Akhir Sebuah Kisah
2. Episode 1 bagian dua

7. EXT. KANTIN SEKOLAH — PAGI

Seperti biasa, saat jam istirahat, Areta sudah bergulat di kantin untuk membantu melayani pembeli.

Di saat bersamaan, Adnan bersama dengan teman-teman barunya, Yogi and the genk tiba di kantin. Mereka langsung duduk di meja panjang yang masih kosong di sudut kantin.

Manda

kamu mau pesan apa Ad? disini kamu bisa pesan apa aja.

Adnan

(berfikir beberapa saat) pesan nasi goreng aja deh.

Manda

(melambaikan tangan) Aretaaa!

Areta menoleh dengan cepat, mendekat ke arah Manda. Adnan terkesiap, melihat Areta yang berjalan ke arah meja mereka dengan memegang buku catatan dan pulpen ditangan, juga celemek di pinggangnya.

Areta

Iya mau pesan apa Man?

Manda menjelaskan pesanan mereka dengan seksama, Areta mencatatnya, sementara itu Adnan fokus melempar pandang ke Areta tanpa berkedip.

Areta

Kalau begitu, tunggu sebentar.
Pesanan kalian akan dibuat.

Areta berjalan menjauh dari Adnan dan teman-teman.

Adnan terus memperhatikan Areta yang hilir mudik di keramaian, tubuh kecilnya hilang tenggelam di antara kerumunan siswa lainnya yang berjubel di kantin sekolah.

Adnan

Dia teman sekelas kita kan?

Danish

Siapa, Areta?

Adnan mengangguk pelan, tanpa memalingkan wajahnya dari Areta.

Danish

Dari awal masuk sekolah, dia udah kerja di kantin sih. Emang kenapa?

Adnan

(menggeleng) engga kenapa, cuma nanya aja.

Adnan masih terus menjatuhi atensinya pada Areta yang sibuk melayani pembeli lain.

CUT TO

8. INT. GELANGGANG OLAHRAGA - DILUAR GEDUNG SEKOLAH — PAGI

Mata pelajaran setelah jam istirahat adalah Olahraga. Anak kelas XI IPA 2 sudah berkumpul di lapangan. Kali ini, guru Olahraga tidak memberikan praktek khusus, dia membebaskan anak-anak untuk berolahraga sesuai keinginan mereka. Ada yang memilih bermain basket, bermain sepakbola bagi para siswa laki-laki, juga bermain bulu tangkis.

Ada juga yang sekedar duduk-duduk santai di pinggir lapangan. Begitu juga dengan Areta yang hanya duduk sendirian di salah satu kursi di tribun dekat lapangan sepakbola. Dia menatap setiap teman sekelasnya dengan tatap sendu, ingin ikut bergabung tapi tidak ada yang ingin bermain bersamanya.

Areta mengalihkan pandangannya kepada sekumpulan murid cewek di kelansya yang saling berbincang-bincang dengan penuh canda tawa, dia menghela napas melihat pemandangan itu. Sebab, dia benar-benar sendirian, tidak ada yang menganggap kehadirannya selama ini.

Sementara itu, Adnan baru saja bergabung dengan anak-anak lelaki lainnya ke tengah lapangan. Saat itu pula, dia tak sengaja mendapati Areta yang tengah duduk seorang diri. Adnan mengedarkan pandang ke sekeliling, semua orang bergabung dengan kelompoknya, namun tidak bagi Areta.

Adnan (V.O)

Kenapa dia hanya sendirian? kenapa tidak bergabung dengan yang lain saja?

Saat hanyut pada rasa penasarannya, Yogi memanggil Adnan dari kejauhan untuk segera bergabung, karena permainan akan segera dimulai.

Adnan mengangguk, dan buru-buru bergabung dengan yang lainnya.

Yogi

Ngeliatin siapa sih Ad?

Yogi ikut melempar tatap ke arah tribun, dimana Adnan menjatuhi pandang.

Adnan

Hah? engga ada kok.

Yogi mengernyitkan dahinya dan menaikkan bahu seakan merasa aneh.

DISSOLVE TO

Adnan dan anak cowok lainnya sudah bermain sepak bola selama 15 menit. Areta yang sedari tadi cuma diam saja, merasa bosan, dan ingin pergi ke kelas saja.

Dia melenggang meninggalkan gelanggang olahraga, namun secara tiba-tiba dari arah atas, bola melambung cepat ke kepala Areta, membuatnya ambruk di tanah. Semua anak cowok bergegas mendekat untuk memeriksa keadaan Areta.

Yogi

Woi! Areta kamu engga apa-apa kan?

Yogi menggoyangkan tangan tubuh Areta denga kakinya.

Adnan

Pertanyaan apa itu? engga ada orang yang baik-baik aja sehabis dihantam bola Yog. (nada suara kesal)

Adnan tanpa pikir panjang, langsung mengangkat tubuh Areta.

Adnan

dia harus segera dibawa ke UKS.

Dengan cepat Adnan menggendong tubuh Areta, Adnan meninggalkan anak-anak lainnya yang terpaku melihat Adnan dan Areta yang hilang diujung jalan antara pepohonanan.

CUT TO

9. INT. RUANG UKS — SIANG

Areta mengerjap-ngerjapkan matanya, dia terkesiap saat tahu sudah berada di ruang UKS. Dia bangkit di tempat tidur, mengedarkan pandang ke sekeliling ruangan yang nampak kosong.

Areta

Kenapa aku tiba-tiba ada disini?

Areta memegangi kepalanya yang terasa pusing, mendadak pintu ruangan terbuka, penjaga UKS masuk ke dalam.

Ibu Siska - penjaga UKS

Kamu sudah bangun Areta?

Areta

Kenapa saya ada disini bu? emang saya kenapa?

Ibu Siska

(tersenyum ramah) Kamu pingsan karena tidak sengaja terkena lemparan bola Areta.

Areta

Trus siapa yang membawa saya kemari bu?

Ibu Siska

Ibu lupa siapa namanya, tapi kayaknya dia anak baru, ibu tidak pernah bertemu dengannya.

Areta (V.O)

Anak baru itukah?

Ibu Siska

Dia cukup lama disini menunggu kamu sadar. Baru saja 10 menit yang lalu dia pamitan karena jam pelajaran terakhir dimulai.

Areta mengangguk pelan mendengar penjelasan Ibu Siska. 

Ibu Siska

Kamu kalau masih pusing, disini aja dulu, tidak perlu masuk kelas. Nanti kamu pingsan lagi.

Areta melihat ke jam dinding yang terletak di sisi ruangan UKS. Jarum jam berhenti di angka 1, siang hari.

Areta (V.O)

Sejam lagi waktunya pulang sekolah. Lebih baik aku pulang aja deh,biar engga telat ke pasar, daripada kena amuk Ibu karena telat kayak kemarin sore.

Areta bangkit, memakai sepatunya.

Areta

Saya pamit pulang aja Bu. Lagian bentar lagi pulang sekolah, jadi saya lebih duluan aja, mau langsung ke pasar.

Ibu Siska

Apa engga sebaiknya kamu istirahat aja dulu?

Areta tersenyum masam.

Areta

Gak apa-apa kok bu, saya sudah biasa, nanti juga baikan sendiri. Saya pulang dulu ya bu.

Areta melangkah pergi dari ruangan setelah melihat Bu Siska menganggukan kepalanya.

CUT TO

10. INT. RUMAH ADNAN - RUANG TAMU — SIANG

Adnan baru saja tiba di rumah, berjalan pelan sambil menjinjing tas ranselnya di tangan kanan. Suasana rumah lengang, sehingga suara derap kakinya terdengar jelas. Saat mau menaiki anak tangga pertama, sebuah suara menyapanya.

Keenan

Sudah pulang?

Keenan mendongak ke arah Adnan, sambil memegang gelas di tangan, tengah duduk di dekat bartender sendirian.

Adnan

(menoleh sambil tersenyum) Kapan kakak pulang?

Keenan

Sekitar tiga puluh menit lalu. Bagaimana sekolahnya?

Adnan

(Berjalan mendekat ke Keenan) Ya begitulah, biasa aja. (menaikkan bahunya)

Keenan

Sudah dapat teman?

Adnan

(duduk di samping Keenan) kamu bercanda kak? Tentu saja, Adnan tidak akan sulit untuk mendapatkan teman dimanapun dia berada.

Keenan

(mendengus dan tersenyum kecil) Yah...aku sepertinya tidak akan khawatir padamu kan.

Adnan

Tapi... ada seorang teman sekelas yang membuatku sedikit penasaran.

Keenan

(mengenyitkan dahi) Perempuan? Penasaran... karena?

Adnan

Sebenarnya tidak ada yang terlalu spesial darinya, dia sedikit pendiam, tidak suka bergaul. Tapi aneh saja, aku merasa sesuatu yang aneh. Sorot matanya berbeda kak.

Keenan

Kenapa? ... sorot matanya membuat hatimu deg-degan? (mengulum senyum menggoda)

Adnan

(mendengus) Bukan begitu, hanya saja aku menangkap kesedihan, dan aku merasa sedih melihatnya.

Adnan menatap lurus ke depan, matanya menerawang pertemuan pertamanya dengan Areta.

DISSOLVE TO

INSERT

Pertemuan pertama kali Adnan dengan Areta, dimana mereka saling pandang. Seperti adegan slowmotion, sorot mata Areta tertangkap begitu sendu.

Keenan

Hei Ad?... kenapa diam.

Adnan menggeleng kikuk.

Keenan

Trus ada cerita apa lagi tentang dia.

Adnan

Tadi dia tidak sengaja terkena lemparan bola saat jam pelajaran Olahraga. Anak-anak sekelas tidak ada yang peduli jadi aku yang membawanya ke ruang UKS.

Keenan

(mendengar dengan seksama) Lalu?

Adnan

Yah... aneh saja rasanya... aku baru saja masuk sekolah, tapi sudah mendapat teman. Sementara dia tidak ada satupun yang bermain dengannya. Bahkan saat pelajaran olahraga dia hanya duduk sendirian.

Keenan menatap Adnan dengan tatapan sedikit menggoda.

Keenan

Kamu tahu tidak Ad?

Adnan

Tahu apa?

Keenan

Kakak menerawang dari wajahmu, kalau kamu menyukainya.

Adnan

A-apaan...su-suka? kakak bercanda ya. Mana mungkin, apalagi kami baru aja bertemu hari ini.

Keenan

Itu dia... (menjentikkan jarinya) kamu baru bertemu dengannya hari ini, tapi kamu sudah memikirkannya. Bahkan dari sekian banyak yang bisa kamu ceritakan kamu justru menceritakan dia. (mengulum senyum)

Adnan

(mendengus) suka? apa-apaan sok tau. Aku tuh cuma penasaran aja.

Adnan menuang air putih ke dalam gelas dan meneguknya.

Adnan

Ngomong-ngomong kakak kenapa pulang. Sendirian aja, Mama sama Papa mana?

Keenan

Masih di Singapore, kakak pulang karena ada sedikit masalah yang harus diselesaikan di kantor.

Adnan

Masalah apa lagi? perasaan belakangan ini selalu ada masalah.

Keenan

(mendengus) Masalah pasti akan selalu ada Ad. Kamu akan paham kalau nanti mulai ngurus perusahaan.

Adnan

Aku tetap akan mengurus Giant Entertainment kak?

Keenan

Tentu aja iya, jangan bilang kamu engga mau.

Adnan

Bukan gitu, hanya aja aku takut engga bisa memimpin perusahaan kayak kakak.

Keenan

Belajar Ad, semua butuh proses, kakak juga begitu dulu. Tapi karena belajar dari kesalahan dan pengalaman, bisa jadi seperti sekarang ini.Makanya nanti kamu kuliah, ambil jurusan yang sesuai dengan pekerjaan, biar bisa mengurus Giant.

Adnan

Aku engga tahu siap atau tidak.

Keenan

Kalau ditanya sekarang pasti jawabannya tidak siap, tapi beda kalau nanti. Lagian apapun itu, kita harus bersiap, karena Papa engga mungkin mengurusi perusahaan sendirian kan. Untuk apa ada dua anak laki-lakinya kalau engga bisa diandelin.

Adnan mengangguk mendengar penjelasan Keenan.

Keenan

Kakak mau mandi dulu, kamu juga beres-beres deh. Bau keringat (muka mengejek)

Keenan pergi berlalu meninggalkan Adnan, menaiki tanggga ke lantai dua. Sementara Adnan memandang punggung Keenan dengan wajah cemas.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar