Hari yang kutunggu-tunggu itu datang juga. Dengan sepatu lari andalan ku, aku mulai melakukan pemanasan dengan tim ku. Tidak lama, hanya 5 menit.
Setelah makan sedikit coklat untuk memacu energi, dan menegak sedikit air, aku masuk ke trek itu. Aku akan menang.
---
Nafasku terasa sesak sekali, tidak beraturan. Kalau saja bukan karena teriakan-teriakan dari belakang yang terus memacuku, mungkin saja aku sudah jatuh dan tersungkur di trek lari ini.
Aku mencoba menggerakkan kaki ku dengan sangat cepat, tapi tetap saja satu dua lawan di kanan-kiri ku mulai menyalip sedikit demi sedikit.
Aku mengingat segala latihan yang kulakukan hari demi hari, keringat demi keringat yang kukucurkan tiap hari. TIDAK! Aku tidak akan kalah.
“LETS GO ROBI!!!! BALAP SEMUANYA!!!”
Aku yang sedang berlari dengan setengah sadar tidak bisa menghindar dari sorakan teman-teman dan keluarga ku itu. Aku menggerakkan kaki ku seperti itu adalah larian terakhir ku, aku memompa seluruh otot ku, pikirian ku, semua nya!
Satu dua lawan berhasil kusalip, AYO ROBI 1 METER LAGI!!! Teriak ku dalam hati. Aku menyemangati kaki ku yang panas nya sudah seperti mesin motor balap.
Oh tuhan, sekarang garis persis 5 cm di depan ku. Nafas ku yang sudah tak beraturan, otot ku yang bekerja luar biasa keras, apakah akan terbayar?
---
“Tidak apa, rob”
“Masih ada lomba bulan depan kok, rob”
Ucapan dari kanan-kiri itu bagai terbang saja di atas kepalaku. Badan ku yang panas bagai mesin yang dipaksa kerja non-stop, Kepala ku yang terasa mabok seperti telah minum semalaman, dan hati ku.. hati ku bagai ditolak seseorang yang telah lama kukejar, sakit tak terbilang.
Aku hanya menatap ke bawah. sesekali mendongak keatas dengan penglihatan yang masih kabur, tersenyum seadanya.