Akhir Sebuah Kisah
1. Episode 1 bagian satu

FADE IN

  1. INT. DAPUR RUMAH ARETA — PAGI

Areta sedang sibuk memasak di dapur sendirian. Bunyi bising dari pisau yang beradu dengan talenan, desing dari air yang meluap dari panci, dan suara desisan minyak yang tengah menggoreng memecah kelengangan pagi. Areta bergerak cepat untuk menyelesaikan semuanya.

Terdengar suara pintu terbuka dan derap kaki Chandra yang baru saja bangun, dia berjalan gontai sembari mengerjapkan mata ke arah dapur dengan rambut acak-acakan, memakai celana pendek di atas dengkul, juga bertelanjang dada. Lalu mendudukan pantatnya ke kursi di ruang makan, sembari menyomot tempe goreng di piring yang sudah tersedia di atas meja.

Tak lama berselang, Nadira dan Lastri keluar bersamaan. Nadira menuju meja makan dengan sebelah mata masih tertutup. sedangkan Lastri langsung membuka tudung saji saat sudah bergabung di meja makan, dengan cepat menyiduk nasi ke piring kedua anaknya. 

Saat ibu dan kedua adiknya menikmati makanan yang dibuatnya di meja makan, sementara Areta makan di dapur sembari duduk lesehan. Dia makan dengan lahap, kemudian beberapa menit setelahnya dia buru-buru ke kamar mandi.

Nadira

Bu, aku bentar lagi ada study tour. Pokoknya aku harus ikut. Jangan kayak tahun lalu.

Nadira memoncongkan bibirnya, memasang tampang masam.

Lastri

Emang kali ini berapaan biayanya?

Nadira

Engga mahal kok, cuma 5 juta aja.

Mendengar ucapan Nadira, Chandra tertawa kecil. Alhasil Nadira melempar tatap tajam.

Nadira

Kenapa kok ketawa, emang ada yang lucu?

Chandra menggeleng pelan, mengulum senyum mengejek.

Chandra 

Dikira 5 juta kecil.(bergumam)

Lastri

Kamu pikir 5 juta itu sedikit? lagian mau study tour kemana sih bayar segitu?

Nadira

Ke Bandung... jangan bilang, aku engga boleh ikut lagi?

Lastri

(Mendesah panjang) Ya sudah, nanti Ibu lihat dulu uangnya ada apa engga.

Nadira

Aku engga mau tahu, gimana caranya, aku tetap harus ikut.

Nadira membanting sedikit sendoknya, lalu meraih air putih di gelas.

Lastri diam cukup lama, memikirkan cara untuk bisa mendapatkan uang sebanyak itu. sementara Chandra terus menyantap makanannya tanpa peduli pada adiknya.

JUMP CUT TO

Setelah 30 menit berlalu, Areta baru selesai mandi, sudah memakai seragam sekolah. Lalu ia kembali ke dapur, bersamaan dengan ibu, Nadira, dan Chandra baru saja selesai sarapan.

Lastri

kami sudah selesai makan, lekas bersihkan semuanya, baru kamu bisa pergi ke sekolah.

Areta

Baik Bu.

Areta langsung membereskan meja makan dengan gerakan cepat. Kemudian lanjut mencuci piring dan membersihkan dapur yang masih berantakan.

Nadira (O.S)

Hei Areta bego! Dimana lo letak kaus kaki gue?

Tanpa menunggu lama Areta langsung menuju kamar Nadira dan mencari kaus kaki miliknya.

Areta

Aku meletakkannya disini Nadira.

Areta membuka laci lemari dan mengambil kaus kaki dari dalamnya, lalu memberikannya kepada Nadira.

Nadira

Makanya lain kali, harusnya udah lo siapin kaus kaki gue di atas meja belajar gue, biar gue gak perlu nyari-nyari lagi. Tiap hari mesti juga gue bilang ke lo terus-terusan. Tapi ga paham juga. 

Nadira bersungut-sungut, tangannya sibuk memakai kaus kaki.

Areta hanya terdiam tidak menjawab, namun baru saja mau melangkah ke luar kamar Nadira, Chandra gantian berteriak bahkan lebih keras dari sahutan Nadira sebelumnya.

Chandra (O.S)

ARETAAAA!!!!

Areta

Iya ada apa Chan?

Sahut Areta di depan pintu kamar Chandra.

Chandra

Lu ada ambil barang gue di kantong celana gue kan?

Areta

Hah... barang apa? aku ga ada ambil barang kamu.

Chandra

Udah jangan bohong lo, Cuma lo yang nyuci baju kita, pasti lo tau kan barang yang gue simpan di saku celana gue.

Areta

Emang barang apa?

Chandra

Masa lo engga tahu, itu...kotak Ro..

Chandra tidak menyelesaikan perkataannya, matanya melirik ke luar pintu memastikan ibunya tidak mendengar.

Chandra

Jangan pura-pura engga tahu, kotak rokok gue. (berbisik)

Areta

Oh itu maaf Chan, kotaknya basah, aku gak tau kalau ada kotak rokok di dalamnya jadi sudah terlanjur terendam dan basah. Makanya langsung dibuang.

Chandra

Dasar bloon,lu tau gak gue beli itu dari uang saku gue. Mana tuh kotak masih penuh. Bisa-bisanya basah lagi. Makanya lain kali kalau lu mau nyuci tuh lihat-lihat dulu.

Muka Chandra berubah memerah saking kesalnya.

Areta

Maaf chan, aku gak sengaja, lain kali aku akan lihat lagi kalau mau nyuci celana kamu.

Chandra

Dasar! lo ganti pake uang lo, 35 ribu sini.

Areta langsung merogoh sakunya, mengambil uang miliknya, dan menyodorkan uang ke Chandra.

Areta

Aku ada 50rb, kamu ada kembaliannya kan?

Chandra

Enak aja minta kembalian, semua untuk gue (merampas). Anggap aja ini sebagai bayaran atas kesalahan yang sudah lu perbuat. (berlalu)

Areta (V.O)

Padahal itu untuk ongkos nanti, terpaksa aku ambil uang dari tabungan dulu. (menghela napas)

Areta kembali ke dapur untuk melanjutkan pekerjaannya. Dia berpacu dengan waktu yang terus bergerak. Sementara Areta masih bergulat di dapur, Lastri sudah berangkat ke pasar, Nadira dan Chandra juga berangkat ke sekolah.

MACTH CUT TO

Sehabis berbenah, ia barulah berangkat ke sekolah. Mengerling ke arah jam yang sudah menunjukkan pukul 7 pagi, tiga puluh menit lagi masuk sekolah. Areta pun buru-buru bergegas.

CUT TO

2. EXT. HALTE BUS — PAGI

Sudah banyak orang menunggu, Areta khawatir ia tidak bisa mendapat angkutan dengan cepat. Sepanjang menunggu, angkutan yang lewat sudah sangat penuh. Dia berulang kali melihat jam tangannya yang kini sudah berlalu 5 menit. Areta mendesah panjang, wajahnya nampak cemas, dia berdiri dengan gusar.

Dia melihat ke arah kanan, angkot jurusan ke arah sekolahnya kembali terlihat, namun sudah padat oleh penumpang. Tapi Areta tidak ada pilihan, dia berjubel masuk ke dalam, meski hanya sedikit kebagian tempat duduk. Lebih baik daripada harus telat karena menungggu mikrolet.

CUT TO

3. EXT. DEPAN GERBANG MASUK - SEKOLAH — PAGI

Setiba di sekolah, hampir saja Pak Satpam menutup pintu gerbang sekolah.

Pak Satpam

Areta-Areta telat dikit aja, kamu hampir ga masuk sekolah loh.

Areta nyengir sambil mengatur napas setelah berlarian.

Areta

Iya pak, hari ini pada penuh angkutannya.

Areta melirik ke arah anak lelaki seusianya, memakai seragam sekolah mereka. Tapi Areta heran, karena dia tidak mengenal anak tersebut. Areta saling tatap dengan anak lelaki itu yang setelahnya melempar senyum ramah kepada Areta. Dia membalas dengan senyum tanggung.

Pak Satpam

Oh untung ada kamu Areta. Ini dia anak baru, nanya ruang guru. Sekalian kamu tunjukin gih.

Areta

(V.O) ternyata anak baru toh.
Ya sudah yuk ikut aku.

Areta berjalan lebih dulu, disusul Anak baru tersebut di belakangnya dengan langkah kecil.

CUT TO

4. INT. SELASAR SEKOLAH — PAGI

Sepanjang jalan setapak yang sudah sepi, keheningan menemani di antara mereka. 

Dari belakang, Adnan terus memperhatikan Areta. Sesuatu yang menjadi perhatiannya adalah baju Areta yang nampak kusam, seragam putihnya sudah memudar. Tas ransel yang digandengnya pun sudah koyak di beberapa sisinya, kaus kaki yang nampak kendur, dan rambut berantakan dan lepek. Bahkan Setiap gerak-gerik Areta menjadi perhatiannya.

Melihat keadaan Areta, Adnan berbalik melihat ke dirinya yang sangat jauh berbanding. Ia sendiri memakai baju baru, tali pinggang merk LV, sepatu merk Puma, tas juga merk mewah, dan keadaannya baik-baik saja tanpa kebasahan sedikit pun.

Adnan memperlihatkan reaksi iba kepada Areta.

CUT TO

5. INT. DEPAN RUANG GURU - BAGIAN DALAM SEKOLAH — PAGI

Tiba di depan ruang guru, Areta membuka suara.

Areta

Ini ruang gurunya. (tunjuk Areta)

Adnan

Oh terima kasih ya.

Areta balas tersenyum tipis, lalu beranjak pergi meninggalkannya yang terus memandangi punggung Areta.

CUT TO

6. INT. RUANG KELAS XI IPA 2 — PAGI

Guru ternyata belum masuk ke dalam kelas, Areta merasa sedikit tenang, dia tidak perlu dihukum karena telat. Suasana kelas sangat ramai dengan anak-anak lain yang bercanda satu sama lain. Sementara Areta langsung buru-buru ke mejanya dan membuka buku untuk mengerjakan PR yang tidak sempat dikerjakannya.

Saat sedang serunya anak-anak berkelakar karena seseorang membuang gas sembarangan. Namun sesaat setelahnya, mendadak kelas yang riuh menjadi sepi. Areta menaikkan kepalanya, menatap ke sekeliling kelas. Rupanya wali kelas mereka masuk ke dalam kelas, dia tidak sendirian, ada seseorang yang mengikutinya di balik badannya yang berisi.

Gia

Pak Rusdi datang sama siapa tuh Pak? anak baru ya pak?

Kelas jadi riuh lagi, anak-anak lain sibuk bertanya-tanya.

Pak Rusdi (Wali kelas) memukul meja dengan penggaris panjang untuk mendiamkan anak muridnya.

Pak Rusdi

Iya, bapak bawa teman baru di kelas kalian. Pindahan dari luar negeri. Silakan kamu perkenalkan diri.

Areta membelalakkan matanya mengetahui anak lelaki yang tadi dia tunjukkan ruangan guru, ternyata satu kelas dengannya.

Anak baru itu mengedarkan pandang ke penjuru kelas. Tatapnya berhenti saat melihat Areta yang juga sedang menatapnya. Mata mereka pun saling beradu.

Pak Rusdi

Ayo... perkenalkan diri kamu sekarang.

Adnan

Ahh...i-iya pak... ehmm... ehmm (berdehem) Halo semuanya, perkenalkan nama aku Adnan Adyatma. Kalian bisa panggil aku Adnan.

Pak Rusdi

Ada yang ingin bertanya?

Yogi

(Mengangkat tangan) Di luar negeri, kamu tinggal dimana?

Adnan

Aku sebelumnya tinggal di Melbourne.

Manda

Kenapa pindah ke Jakarta? kan disana enak?

Adnan

Karena permintaan orang tua, lagipula di Indonesia lebih menyenangkan. Kuharap kita semua bisa jadi teman baik.

Pak Rusdi

Oke, sekian perkenalannya Adnan, kalau mau lebih lanjut, bisa tanya secara pribadi.
Kamu duduk di kursi kosong itu.

Tunjuk Pak Rusdi kearah kursi di barisan paling belakang, satu barisan di seberang barisan tempat duduk Areta yang persis di dekat dinding.

Adnan berjalan ke arah belakang kelas sambil terus melempar pandang ke arah Areta yang kembali sibuk menulis di bukunya. 

Pak Rusdi

Bapak juga sekalian mau ngasih kabar kalau Guru Kesenian kalian hari ini berhalangan hadir karena suatu hal. jadi kalian kerjakan saja soal di halaman 140. Dikumpul hari ini di ruangan bapak.

Anak-anak

Yaah pak.

Pak Rusdi

sudah jangan banyak ngeluh, kalian sudah kelas dua, jangan kebanyakan main. (berjalan keluar kelas)

Yogi

Halo kenalin, gue Yogi. (mengulurkan tangan)

Adnan

(Menjabat tangan Yogi) halo, salam kenal.

Tidak hanya Yogi. Manda, Gia, Danish, dan tiga anak lainnya mengerubung ke meja Adnan untuk berkenalan dan bertanya banyak tentang sekolahnya di Melbourne. Sementara Areta tidak peduli, dia justru memilih untuk menenggelamkan kepalanya diatas lipatan tangannya di atas meja.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar