (menatap lekat)

Areta

Oh iya Yah, Areta bawain kue buat Ayah. Sudah di kasih ke pihak lapas. Nanti dimakan ya.

Hendra

(mengangguk) Tentu saja, nanti akan Ayah makan dengan lahap.

Areta balas dengan senyuman lebar, melempar tatap penuh kasih kepada Ayah angkatnya.

DISSOLVE TO 

FLASHBACK

Areta masih SMP Kelas 1.

31. INT. RUMAH LAMA ARETA — MALAM

Areta mengambil pisau untuk melindunginya, ia pun berlari cepat menuju keluar pintu namun kembali berhasil dihadang oleh Rahman. Dengan cepat pula Areta pun mengacungkan pisau ditangannya ke arah leher Rahman sehingga darah segar bercucuran dan tubuhnya ambruk ke lantai, ia mengerang kesakitan hingga akhirnya tidak sadarkan diri.

Areta merasa semakin ketakutan ketika melihat pisau itu tertancap di leher Rahman. Tubuh Areta bergetar hebat, ia menangis sejadi-jadinya, tangannya penuh dengan darah. Saat itu, tak lama kemudian, Hendra pulang dari kantor, ia terkesiap ketika melihat mayat Rahman telah berlumuran darah dan Areta di dekatnya.

Hendra

Aretaaa…!!!, apa yang terjadi, Kenapa Rahman bisa ada di rumah kita?!

Areta tidak menjawab, tangisnya semakin pecah ketika melihat ayahnya, Hendra langsung memeluk tubuh anak gadisnya itu.

Hendra

Tenang, tenang sayang. Ceritakan pada ayah apa yang terjadi.

Areta pun mulai menceritakan semuanya kepada ayahnya, wajah Hendra berubah marah dan kesal. Ia tidak bisa menahan air matanya. Namun disisi lain ia juga merasa bersalah telah membiarkan Areta tinggal sendirian di rumah.

Hendra

Areta dengarkan Ayah, perjalananmu masih panjang kamu harus hidup dengan baik. Kamu bukan pembunuh, kamu hanya korban. Itulah yang harus kamu tanamkan dalam pikiranmu sekarang.

Suara Hendra terdengar serak dan bergetar.

Areta

Ma-maksud Ayah? (mulai menangis)

Hendra

Areta dengar, biarkan Ayah yang akan menggantikanmu. Biar Ayah yang diduga membunuhnya. Biar Ayah saja yang menanggungnya.

Areta

Tidak, tidaak!! jangan, aku yang membunuhnya, Ayah jangan lakukan itu.(tangis makin kencang)

Hendra

(menggeleng) Ayah sudah tua, tidak banyak yang bisa ayah lakukan. Tapi berbeda denganmu, kamu masih muda. Kamu harus menikah, punya anak, dan melakukan banyak hal lainnya. Ayah tidak akan memaafkan diri Ayah kalau kamu yang dipenjara.

Areta

Tidaakkk AYAH!!, kumohon! aku tidak bisa melakukan ini, biar aku yang menanggungnya. Ingat Mama, Nadira, sama Chandra Yah.(makin histeris)

Hendra menggeleng dengan tatap nanar.

Hendra

Maafkan Ayah tidak bisa memberikan kebahagiaan padamu seperti. Hanya ini yang bisa Ayah lakukan untuk membantu. Biarkan nak, setelah ini kamu harus hidup dengan baik.

Air mata Areta semakin berurai tanpa henti, ia menggenggam tangan Hendra.

Areta

(menggeleng) Ayah sudah buat Areta bahagia, Ayah adalah Ayah terbaik dan Areta bangga memilki Ayah, jadi jangan meminta maaf.

Hendra mengelus lembut rambut Areta lalu mencium keningnya.

Hendra (V.O)

Ini bagian dari tanggang jawabku mengangkat Areta.

CUT TO

32. EXT. RUMAH ARETA - TERAS — SIANG

Adnan tengah menunggu kepulangan Areta sembari bersandar di dinding beton, tangan kanannya memegang plastik putih berisi kue ulang tahun. Berulang kali menoleh ke kanan kiri berharap kehadiran Areta.

Tiba-tiba handphone Adnan berdering, ia sigap mengambil dari sakunya dan menjawab panggilan tersebut.

Adnan

Halo kak? ada apa?

INTERCUT

Keenan (O.S)

Kamu lagi dimana Ad?

Adnan

Aku lagi di rumah teman nih, kakak kalau mau duluan ke acara ulang tahun duluan aja, nanti aku nyusul sendirian.

Keenan (O.S)

Kamu harus ke rumah sakit sekarang Ad.

Adnan

(dahi mengenyit) Ke rumah sakit, untuk apa?Apa kamu sakit kak atau kak Mecca?

Keenan (O.S)

Tidak Ad, tapi Papa sama Mama.

Kontan bolamata Adnan membelalak.

Keenan (O.S)

Papa sama Mama kecelakaan,saat ini sudah dibawa ke rumah sakit Giant Hospital Ad.

Adnan

(tangannya bergetar) O-o-oke kak, A-aku akan segera kesana sekarang.

Adnan menutup telponnya, bergegas, dan meninggalkan kue yang dipegangnya di atas kursi di depan teras rumah Areta.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar