1. Sequence 1: Adam dan Nadia

1.BLACK SCREEN

Suara gelas pecah bertalian dengan suara tangis bayi.

SARI (V.O.)

Gw udah ngga kuat! Gw udah ngga kuat!

ADAM (V.O.)

Sar, aku lagi usaha!

Suara piring dilemparkan, pecah.

SARI (V.O.)

Usaha, usaha apa!?

ADAM (V.O.)

Terus aku harus ngapain?

FADE IN:

2.INT. RUMAH PETAK ADAM - RUANG UTAMA - NIGHT

Air mata membasahi pipi SARI (20-an). Rambut panjangnya berantakan, lipstiknya memudar. Tangannya memegang piring. ADAM (20-an), kurus dan kusam. Suara tangis bayi makin keras.

SARI

Susu ngga kebeli. Popok abis. Kontrakan belom dibayar.

Sari membanting piring.

SARI

Lo suami macam apa!?

ADAM

Aku nguli di pasar! Cuci piring di warung! Semua kerjaan aku lakuin, tapi kamu harus sabar!

Sari beranjak ke kamar, Adam mengikuti.

SARI

Sabar, sabar!

ADAM

Sari.. Sari..

3.INT. RUMAH PETAK ADAM - KAMAR - NIGHT

NADIA (3th) duduk menangis di atas tempat tidur. Sari mencomot beberapa pakaian di lemari, memasukkannya ke dalam tas.

ADAM

Kamu mau ke mana!?

SARI

Seharusnya kita ngga nikah. Gw ngga pernah hidup blangsak gini.

ADAM

Sar..

SARI

Apa? Cinta? Tai kucing.

Tangis Nadia makin keras. Adam menunjuk ke arah Nadia.

ADAM

Nadia. Kalau kamu ngga mau bertahan untuk aku, seenggaknya bertahan untuk anak.

Sari terdiam sebentar, lalu beranjak keluar kamar. Adam mengikuti.

4.INT. RUMAH PETAK ADAM - RUANG UTAMA - NIGHT

Adam memegang tangan Sari, Sari menepisnya.

ADAM

Sar, Sar, kamu mau ke mana!?

SARI

Pergi! Gw ngga bisa hidup gini, Dam. Sekarang terserah lo mau ngapain.

Sari beranjak, Adam menahannya.

ADAM

Terus apa? Lo mau ngelonte lagi!?

SARI

Iya! Iya! Seenggaknya lonte masih bisa ngehidupin anak.

Adam mengayunkan tangan.

SARI

Pukul! Ayo pukul!

Adam menahan diri.

SARI

Pengecut.

Sari keluar rumah, Adam mengikuti.


5.EXT. RUMAH PETAK ADAM - NIGHT

Beberapa tetangga berkumpul. Sari bergegas, Adam mengejar.

ADAM

Sari!

Sari tak menoleh.

ADAM

Sari!

Suara tangis Nadia menghentikan langkah Adam. Ia kembali masuk ke rumah.

FADE TO BLACK.

 ADAM

6.EXT. MINIMARKET - DAY

Sebuah motor bubur keliling terparkir di depan minimarket yang masih tutup. Beberapa orang mengerubungi.

TITLE CARD:

TUJUH TAHUN KEMUDIAN

Adam mencedok bubur dari panci ke empat wadah gabus sintetis dengan alas plastik. Kedua tangannya cekatan menuang kuah kuning, menabur kacang, cakwe dan ayam suwir. Beberapa pelanggan lain datang.

PELANGGAN 1

Bang, dua ya.

ADAM

Lengkap?

PELANGGAN 1

Yang satu jangan pake kacang.

ADAM

Makan sini?

PELANGGAN 1

Bungkus.

Adam menabur daun selederi, menuang kecap.

ADAM

Sambel pake?

Seorang pelanggan lain menggeleng. Pelanggan lain datang.

PELANGGAN 2

Bang, tiga ya. Bungkus.

ADAM

Iya, bentar ya.

PELANGGAN 2

Yang dua jangan pake seledri. Ayamnya banyakin.

ADAM

Oke.

PELANGGAN 3

Bang, satu ya.

ADAM

Lengkap?

PELANGGAN 3

Iya, bungkus.

Adam menghancurkan kerupuk ke wadah, menutupnya, mengikatnya dengan karet lalu membungkusnya dengan plastik. Dua pelanggan memberinya uang, Adam membalas dengan kembalian.

7.INT. SD NEGERI 7 JAKARTA - RUANG KELAS - DAY

KANIA (40-an) menulis soal matematika di papan dengan spidol. Sekitar 30 siswa memperhatikannya dengan serius.

KANIA

Nah, berapa nilai modus, median dan mean-nya?

Ia balik badan, mengangkat spidolnya ke atas.

KANIA

Ayoo sayangnya ibu, siapa yang mau mengerjakan soal di papan tulis?

NADIA (11 th) dengan sigap mengangkat tangan. Kania tersenyum.

KANIA

Selain Nadia, ada yang mau? Ayo, jangan takut salah.

Seorang siswa laki-laki menguap. Siswa perempuan lain menunduk.

KANIA

Yasudah, sini Nadia.

Kania memberikan spidol ke Nadia. Nadia menuliskan angka-angka secara horizontal di papan sambil bercerita.

NADIA

Ayah menjual daging ayam pada hari Senin 25 kilogram, Selasa 40 kilogram, Rabu 28 kilogram, Kamis 30 kilogram, Jumat 45 kilogram, Sabtu 40 Kilogram dan Minggu 32 Kilogram.

Nadia berhenti sejenak.

NADIA

Ayah ini ngga ada libur, bu?

Kania melihat ke papan, lalu tersenyum.

KANIA

Hmm? Engga.

NADIA

Kayak ayah aku.

Senyum Kania makin lebar. Nadia menulis ulang angka-angka, mengurutkannya dari yang terkecil sampai yang terbesar.

NADIA

Nah kita urutkan dulu dari angka terkecil sampai terbesar. Modus adalah angka yang paling sering muncul.

Nadia melingkari angka 40.

NADIA

Berarti modusnya 40 kilogram karena dia dua kali muncul. Sedangkan median adalah nilai tengah dari deretan angka.

Nadia melingkari angka 32.

NADIA

Karena jumlah angkanya ada tujuh atau ganjil, artinya angka di urutan keempat adalah nilai tengahnya, yaitu 32 kilogram.

Para siswa memperhatikan. Beberapa terlihat murung.

NADIA

Terakhir, mean atau nilai rata-rata. Kita jumlahkan semua angka yang ada di papan.

Nadia menjumlahkan ketujuh angka satu per satu. Kania menyaksikan penuh senyum. Beberapa siswa ikut menjumlahkan di buku tulis mereka.

NADIA

Nah, hasilnya 210. Angka ini kita bagi tujuh karena jumlah angkanya ada tujuh.

Nadia menggambar cara pembagian bersusun.

NADIA

Dua ratus sepuluh dibagi tujuh hasilnya tiga puluh. Jadi nilai mean atau rata-ratanya adalah tiga puluh.

Nadia menengok ke Kania.

NADIA

Bener ngga, bu?

Kania tersenyum.

8.EXT. MINIMARKET - DAY

Adam membungkus dua porsi bubur, memberikannya ke pelanggan yang membalasnya dengan uang dua puluh ribu Rupiah.

ADAM

Makasih, mba.

Ia masukkan tiga porsi bubur ke tiga plastik terpisah. Tak lama, REMY (40-an), berbaju loreng merah di temani seorang pria lain berseragam sama, mendekat.

REMY

Dam.

Tangan Remy menepuk pundak Adam.

REMY

Gimana kabar?

ADAM

Bang, alhamdulillah baik. Bang Remy gimana?

SAMSUL (20-an), tukang parkir minimarket sedang merokok tak jauh dari mereka sambil memperhatikan.

REMY

Baik, baik. Dam, jadi gini. Mulai besok lo ga bisa mangkal di sini lagi.

ADAM

Lah kenapa bang? Ini gw bayar bulanan sekarang deh--

REMY

Gausah-gausah. Kan lo udah bayar. Pokoknya, besok cabut.

ADAM

Gw mau dagang di mana, bang? Kenapa sih?

Remy agak gusar.

REMY

Ada sodara gua mau dagang di sini.

ADAM

Dagang bubur?


Remy terlihat ragu.

REMY

Nasi kuning.

ADAM

Lah yaudah sebelahan aja sini sama gw.

Remy terdiam sejenak.

REMY

Gw ngomong baik-baik nih, dam.

Adam memandang Remy, berupaya memahami situasi.

ADAM

Iya, bang.

Remy menepuk pundak Adam, lalu beranjak. Samsul mendekat.

SAMSUL

Disuruh cabut lo, bang?

ADAM

Kenapa sih?

SAMSUL

Dia ngomong ape?

ADAM

Sodaranya mau dagang di sini.

SAMSUL

Anjir. Jadi besok lo ga ke sini?

Adam menggeleng.

ADAM

Cariin gw pangkalan ya, Sul.

SAMSUL

Iye, siap bang. Nanti gw kabarin.

Adam menghela nafas panjang.

9.EXT. JALANAN JAKARTA - DAY

Adam mengendarai motor buburnya di jalanan yang agak lengang. Ia berhenti di dekat pengemis tua yang sedang duduk di trotoar. Ia berikan sebungkus bubur ayam, pengemis berterima kasih.

10.EXT. GANG PERKAMPUNGAN - DAY

Motor Adam menyusuri sebuah gang sempit. Seorang tuna netra duduk di jalan beralaskan tikar. Adam menghampirinya.

ADAM

Pak Nardi.

NARDI

Iya.

Adam meraih tangan Nardi, memberikan sebungkus bubur.

ADAM

Ini Adam. Buburnya dimakan ya buat makan siang.

NARDI

Aduuh mas Adam, terima kasih.

ADAM

Iya, iya, tapi saya ngga bawa air.

NARDI

Gapapa, nanti saya minta ke warung.

ADAM

Yaudah saya jalan ya.

NARDI

Makasih mas Adam, alhamdulillah. Sehat- sehat, barokah.

Adam beranjak dengan motornya.

11.EXT. TAMAN KOTA - DAY

Seorang wanita tua berseragam oranye sedang menyapu daun-daun yang berserakan di sekitar taman. Motor Adam muncul.

ADAM

Bu Ijaah.

Adam memberikan sebungkus bubur.

IJAH

Eeh mas Adam repot-repot.

ADAM

Engga, kok bu.

IJAH

Makasih ya mas.

ADAM

Saya jalan ya bu.

Adam beranjak.

IJAH

Hati-hati mas, makasiih!

12.EXT. SD NEGERI 7 JAKARTA - DAY

Kania dan Nadia berdiri di depan pintu gerbang sekolah. Tak lama, Adam sampai.

NADIA

Ayaaaah!

Motor Adam berhenti di depan keduanya.

ADAM

Nadiaaa! Eh Bu Kania. Tumben nungguin.

KANIA

Pak, boleh minta waktunya sebentar?

ADAM

Ada apa, bu?

Nadia menengok ke arah Kania.

13.EXT. LORONG SD NEGERI 7 JAKARTA - DAY

Nadia duduk di kursi panjang, mengayunkan kedua kakinya.

KANIA (V.O.)

Ini rapor Nadia saat kelas lima.

14.INT. RUANG GURU - DAY

Adam duduk berhadapan dengan Kania. Ia membaca secarik kertas di atas meja. Wajah Adam sumringah.

ADAM

Iya, saya ingat. Sayang sekarang sudah tidak ada ranking ya bu. Mungkin kalau ada, Nadia juara 1.

KANIA

Di kurikulum yang baru, sekolah memang mendorong kolaborasi pak, bukan kompetisi. Anak diajarkan untuk bekerjasama sehingga punya rasa kepedulian sosial yang tinggi.

ADAM

Berarti kita ini produk gagal ya, bu?

Kania tersenyum getir.

KANIA

Pak Adam. Nadia ini tergolong anak cerdas. Untuk pendidikan agama, ia paham konsep-konsep dasar seperti rukun iman, rukun islam. Hafalan surat pendeknya juga lumayan.

Adam semakin sumringah.

KANIA

Untuk PKN, Nadia juga cukup baik. Saat diskusi kelompok, Nadia dominan memimpin namun tetap menunjukkan penghargaan atas perbedaan pendapat.

ADAM

Kalau matematikanya gimana, bu?

KANIA

Bagus. Operasi hitung campuran, bahkan statistika dasarnya sudah level SMP.

Adam menghela nafas lega.

ADAM

Berarti ngga ada masalah ya, bu?

KANIA

Pak Adam, kalau boleh saya saran, Nadia sebaiknya masuk ke SMP swasta. Ada satu SMP bagus di sekitar Rawamangun.

ADAM

Kenapa ya, bu? Memang kalau negeri kurang bagus?

KANIA

Bukan, bukan begitu. Saya sudah 15 tahun jadi guru. Saya melihat banyak anak hebat di level SD, anjlok saat SMP. Kebawa terus hingga kuliah. Memang kebanyakan kasus di sekolah negeri. Bagaimanapun, sekolah negeri punya banyak keterbatasan.

Adam terdiam sejenak, mencerna.

ADAM

Yang di Rawamangun itu mahal banget, bu.

Giliran Kania terdiam sesaat.

KANIA

Nadia pernah bilang sama saya. Dia ingin jadi dokter. Nilai Ilmu Pengetahuan Alamnya bagus. Dia juga ambil bahasa Inggris untuk kelas pilihan. Kadang malah gurunya kelimpungan.

Adam kembali tersenyum.

ADAM

Dia belajar dari youtube.

KANIA

Maksud saya, pak.. Kalau Nadia ikut kursus tambahan, belajar di sekolah yang tepat, potensi akademiknya tergali secara optimal.

ADAM

Terima kasih atas perhatian ibu ke Nadia. Saya akan usahakan.

Senyum Kania perlahan memudar.

KANIA

Satu lagi, pak. Mohon maaf kalau saya terkesan lancang. Nadia beberapa kali curhat sama saya, katanya kangen sama ibunya.

Adam terhenyak.

KANIA

Saya cuma bisa kasih semangat ke Nadia. Mungkin bisa jadi perhatian Pak Adam. Kondisi di rumah sangat mempengaruhi perkembangan anak.

Mulut Adam tertutup, matanya sedikit berlinang.

15.EXT. JALANAN JAKARTA - DAY

Adam mengendarai motor buburnya, Nadia duduk di ujung depan jok. Keduanya tertawa.

ADAM

Ayo. Tiga janji Nadia.

NADIA

Tiga janji Nadia. Satu. Jangan meninggalkan shalat.

ADAM

Oke. Dua.

NADIA

Dua, jangan berbohong sama ayah.

ADAM

Tiga.

NADIA

Tiga. Jangan lupa membantu orang miskin.

Adam tersenyum lebar.

16.EXT. GANG RUMAH KONTRAKAN ADAM - DAY

Motor Adam masuk ke sebuah gang yang hanya muat satu mobil. Beberapa warga lalu lalang, menyapa Adam dan Nadia.

ADAM

Ibu kota Malaysia?

NADIA

Mm.. Kuala.. Kuala Lumpur.

ADAM

Pinteer.

Motor Adam melewati tiga wanita yang sedang mengobrol di depan rumah.

ADAM

Ibu Kota Thailand?

NADIA

Umm Manila!

ADAM

Salah dong.

NADIA

Bangkok!

ADAM

Beneer!

(ke ibu-ibu)

Permisi bu..

Para wanita membalas sapaan Adam.

17.EXT. RUMAH KONTRAKAN ADAM - DAY

Motor Adam mendekat ke rumah kontrakannya. JUWITA (20-an), cantik, berambut panjang, menunggu di depan pagar.

NADIA

Tante Juwita!

Nadia langsung turun dari motor dan memeluk Juwita. Juwita membalas dengan kecupan ke kening dan pipi Nadia.

JUWITA

Nadiaa! Mmm, bau kecut ini kesayangan tante. Bau matahari. Sana mandi.

NADIA

Hahaha, iya tantee, Nadia bebersih dulu yaa.

JUWITA

Iya sayaang.

Nadia bergegas masuk rumah. Adam memarkirkan motor.

ADAM

Wi. Tumben siang-siang. Ngga kerja?

Senyum Juwita berubah menjadi mimik agak serius. Adam menangkap sinyal ini.

18.INT. RUMAH KONTRAKAN ADAM - RUANG TAMU - DAY

Rumah ini memiliki dua kamar, satu kamar mandi dan dapur serta ruang makan merangkap ruang tamu. Juwita duduk di sebuah sofa kecil. Tak lama, Adam datang membawa secangkir teh dan menemani Juwita.

ADAM

Jadi kita nonton malem minggu?

JUWITA

Ya aku sih tergantung yang ngajak ya.

Adam tersenyum kecil. Raut wajah Juwita masih serius.

ADAM

Ada apa?

JUWITA

Babeh.

Adam terdiam sejenak. Tak membalas.

JUWITA

Nanyain kapan bang Adam dateng ke rumah.

ADAM

Abang kan--

JUWITA

Lagi nabung, iya. Wita sih ngerti.

Agak kikuk.

JUWITA

Minggu lalu ada anaknya kenalan babeh main ke rumah. Minta kenalan sama Wita.

ADAM

Terus?

JUWITA

Ya pikir aja sendiri!

ADAM

Kamu kenalan?

JUWITA

Iya. Polisi.

Adam terdiam sejenak.

ADAM

Ganteng ngga?

Juwita memukul lengan Adam. Adam tertawa.

JUWITA

Ih! kok malah becanda sih!

ADAM

Hahaha, iya maaf, maaf.

JUWITA

Babeh bilang ga bagus nolak orang yang punya niat baik. Dua bulan lalu juga gitu. Anak temen dia mancing, mau ngelamar.

Senyum Adam perlahan pudar.

ADAM

Yaudah.

JUWITA

Yaudah apa?

ADAM

Yaudah, nanti aku ngomong sama babeh.

Senyum kecil muncul di tepi bibir Juwita.

JUWITA

Mau ngomongin apa?

ADAM

Ya pikir aja sendiri.

Juwita memukul lengan Adam lagi.

JUWITA

Ih dasar rese.

Keduanya tertawa.




Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar