19. INT. KELAS XI IPA 2 — PAGI
Siswa kelas XI IPA 2 baru saja selesai mata pelajaran pertama, menunggu pelajaran selanjutnya. Siswa sibuk dengan aktifitas masing-masing, ada yang saling berbincang di tempat duduk, di depan kelas, ada pula yang menggambar sesuatu di depan kelas.
Adnan bangkit dari kursinya, mendekati Yogi di bangkunya.
Adnan
Yogi, Danish, Manda, dan Gia serempak menoleh. Yogi mendongakkan kepalanya, membalas sapaan Adnan.
Yogi
Adnan
Yogi
Manda
Adnan
Yogi, Manda saling pandang, lalu mereka tertawa bersamaan.
Adnan
Yogi
Ribut-ribut yang terjadi antara Adnan dan Yogi, membuat siswa lain memperhatikan mereka, termasuk Areta yang sebelumnya sibuk menulis catatan yang tertinggal, dia mengalihkan pandang ke arah Adnan dan Yogi yang berdiri saling pandang.
Adnan
Yogi dan Manda kontan mendesis kesal, sementara Gia dan Danish menyeringai sebal.
Gia
Adnan
Yogi
Adnan
Brian
Adnan
Adnan mengerling kepada Areta yang tengah melihatnya.
Brian
Adnan
Brian
Adnan kembali ke bangkunya, sedangkan di bangku Yogi dan kawan-kawan masih tidak senang Adnan tiba-tiba memilih keluar. Wajah keempatnya tampak masam, sekaligus melempar tatap penuh amarah ke arah Areta yang duduk sembari melihat mereka.
Areta merasa terpojokkan, dia pun menghampiri Adnan.
Areta
Adnan langsung berdiri, mendahului Areta berjalan keluar kelas. Areta mengikuti dari belakang dan kemudian mereka berhenti di pojokan dekat tangga.
CUT TO
20. INT. POJOKAN TANGGA - LANTAI 3 — PAGI
Adnan berdiri membelakangi dinding, sementara Areta berdiri tepat di depannya, berjarak tidak jauh.
Areta
Adnan
Areta
Adnan
Areta
Adnan terpaku sejenak, dia memang tidak berfikir sejauh itu.
Areta
Adnan
Areta
Areta bergegas meninggalkan Adnan, Namun baru dua langkah, pijaknya terhenti oleh perkataan Adnan.
Adnan
Areta
Adnan
Areta
Adnan terpaku menatap punggung Areta yang meninggalkannya.
Adnan
CUT TO
21. INT. KELAS XI IPA 2 — SIANG
Bel sekolah berbunyi panjang menandakan sekolah telah usai, anak-anak berhamburan keluar kelas untuk pulang. Brian mendekat ke kursi Adnan.
Brian
Adnan
Brian
Adnan
Brian
Adnan
Brian
Adnan
CUT TO
22. INT. GELANGGANG OLAHRAGA — PAGI
Areta sedang beristirahat di tribun atas, mengibas-ngibaskan tubuhnya yang keringatan sehabis pratik Olahraga rolling depan dan belakang. Dia melempar pandang ke kerumunan anak-anak di bawah dekat lapangan, saling berbincang-bincang dengan kelompok masing-masing. Melihat Areta sendirian, Adnan mendekatinya.
Adnan menyodorkan sebotol minuman dingin ke muka Areta, membuat gadis itu mendongak kaget.
Areta
Adnan
Areta pun meraih botol dari tangan Adnan dengan enggan. Lalu Adnan duduk di samping Areta, membuka botol dan meminumnya setengah.
Areta
Suara Areta terdengar pelan dan dingin.
Adnan
Areta mendesah pelan, lalu dia mengedarkan matanya ke arah lain, dia melihat anak-anak sekelas tengah berbisik sembari mengalihkan pandang ke mereka berdua.
Areta
Adnan sadar maksud kalimat Areta, dia menarik senyum tipis di ujung bibirnya.
Adnan
Areta
Areta bergumam dan bangkit dari duduknya.
Adnan
Areta
Areta melenggang pergi meninggalkan Adnan.
CUT TO
23. INT. MOBIL ADNAN — SIANG
Hujan turun dengan sangat lebat, titik hujan yang jatuh sangat besar mengguyur tanah ibukota.
Adnan duduk di samping Mang Ujang. Dia melihat keluar jendela yang samar-samar karena embun dan air hujan, Lalu Adnan menyadari Areta tengah menunggu di halte bus bersama dengan beberapa orang yang memilih berteduh.
Adnan memajukan wajahnya sedikit memastikan keluar mobil.
Adnan
Mang Ujang
Adnan
Mang Ujang
Adnan langsung berpindah ke belakang dan meraih payung.
Adnan
Mang ujang
CUT TO
24. EXT. HALTE BUS — SIANG
Areta tidak berhenti melihat jam tangannya, komat-kamit berharap hujan segera reda, Wajahnya tampak cemas.
Dia mengalihkan pandang ke jalanan, menoleh ke kanan, memindai satu-satu angkutan yang lewat. Semua tampak penuh, tidak ada yang mau berhenti.
Berulang kali Areta terus menghela napas cemas. Namun tiba-tiba dia merasakan seseorang mendekatinya. Dia menoleh ke kanan, dan menemukan sosok Adnan di bawah payung.
Adnan
Areta mengangguk pelan dengan wajah sedikit terkejut.
Adnan
Areta
Adnan
Areta (V.0)
Adnan
Areta (V.O)
Adnan
Areta
Adnan
Areta
Adnan menggoyangkan kepalanya sebagai isyarat kepada Areta untuk duluan berjalan ke mobil.
Mereka bergegas, membelah hujan. Adnan membuka pintu belakang agar Areta bisa masuk lebih dulu. Areta masuk dengan hati-hati, Adnan memegangi payung Areta dan menutupnya. Lalu Adnan menyusul masuk. Payung diletakannya di bagian belakang.
INTERCUT
25. INT. MOBIL ADNAN — SIANG
Adnan dan Areta sudah masuk ke dalam mobil.
Mang Ujang
Areta
Mang Ujang
Areta balas dengan tersenyum canggung.
Areta
Mang Ujang
Adnan
Mang Ujang
Mobil yang mereka tumpangi mulai bergabung di tengah jalan raya yang basah ditimpah air hujan.
Adnan melirik ke Areta, tak sengaja melihat gantungan kunci dengan serangkaian nomor yang tertera di kayu yang berbentuk jajargenjang.
Adnan
Areta
Adnan mengangguk lantas matanya seperti menunjuk ke arah tas milik Areta.
Areta
Adnan
Areta
Adnan
Areta (V.O)
Adnan
Areta menoleh, wajah penuh dengan rasa penasaran. Adnan ikut menatap lekat wajah Areta, membuat Areta sedikit kikuk. Ia berbalik memandang ke depan. Adnan tersenyum kecil melihat wajah Areta.
Areta (V.O)
Areta menundukkan kepala melihat gantungan kunci, dan mengelusnya lembut.
CUT TO