Akhir Sebuah Kisah
3. Episode 1 bagian tiga

11. INT. RUANG KELAS XI IPA 2 — PAGI

Guru mata pelajaran Biologi tengah menerangkan tentang organ reproduksi. Semua murid mendengarkan dengan penuh perhatian.

Pak Darwin

Oke... bapak sudah menjelaskan tentang Organ repsoduksi. Bapak akan memberi tugas untuk kalian, tapi kali ini tugas kelompok.

Murid-murid

(mendesah) Yah...!

Pak Darwin

Hush...hush... belum apa-apa udah mengeluh aja kalian. Kali ini, kalian bebas mencari teman sekelompok kalian. 1 kelompok berisi 5 orang, tidak lebih, tidak juga kurang.

Mendengar ucapan Pak Darwin sontak seluruh murid berseru riuh.

Pak Darwin
Tugasnya akan dikumpul minggu depan, kalian hanya buat makalah tentang organ Reproduksi pria dan wanita, beserta gambar jelasnya kalian gambar sendiri.

Murid-murid

Yah...!

Pak Darwin

Kalian ini ... bentar-bentar senang, bentar-bentar mengeluh. Pokoknya waktu kalian seminggu. Baiklah bapak pamit, selamat pagi.

Murid-murid

Pagi pakk!

Kelas berubah menjadi bising seperti suara serangga yang berdesing.

Yogi

Adnan, kamu masuk kelompok kita ya. (menoleh ke belakang arah duduk Adnan)

Adnan

(mengangguk pelan) Emang siapa aja anggotanya?

Yogi

Aku, Manda, Gia, Danish. Engga masalah kan?

Adnan

Oh oke... engga masalah. (mengacungkan tangan dengan tanda ok)

Sementara anak-anak lain sibuk mencari teman sekelompok, hanya Areta yang tampak tidak terlalu sibuk. Dia hanya terdiam di bangkunya. Adnan mengerling ke arah Areta, lalu melihat ke sekeliling, tidak ada satupun anak-anak yang mau menjadikannya teman sekelompok.

Maria

Eh... anggota kita kurang satu, yang lain udah kebagian kelompok. Apa kita ajak Areta aja?

Lia

Ogah gue satu kelompok sama dia.

Maria

Tapi kata Pak Darwin, harus pas lima orang
Lia. Gimana dong?

Lia

Udah biar aja, nanti aku bilang sama Pak Darwin paling dia paham.

Adnan mendengar percakapan Maria dan Lia, dia melempar tatap ke Areta, yang masih sibuk menulis sesuatu di bukunya.

Adnan (V.0)

Kenapa yang lain engga mau sekelompok sama Areta? trus kenapa dia diam aja dan tidak peduli? apa karena dia sudah terbiasa seperti ini.

CUT TO

12.EXT. PERPUSTAKAAN SEKOLAH - BAGIAN DEPAN — PAGI

Adnan berdiri di pinggir balcon, melihat ke sekeliling sekolah dari lantai 2. Dia mengedarkan pandang, namun seketika perhatiannya berhenti pada Areta yang sedang duduk di bangku batu bawah pohon. Areta terlihat mendongakkan kepalanya menatap ke atas pohon sembari tersenyum kecil.

Adnan

Ternyata dia bisa tersenyum juga. Kenapa dia selalu sendirian? kayaknya dia lebih suka menyendiri.

Saat sedang memperhatikan Areta, seseorang membuyarkan perhatiannya.

Yogi

Woiii... Ad, ngapain disini, engga masuk ke perpus?

Adnan

(terkesiap) Hah? nanti aku masuk.

Yogi

liatin apasih? (ikut melihat ke bawah) Ohh... lo liatin si Areta ya.

Adnan

Bukan ngeliatin dia kok... cuma pengen liat pemandangan sekolah dari sini aja.

Yogi

Kamu jangan punya pikiran mau berteman sama dia deh Ad.

Adnan

(mengernyitkan dahi) ma-maksudnya?

Yogi

Nanti ketularan sialnya. Anak-anak aja males berteman sama dia.

Adnan

Maksudnya apa sih? aku engga paham.

Yogi menyenderkan tubuhnya di pinggir Balcon.

Yogi

Dia itu pembawa sial, kabarnya dia penyebab Papanya masuk penjara. Keluarganya bangkrut setelah itu.

Adnan

Masuk penjara karena apa? (tiba-tiba penasaran)

Yogi

Dia hampir diperkosa katanya, papanya nolongin dia, dan membunuh si pemerkosa.(mendesis) Padahal kudengar dia cuma anak angkat, dulu tinggal di panti asuhan. Semenjak mengangkat dia jadi anak mereka, keluarga itu hidupnya jadi kacau balau.

Adnan (V.O)

Jadi, itu alasannya engga ada yang mau nemenin Areta dan jadi teman sekelompoknya.

Adnan melihat ke arah Areta yang kini memejamkan matanya.

Yogi

Masuk yuk, ngapain sih disini? anak-anak udah nungguin tuh buat kerja kelompok.

Adnan

(berdehem) Nanti aku nyusul masuk, kamu duluan aja.

Yogi masuk ke ruang perpustakaan meninggalkan Adnan yang masih terus melihat ke bawah, ke arah Areta yang masih duduk di bawah pohon.

MATCH CUT TO

13. EXT. BELAKANG GEDUNG SEKOLAH - BAWAH POHON — PAGI

Di bawah pohon, Angin bertiup sepoi-sepoi, Areta mendongakkan kepalanya membiari menyapu wajahnya.

Areta (V.O)

Sering-sering aja jam kosong begini. Setidaknya aku bisa istirahat sebentar.(menarik senyum kecil)

Areta membuka matanya, meregangkan tubuhnya sejenak, mengedarkan pandang ke sekeliling, tak sengaja dia melihat ke lantai dua dekat ruang perpustakaan, Dia mendapati Adnan tengah melihat ke arahnya. Bahkan ketika mereka saling menjatuhi pandang satu sama lain, Adnan tidak memalingkan wajahnya sedikitpun.

Areta (V.O)

Itukan Adnan ... Dia daritadi ngeliatin aku?ah ... masa sih, mungkin liat yang lain (mengalihkan kepalanya ke arah lain) Engga ada siapa-siapa, masa sih dia lagi liatin aku? apa daritadi dia begitu?

Tiba-tiba suara pengeras suara berbunyi nyaring, lalu terdengar suara seakan memberi informasi. Areta membuka matanya, mendengar dengan seksama suara tersebut. 

Guru di pengeras suara (O.S)

Diberitahukan kepada seluruh siswa dan siswi, kalau hari ini kalian diperbolehkan pulang lebih awal, dikarenakan para dewan guru akan melakukan rapat penting.

Suara Murid-murid terdengar riuh dari kelas masing-masing, mereka bersorak riang, bahkan terdengar jelas oleh Areta.

Areta

Hari ini enak banget. Sudah jam kosong selama dua jam pelajaran, pulang cepat lagi. Apa aku engga usah pulang aja, istirahat di kelas kosong dulu. Biar nanti malam, kerja engga ngantuk.

Guru di pengeras suara (O.S)

Hati-hati pulangnya ya anak-anak ibu semuanya. Jangan berkeliaran di jalan, langsung pulang ke rumah. Besok akan masuk seperti biasa. 

Bel panjang berbunyi, tanda jam sekolah diakhiri. Areta ikut tersenyum senang. Areta bangkit dari duduknya, coba melihat ke atas lagi. Adnan sudah tidak ada disana.

Areta

(menghela napas) Engga mungkinlah dia liatin, jangan aneh-aneh deh Ar.(menggelengkan kepalanya)

Areta beranjak dari tempat dia sekarang, lalu naik ke tangga menuju kelasnya di lantai 3.

CUT TO

14. INT. PERPUSTAKAAN SEKOLAH - BAGIAN DALAM — SIANG

Hampir semua siswa sudah pulang ke rumah, sebagian beberapa dari para siswa masih di sekolah, terutama Adnan, Yogi dan kawan-kawan masih di perpustakaan mengerjakan tugas kelompok yang akan dikumpul beberapa hari lagi.

Mereka duduk di meja bundar, di tengah-tengah bagian perpustakaan. GIa sedang menulis, Danish sedang menghadap laptopnya, disebelahnya ada Yogi yang memberi arahan.

Manda

Oiya Adnan, aku boleh nanya sesuatu sama kamu ga?

Adnan yang sedang mengetik di laptopnya, menoleh ke Manda yang berada di depannya.

Adnan

Tanya apa?

Yogi, Danish, dan Gia ikut melihat ke Manda dengan serius.

Manda

Ehmm... aku dengar info katanya kamu itu...(ragu-ragu) kamu... anak dari Presdir Giant Group?

Semuanya membelalak mendengar kalimat Manda, balik memalingkan wajah serempak kepada Adnan.

Gia

Hah? engga salah denger nih? ka-kamu dari keluarga Giant Group?

Danish

Wah...wah... aku engga nyangka bisa berteman sama konglomerat. (bersemangat) Oiya Ad... Papaku kerja di Giant Hospital juga.

Adnan balas tersenyum tanggung.

Yogi

Kakakmu namanya Keenan kan? soalnya Abangku yang paling besar satu almamter dengannya, juga kerja di Giant Mall sebagai manager pemasaran.

Adnan (V.O)

Perasaan engga ada yang nanya. (tersenyum kecut) Ini yang paling kubenci, setelah tahu aku bagian dari Giant Group, semua orang berubah. Belagak sok kenal.

Manda

Kalau dipikir-pikir, kita semua cocok sih jadi satu genk, sama-sama anak orang kaya. Kalau orang kayak Areta gabung sama kita, engga bakal cocok. Engga selevel sama kita. (raut wajah mengejek)

Adnan mengernyitkan dahi, mimik wajah tidak senang mendengar ucapan Manda.

Gia

Yaiyalah... Areta mah lebih cocok jadi kacung. (tertawa lebar)

Yogi, Manda, dan Danish melambungkan tawa di Udara. Gia memberi isyarat dengan jarinya, menyuruh agar tidak berisik. Mereka pun tertawa dalam diam.

Adnan

Kayaknya aku harus pulang sekarang, aku mau les private dulu.

Adnan bangkit dari kursinya sembari pura-pura melihat jam di tangannya.

Yogi

Mau kemana Ad? kita nongkrong dulu lah. Pulang cepat enaknya ke Cafe nih.

Danish

Iya Ad, nongki ke Cafe abang kedua gue aja.

Adnan

Sorry, lain kali aja.

Adnan melenggang menjauh dari yang lain.

Yogi

Engga seru banget si Adnan.

Manda, Danish, dan Gia kompak mengangguk.

CUT TO

15. INT. RUANG KELAS XI IPA 2 — SIANG

Adnan memasuki ruang kelas yang sedikit gelap, hanya satu lampu yang dihidupkan. Dia ingin mengambil tasnya di meja, tapi alangkah kagetnya dia melihat Areta tengah tertidur di mejanya dengan kepala bertumpu di kedua tangannya yang diletakkan di atas meja.

Adnan

I-itu Areta? bukan hantu kan... tapi ngapain dia tidur disini?

Adnan meraih tasnya dengan hati-hati agar tidak mengeluarkan suara, supaya tidak menganggu tidur Areta.

Lalu Adnan berjalan menuju pintu, namun meskipun berusaha agar tidak mengusik Areta, Adnan justru tidak sengaja menambrak kursi, tepat di samping meja Areta.

Adnan

(mendecak sebal) Aelah pake kesandung segala lagi. (bergumam pelan)

Areta bangun dari tidur dengan wajah nampak kaget. Areta menoleh, mata mereka pun saling bertemu. Adnan berdiri kaku, berusaha melempar senyum canggung. Sementara Areta terpaku tanpa reaksi apapun.

Adnan

So-sorry, aku ganggu tidur kamu. I-ini bangkunya, engga keliatan, jadinya engga sengaja ketabrak.

Areta

Engga apa-apa. (buru-buru bangkit) Ohiya... ini udah jam berapa ya?

Adnan

(melihat ke jam tangannya) jam 11.30

Areta

Oh, ma-makasih (keluar dari barisan bangku) ohiya, aku engga pernah sempat bilang ini, tapi makasih karena terakhir kali, kamu bawa aku ke ruang UKS.

Adnan

Oh..E-engga masalah.

Adnan manggut-manggut dan tersenyum simpul. Areta balas tersenyum kecil, berbalik badan, dan bergegas meninggalkan kelas. Bersamaan dengan itu Adnan juga melangkah keluar kelas.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Lanjutkan kak
1 bulan 1 minggu lalu