FADE IN
- INT. DAPUR RUMAH ARETA — PAGI
Areta sedang sibuk memasak di dapur sendirian. Bunyi bising dari pisau yang beradu dengan talenan, desing dari air yang meluap dari panci, dan suara desisan minyak yang tengah menggoreng memecah kelengangan pagi. Areta bergerak cepat untuk menyelesaikan semuanya.
Terdengar suara pintu terbuka dan derap kaki Chandra yang baru saja bangun, dia berjalan gontai sembari mengerjapkan mata ke arah dapur dengan rambut acak-acakan, memakai celana pendek di atas dengkul, juga bertelanjang dada. Lalu mendudukan pantatnya ke kursi di ruang makan, sembari menyomot tempe goreng di piring yang sudah tersedia di atas meja.
Tak lama berselang, Nadira dan Lastri keluar bersamaan. Nadira menuju meja makan dengan sebelah mata masih tertutup. sedangkan Lastri langsung membuka tudung saji saat sudah bergabung di meja makan, dengan cepat menyiduk nasi ke piring kedua anaknya.
Saat ibu dan kedua adiknya menikmati makanan yang dibuatnya di meja makan, sementara Areta makan di dapur sembari duduk lesehan. Dia makan dengan lahap, kemudian beberapa menit setelahnya dia buru-buru ke kamar mandi.
Nadira
Nadira memoncongkan bibirnya, memasang tampang masam.
Lastri
Nadira
Mendengar ucapan Nadira, Chandra tertawa kecil. Alhasil Nadira melempar tatap tajam.
Nadira
Chandra menggeleng pelan, mengulum senyum mengejek.
Chandra
Lastri
Nadira
Lastri
Nadira
Nadira membanting sedikit sendoknya, lalu meraih air putih di gelas.
Lastri diam cukup lama, memikirkan cara untuk bisa mendapatkan uang sebanyak itu. sementara Chandra terus menyantap makanannya tanpa peduli pada adiknya.
JUMP CUT TO
Setelah 30 menit berlalu, Areta baru selesai mandi, sudah memakai seragam sekolah. Lalu ia kembali ke dapur, bersamaan dengan ibu, Nadira, dan Chandra baru saja selesai sarapan.
Lastri
Areta
Areta langsung membereskan meja makan dengan gerakan cepat. Kemudian lanjut mencuci piring dan membersihkan dapur yang masih berantakan.
Nadira (O.S)
Tanpa menunggu lama Areta langsung menuju kamar Nadira dan mencari kaus kaki miliknya.
Areta
Areta membuka laci lemari dan mengambil kaus kaki dari dalamnya, lalu memberikannya kepada Nadira.
Nadira
Nadira bersungut-sungut, tangannya sibuk memakai kaus kaki.
Areta hanya terdiam tidak menjawab, namun baru saja mau melangkah ke luar kamar Nadira, Chandra gantian berteriak bahkan lebih keras dari sahutan Nadira sebelumnya.
Chandra (O.S)
Areta
Sahut Areta di depan pintu kamar Chandra.
Chandra
Areta
Chandra
Areta
Chandra
Chandra tidak menyelesaikan perkataannya, matanya melirik ke luar pintu memastikan ibunya tidak mendengar.
Chandra
Areta
Chandra
Muka Chandra berubah memerah saking kesalnya.
Areta
Chandra
Areta langsung merogoh sakunya, mengambil uang miliknya, dan menyodorkan uang ke Chandra.
Areta
Chandra
Areta (V.O)
Areta kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya. Dia berpacu dengan waktu yang terus bergerak. Sementara Areta masih bergulat di dapur, Lastri sudah berangkat ke pasar, Nadira dan Chandra juga berangkat ke sekolah.
MACTH CUT TO
Sehabis berbenah, ia barulah berangkat ke sekolah. Mengerling ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi, tiga puluh menit lagi masuk sekolah. Areta pun buru-buru bergegas.
CUT TO
2. EXT. HALTE BUS — PAGI
Sudah banyak orang menunggu, Areta khawatir ia tidak bisa mendapat angkutan dengan cepat. Sepanjang menunggu, angkutan yang lewat sudah sangat penuh. Dia berulang kali melihat jam tangannya yang kini sudah berlalu 5 menit. Areta mendesah panjang, wajahnya nampak cemas, dia berdiri dengan gusar.
Dia melihat ke arah kanan, angkot jurusan ke arah sekolahnya kembali terlihat, namun sudah padat oleh penumpang. Tapi Areta tidak ada pilihan, dia berjubel masuk ke dalam, meski hanya sedikit kebagian tempat duduk. Lebih baik daripada harus telat karena menungggu mikrolet.
CUT TO
3. EXT. DEPAN GERBANG MASUK - SEKOLAH — PAGI
Setiba di sekolah, hampir saja Pak Satpam menutup pintu gerbang sekolah.
Pak Satpam
Areta nyengir sambil mengatur napas setelah berlarian.
Areta
Areta melirik ke arah anak lelaki seusianya, memakai seragam sekolah mereka. Tapi Areta heran, karena dia tidak mengenal anak tersebut. Areta saling tatap dengan anak lelaki itu yang setelahnya melempar senyum ramah kepada Areta. Dia membalas dengan senyum tanggung.
Pak Satpam
Areta
Areta berjalan lebih dulu, disusul Anak baru tersebut di belakangnya dengan langkah kecil.
CUT TO
4. INT. SELASAR SEKOLAH — PAGI
Sepanjang jalan setapak yang sudah sepi, keheningan menemani di antara mereka.
Dari belakang, Adnan terus memperhatikan Areta. Sesuatu yang menjadi perhatiannya adalah baju Areta yang nampak kusam, seragam putihnya sudah memudar. Tas ransel yang digandengnya pun sudah koyak di beberapa sisinya, kaus kaki yang nampak kendur, dan rambut berantakan dan lepek. Bahkan Setiap gerak-gerik Areta menjadi perhatiannya.
Melihat keadaan Areta, Adnan berbalik melihat ke dirinya yang sangat jauh berbanding. Ia sendiri memakai baju baru, tali pinggang merk LV, sepatu merk Puma, tas juga merk mewah, dan keadaannya baik-baik saja tanpa kebasahan sedikit pun.
Adnan memperlihatkan reaksi iba kepada Areta.
CUT TO
5. INT. DEPAN RUANG GURU - BAGIAN DALAM SEKOLAH — PAGI
Tiba di depan ruang guru, Areta membuka suara.
Areta
Adnan
Areta balas tersenyum tipis, lalu beranjak pergi meninggalkannya yang terus memandangi punggung Areta.
CUT TO
6. INT. RUANG KELAS XI IPA 2 — PAGI
Guru ternyata belum masuk ke dalam kelas, Areta merasa sedikit tenang, dia tidak perlu dihukum karena telat. Suasana kelas sangat ramai dengan anak-anak lain yang bercanda satu sama lain. Sementara Areta langsung buru-buru ke mejanya dan membuka buku untuk mengerjakan PR yang tidak sempat dikerjakannya.
Saat sedang serunya anak-anak berkelakar karena seseorang membuang gas sembarangan. Namun sesaat setelahnya, mendadak kelas yang riuh menjadi sepi. Areta menaikkan kepalanya, menatap ke sekeliling kelas. Rupanya wali kelas mereka masuk ke dalam kelas, dia tidak sendirian, ada seseorang yang mengikutinya di balik badannya yang berisi.
Gia
Kelas jadi riuh lagi, anak-anak lain sibuk bertanya-tanya.
Pak Rusdi (Wali kelas) memukul meja dengan penggaris panjang untuk mendiamkan anak muridnya.
Pak Rusdi
Areta membelalakkan matanya mengetahui anak lelaki yang tadi dia tunjukkan ruangan guru, ternyata satu kelas dengannya.
Anak baru itu mengedarkan pandang ke penjuru kelas. Tatapnya berhenti saat melihat Areta yang juga sedang menatapnya. Mata mereka pun saling beradu.
Pak Rusdi
Adnan
Pak Rusdi
Yogi
Adnan
Manda
Adnan
Pak Rusdi
Tunjuk Pak Rusdi kearah kursi di barisan paling belakang, satu barisan di seberang barisan tempat duduk Areta yang persis di dekat dinding.
Adnan berjalan ke arah belakang kelas sambil terus melempar pandang ke arah Areta yang kembali sibuk menulis di bukunya.
Pak Rusdi
Anak-anak
Pak Rusdi
Yogi
Adnan
Tidak hanya Yogi. Manda, Gia, Danish, dan tiga anak lainnya mengerubung ke meja Adnan untuk berkenalan dan bertanya banyak tentang sekolahnya di Melbourne. Sementara Areta tidak peduli, dia justru memilih untuk menenggelamkan kepalanya diatas lipatan tangannya di atas meja.
CUT TO