7. Sequence 7: Kebohongan Terbongkar

102.INT. LORONG RUMAH SAKIT - NIGHT

Adam dan Nadia duduk di kursi panjang. Tak begitu ramai. Terlihat papan nama di dinding bertuliskan “dr.Intan Hadi, Sp.S”. Tak lama, Rosita keluar sambil mendorong kursi roda Sari dibantu seorang perawat.

NADIA

Tante Saraaah!

Nadia memeluk Sari.

ROSITA

Kondisi pendarahan otaknya membaik, Dam. Alhamdulillah.

Adam tak merespon.

NADIA

Nanti kalau tante sudah sembuh, main badminton sama Nadia ya.

Sari tersenyum.

SARI

I..iy..a.

Rosita dan Adam terkejut.

ROSITA

Alhamdulillah! Kamu udah bisa ngomong Sar!

Adam mendehem. Senyum Sari seketika sirna.

103.INT. RUMAH KONTRAKAN ADAM - RUANG MAKAN - DAY

Rosita sedang menyuapi Sari. Adam telah rapi dengan jaket hitam.

ADAM

Nadiaaa, ayok. Nanti kamu terlambat.

NADIA (O.S.)

Iya yaaah.

ROSITA

Kamu ngga jualan hari ini, dam?

ADAM

Engga kak, ada yang harus aku urus.

Tatapan Adam tiba-tiba tajam ke arah Sari.

ADAM

Banyak juga pacar lo ya.

ROSITA

Adam.

Sari agak tertunduk.

JUWITA (O.S.)

Assalamualaikum.

Rosita dan Adam terkejut.

ADAM

Walaikumsalam.

Kakak beradik saling lihat, tak siap. Adam bergegas membuka pintu. Juwita langsung masuk.

JUWITA

Bang, besok malem jadi kan fitting baju?

ADAM

Iya, iya.

JUWITA

Draf undangan udah aku kirim semalem. Dibaca ga?

ADAM

Udah, udah.

Adam gugup.

JUWITA

Kak Ros!

ROSITA

Eh Wita! Belum berangkat kerja?

Juwita melihat Sari yang duduk di atas kursi roda. Ia menghampiri Sari.

JUWITA

Belum Kak.
(ke Sari)
Ini pasti Sarah.

Juwita membungkukkan badan. Sari berusaha tersenyum.

JUWITA

Kenalin, aku Juwita, calon istri Bang Adam.

Juwita membelai pipi Sari. Rosita ikut gugup. Nadia keluar dari kamar.

NADIA

Tante Wita!!

JUWITA

Eh Nadia kesayanganku!!

Juwita menggendong, menciumnya.

JUWITA

Nadia udah cium Tante Sarah belum?

Nadia turun dari gendongan Juwita dan langsung mencium pipi dan kening Sari.

JUWITA

Pinteeer.
(memegang tangan Sari)
Sarah, cepet pulih ya sayang. Nanti Sarah ikut hadir pas akad nikah kan?

Sari senyum tak karuan. Juwita menoleh ke Adam.

JUWITA

Sarah ikut kan bang Adam?

ADAM

Eh, iya.

Juwita mencium pipi Sarah.

JUWITA

Aku duluan ya, takut telat ngantor. Kak Ros aku pamit.

Juwita cium pipi kiri dan kanan dengan Rosita.

JUWITA

Assalamualaikum.

ADAM

Walaikumsalam.

Rosita menghela nafas panjang. Adam berdiri, kaku.

104.EXT. RUMAH JAKSA - DAY

Motor Adam menyusuri jalan kompleks yang agak lengang. Rumah-rumah mewah. Ia berhenti di depan rumah bernomor 115.

ADAM

Assalamualaikum. Permisi.

NINA (50-an) keluar dari rumah.

NINA

Waalaikumsalam. Cari siapa mas?

ADAM

Betul rumah Pak Doni?

105.INT. RUMAH JAKSA - KAMAR - DAY

Seorang pria kurus, terbaring lemah. Oksigen terpasang di hidungnya. Rambutnya sudah putih bersih.

NINA

Sudah 5 tahun terakhir bapak sakit. Tahun ini paling parah. Rokoknya kuat, kena kanker paru.

Adam iba.

NINA

Mas Adam dulu supir di kantor?

ADAM

Iya, bu.

NINA

Waktu di kajari mana?

Adam tak siap.

ADAM

Saya di panglima polim bu.

NINA

Lho di pusat?

ADAM

Eh iya, bu.

Nina terlihat curiga.

NINA

Oh iya bapak pernah setahun tugas di pusat, lupa saya.

ADAM

Semoga bapak cepat sembuh ya bu.

NINA

Saya sayang sekali sama bapak. Dia selalu memprioritaskan keluarga. Baik. Setia. Sayang sama anak-anak.

Adam terlihat lesu.

106.INT. TOKO PENJAHIT - NIGHT

Juwita mengenakan pakaian Dandanan Care None Pengantin Cine khas Betawi. Baju bagian atas adalah Tuaki model baju kurung dengan bahan polos bermotif hiasan emas dan manik-manik di ujung lengan, sekitar dada dan bagian bawah baju. Penjahit kembali mengukur pakaian Juwita, memastikan semua pas.

Giliran Adam mencoba pakaian Dandanan Care Haji. Jubah berwarna merah dengan tutup kepala sorban berwarna emas dan manik-manik cerah.

Juwita terlihat senang saat mencoba pakaian pengantin. Adam berusaha ikut ceria, namun Juwita melihat Adam punya hal yang disembunyikan.

107.INT. RESTORAN - NIGHT

Adam dan Juwita selesai makan.

JUWITA

Bang.

ADAM

Iya.

JUWITA

Abang sayang ngga sama Wita?

Adam agak tersedak. Ia langsung minum.

ADAM

Kamu kok nanya begitu sih?

JUWITA

Sayang ngga?

Juwita agak merajuk.

ADAM

Ya sayang dong.
(berusaha romantis)
Wita sayang ngga sama aku?

JUWITA

Engga.

Adam cemberut kecil.

JUWITA

Engga salah lagi.

Manis.

JUWITA

Bang Adam ada yang dipendem ya?

ADAM

Maksudnya?

JUWITA

Wita ngerasa abang kayak tertekan sejak lamaran. Kenapa sih bang?

Adam mencoba agak ceria.

ADAM

Gapapa kok. Abang seneng banget. Akhirnya kita bisa nikah.

JUWITA

Abang ga enakan ya?

ADAM

Ga enak kenapa?

Wita terdiam sebentar.

JUWITA

Aku nerima bang Adam apa adanya kok. Aku akan ngebesarin Nadia seperti anak aku sendiri. Aku juga akan ikut ngerawat Sarah.

Adam menarik nafas agak panjang, lalu tersenyum.

ADAM

Makasih ya sayang.

Juwita tersenyum agak lebar.

JUWITA

Kalau abang ada masalah, cerita ya sama Wita?

ADAM

Iya, pasti.

Adam memaksakan senyum di wajahnya.

108.EXT. RUMAH KONTRAKAN ADAM - DAY

Rosita mendorong kursi roda Sari ke halaman rumah.

ROSITA

Berjemur dulu ya, Sar. Sinar matahari bagus buat kulit.

Sari tersenyum. Rosita menyisir rambut Sari. Tak lama, Ferdy datang membawa parsel buah.

FERDY

Assalamualaikum.

ROSITA

Waalaikumsalam.

Ferdy terkejut melihat Sari di atas kursi roda.

FERDY

Permisi bu, saya Ferdy. Tetangga.

ROSITA

Eh, iya bang.

FERDY

Saya bawa buah untuk bang Adam.

Rosita mendekat ke Ferdy. Ferdy menatap Sari dalam-dalam.

ROSITA

Yaampun, alhamdulillah.

FERDY

Iya saya denger adiknya bang Adam sakit.

ROSITA

Eh iya. Terima kasih banyak ya bang.

FERDY

Sama-sama bu.

Ferdy berdiri sejenak, terus memperhatikan Sari.

FERDY

Mari, bu.

Rosita mengangguk. Ferdy beranjak beberapa langkah, lalu mengambil kertas yang terlipat di celana belakangnya. Ia membuka kertas itu, fotokopi buku nikah Adam. Ia akhirnya mengetahui bahwa Sari adalah mantan istri Adam, bukan adiknya.

109.EXT. RUMAH HAMBALI - DAY

Motor bubur Adam terparkir di depan rumah Hambali.

ADAM (V.O.)

Apa yang harus saya lakukan ustadz?

110.INT. RUMAH HAMBALI - DAY

Adam terduduk lesu. Hambali di hadapannya.

HAMBALI

Apa kata hatimu, Dam?

ADAM

Saya ngga tau, ustadz. Saya hanya mau membahagiakan anak saya.

HAMBALI

Dengan berbohong?

Adam menatap Hambali.

HAMBALI

Anak itu titipan. Harta. Kedudukan. Semua titipan. Kalau kita mau berbuat baik, awali dengan niat baik. Lakukan dengan cara yang baik.

ADAM

Sudah cukup dia menghancurkan hidup saya. Apa saya ngga berhak bahagia ustadz?

Air mata Adam menetes.

ADAM

Apa saya ngga berhak menikah lagi? Memulai hidup baru?

HAMBALI

Subhanallah. Dam. Tentu kamu berhak.

Adam menunduk.

HAMBALI

Kamu hafal Ar-rahman. Apa sih Ar-rahman itu?

ADAM

Maha.. Penyayang.

HAMBALI

Dari nama suratnya saja sudah jelas. Kita manusia jadilah makhluk yang penyayang. Karena Allah maha kasih sayang.
(beat)
Bersihkan hati. Maafkan kesalahan. Apa nabi kita pendendam? Engga. Nabi kita memaafkan. Memaafkan musuh, memaafkan orang yang mencaci dia, menyakiti dia.

ADAM

Ngga adil, ustadz.

HAMBALI

Maafkan diri kamu sendiri dulu.

Adam terhenyak.

ADAM

Maksudnya?

HAMBALI

Kamu bukan tidak bisa memaafkan mantan istrimu. Kamu belum memaafkan dirimu sendiri. Kamu merasa gagal. Padahal tidak begitu. Memang sudah jalan Allah kamu mengarungi semua cobaan yang kamu lalui, Dam.

Adam seperti mendapat ilham.

HAMBALI

Kasihi dirimu dulu. Insya Allah dengan itu kamu bisa mengasihi yang lain.

111.INT. PENGADILAN AGAMA - DAY

Ferdy mondar-mandir. Tak sabar. Celingak-celinguk. Tak lama, seorang panitera menghampiri.

PANITERA

Bang, ngga ada.

Ia mengembalikan kertas ke Ferdy.

FERDY

Lo yakin?

PANITERA

Iya.

FERDY

Seratus persen?

PANITERA

Seribu persen. Semua tercatat di sistem. Gw udah cari, ngga ada.

Ferdy terkejut.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar