Yuk Nikah, Yuk!
3. ACT 2 PART 1 #Encounter

ACT 2

PART 1

ENCOUNTER

 

SC. 01 EXT. RUMAH AIRA – TAMPAK DEPAN – PAGI

Sebuah rumah minimalis dua lantai di kompleks perumahan. Cuaca cerah. Terdengar suara kicauan burung peliharaan papa.

CUT TO:

 

SC. 02 INT. RUMAH AIRA – KAMAR AIRA – PAGI

Jam alarm berdering. Aira terbangun dengan mata yang masih setengah menutup. Dia mematikan alarm dan beralih mencari ponselnya di atas tempat tidur. Aira mendapat pesan telegram dari Dipa.

DIPA
[Makan siang gua jangan lupa ya! Wkwk].


Aira membalas pesan.

AIRA
[Siap, bos! Bakal dikirim sebelum jam makan siang].


Pesan langsung menerima balasan.

DIPA
[Yes! Makan enak hari ini 😊]


Aira tak lagi membalas. Diletakkannya ponsel tersebut di atas meja. Dia lalu melakukan stretching di atas kasur. Selesai peregangan, Aira beranjak menuju lantai bawah.

CUT TO:

 

SC. 03 INT. RUMAH AIRA – RUANG MAKAN – PAGI

Aira berjalan santai ke ruang makan. Di sana ada mama yang tengah asik mengisi identitas diri di kupon undian.

AIRA
Pagi, ma!
MAMA
Pagi, sayang! Kok tumben baru bangun jam segini? Biasanya subuh aja kakak udah rapi.


Aira duduk di samping mama. Dia mengenakan piama pink dengan rambut panjang yang terurai berantakan.

AIRA
Yah, kan aku izin ngantor hari ini. Bangun telat gak apa – apa, dong. Lagian semalem begadang, nyelesain kerjaan. Konsekuensi cuti.


Aira menguap, menggaruk lengannya, lalu mengusap – usap hidung. Melihat itu, mama berkomentar.

MAMA
Duh, anak gadis satu ini! Bertingkah kayak cewek dikit dong, kak!
AIRA
Kayak cewek gimana sih maksudnya, ma? Emang cewek gak boleh nguap ataupun garuk – garuk? Itu manusiawi loh, ma...
MAMA
Iya, manusiawi. Tapi ada batasannya jugalah, kak. Kamu itu cewek! Gak baik nguap selebar itu dan ngegaruk – garuk depan orang.


Sambil menuangkan air putih ke dalam gelas, Aira bergumam.

AIRA
Ya Allah... Salah melulu aku perasaan.
MAMA
Kalau dibilangin orang tua itu jawab ‘iya’, bukan malah ngedumel.


Aira menghembuskan nafas berat sebelum akhirnya mengatakan.

AIRA
Iya, mama...


Mama tersenyum memandang kepasrahan anaknya.

MAMA
Nah, gitu kan enak. Nurut sama orang tua.


Aira tidak menanggapi dan memilih menyendokkan nasi goreng ke piring yang telah tersedia di meja makan dari pada harus berdebat.

MAMA
Oh, iya! Kakak belum ditunjukin ya ketemuan sama siapa nanti siang?


Aira menggelengkan kepala sembari menikmati nasi goreng buatan mama.

AIRA
Belum.


Mama membuka galeri di ponselnya dan menunjukkan poto seorang pria pada Aira.

MAMA
Lihat nih, kak! Ganteng, kan? Namanya Ahmad Kamaludin, umur tiga puluh tujuh tahun. Pengusaha berlian tersukses di Jakarta. Anaknya Tante Siska. Kamu kenal kan Tante Siska? Yang rumahnya di Pondok Indah itu.
AIRA
Kenal sih, ma. Tapi itu seriusan umur tiga tujuh? Gak ketuaan buat aku?
MAMA
Gak juga sih, kak. Justru pas menurut mama. Kakak juga kan udah dua puluh sembilan, gak terhitung muda lagi untuk ukuran cewek.
AIRA
Ya udah deh, ma. Aku ngikut kata mama aja. Asal dia single, aku gak masalah.
MAMA
Dia single, kok. Cuma punya anak aja.


Aira terkejut hingga matanya terbelalak.

AIRA
Apa?! Punya anak?! Dia duda?!


Mama tersenyum sambil mengangguk.

MAMA
Iya, duda (beat). Satu doang kok anaknya. Cantik pula.


Aira berpikir keras. Kedua tangannya memijat pelan pelipis. Belum selesai Aira menghabiskan nasi gorengnya, dia beranjak dari bangku.

MAMA
Mau ke mana, kak?
AIRA
Dapur, nyuci piring. Sekalian masak buat Dipa.


Ketika Aira masuk ke dapur, mama bergumam.

MAMA
Udah mau jalan sama cowok lain, masih aja ngurusinnya Dipa. Udah kayak gitu, masih gak ngaku. Padahal jelas di antara mereka saling ada rasa. Bikin geregetan!


Mama melanjutkan aktivitasnya, mengisi kupon undian berhadiah.

CUT TO:

 

SC. 04 INT. RUMAH AIRA – DAPUR – SIANG

Ketika Aira tengah memasak, mendadak terlintas pikiran di benak.

AIRA
Gua? Sama duda? (beat). Haduh...


Berhenti memasak sejenak. Aira berbicara sendirian.

AIRA
Oke, ambil positifnya Aira! Dia ganteng dan tajir! Kapan lagi dapet cowok yang ganteng dan tajir, ya kan?!


Hening sejenak. Aira lalu meringis.

AIRA
Tapi dia duda... Punya anak... Gimana, dong? (beat). Kalau beneran sama dia, artinya gua mesti siap langsung jadi ibu (beat). Apa gua sanggup?


Aira menundukkan kepala beberapa saat, seperti mengheningkan cipta. Lalu dia menyemangati dirinya.

AIRA
Hah, au ah! Jalanin aja dulu, Aira! Jangan kebanyakan mikir! Kamu pasti bisa! Semangat!


Aira kembali fokus memasak untuk Dipa.

CUT TO:

 

SC. 05 INT. KANTOR PUSAT TAMA GROUP – RUANG DIREKTUR UTAMA – SIANG

Dipa memeriksa dokumen dengan serius. Perhatiannya lalu teralih oleh bunyi ponsel. Pesan masuk dari Aira.

AIRA
[Cumi crispy dan terong balado telah meluncur. Selamat menikmati ♥].


Dipa tersenyum bahagia dan membalas.

DIPA
[Makasih ya, nyonya 😊].
AIRA
[My pleasure, pak bosque. FYI, babang gojeknya barusan banget berangkat. Mungkin bakal sampe dalam 20 menit].
DIPA
[Santai, jam makan siang juga belum mulai].


Tak kunjung mendapat balasan, Dipa mengirim pesan lagi.

DIPA
[Gimana blind date-nya? Jadi hari ini?].
AIRA
[Jadilah, ini lagi siap - siap].


Dipa menarik nafas berat sebelum kembali menjawab.

DIPA
[Jangan kemaleman pulangnya! Angin malam jahat].
AIRA
[Siap, Pak Bos! Laksanakan].
DIPA
[Jangan lupa juga pakai kalung yang kemarin!].
AIRA
[Baiklah, bosque…].
DIPA
[Jangan juga keganjenan! Cowok itu lebih suka sama cewek cuek].
DIPA
[Berisik! Dahlah, gua mau dandan dulu. Lo juga kerja yang bener gih, sana! Jangan chat-an mulu!].


Dipa tersenyum, merasa terhibur oleh omelan Aira.

DIPA
[Oke, deh! Gua lanjut kerja, ya. Nanti gua hubungin lagi buat nilai masakan lo wkwk].


Dipa menaruh ponselnya di atas meja dan kembali membaca dokumen.

CUT TO:

 

SC. 06 INT. RUMAH AIRA – KAMAR AIRA – SIANG

Sehabis berkirim pesan, Aira berdiri dari bangku meja rias. Dia telah mengenakan makeup namun masih memakai bathrobe dan handuk di kepala. Aira lalu membuka lemari dan mengamatinya.

AIRA
Hm... Pakai apa, ya? Gaya casual atau glamour?

Beat.

AIRA
Casual aja, deh!


Aira mengambil sebuah kaus putih serta cardigan dan celana jeans berwarna beige dari dalam lemari dan meletakkannya di atas tempat tidur. Kemudian dia duduk di depan meja rias kembali untuk mulai mengeringkan rambut. Namun saat melihat bayangannya di cermin, Aira malah termenung.

AIRA (V.O)
Sebenarnya... Apa sih salahnya kalau masih lajang di usia dua puluh sembilan? Perasaan hidup gua baik - baik aja dan hidup orang lainpun gak terpengaruh. Lantas, kenapa gua harus berbuat sejauh ini? Berkenalan dengan orang asing? Konyolnya lagi, berharap dia jadi jodoh? Lucu banget dunia ini!


Aira memandang ke arah luar jendela.

AIRA
Hah... Gua jadi iri sama matahari (beat). Miliaran tahun di alam semesta, gak pernah sekalipun ada yang nuntutnya untuk berputar ke mana atau bersinar seperti apa. (Tersenyum miris) Dia benar – benar bebas...

CUT TO:

 

SC. 07 INT. RUMAH AIRA – RUANG KELUARGA – SIANG

Sembari menenteng kunci mobil, Aira berpamitan pada sang mama. Mama sedang menonton infotainment, ditemani berbagai macam camilan.

AIRA
Ma, aku pergi ya! (Menyalami mama).
MAMA
Iya hati-hati, kak! Jangan lupa salam dari mama ya buat Nak Kamal!
AIRA
Beres…


Aira mengambil stoples pilus di meja lalu setengah berlari menuju garasi.

AIRA
Dah, ma! Assalammualaikum.


Mama terpaku, salah satu kudapannya kecolongan diambil.

MAMA
(Memandangi pilus) Walaikumsalam.

CUT TO:

 

SC. 08 INT. RUMAH AIRA – GARASI – SIANG

Aira memanaskan mobil. Selang beberapa menit kemudian, dia mulai mengendarai mobil menuju lokasi pertemuan kencan buta.

CUT TO:

 

SC. 09 INT. JAKARTA INTERNATIONAL EXPO – SIANG

Aira berjalan pelan seraya berbalas pesan dengan Mas Kamal. Di depan pintu VIP ruang konser musik Kahitna, akhirnya mereka berdua bertemu.

AIRA
(Bertanya ragu) Mas Kamal, ya?
KAMAL
Haira Kasyaira?


Aira menganggukkan kepala dengan menyunggingkan senyuman lega.

AIRA
Iya, ini aku Aira!
KAMAL
Wah, kamu jauh lebih cantik aslinya ya dibanding foto whatsapp.
AIRA
(Tersipu malu) Ah, mas bisa aja! Makasih pujiannya. Mas juga.... Ganteng.
KAMAL
(Antusias) Oh, ya? Makasih, loh!


Secara saksama, Aira mengamati kembali penampilan Kamal. Badannya tinggi tegap dengan kulit sawo matang. Alis tebal, bola mata cokelat, rahang tegas serta hidung mancung membuatnya semakin terlihat sempurna di mata Aira.

AIRA (V.O)
Emang gak salah, mama jadi mak comblang! Tahu banget gimana selera anaknya.


Kamal merogoh saku kemeja maroon-nya.

KAMAL
(Menyerahkan tiket) Ini punyamu.


Kemudian tanpa ragu Kamal menggenggam tangan Aira.

KAMAL
Yuk, kita masuk sekarang!
AIRA
(Tersenyum manis) Yuk, mas!

JUMP CUT TO:

Konser Kahitna berlangsung. Dimulai pukul 02.00 – 05.00 WIB. Aira dan Kamal menikmati konsernya.

LATER

Aira dan Kamal keluar dari ruang konser sambil bercengkrama dengan gembira.

CUT TO:

 

SC. 10 EXT. JAKARTA INTERNATIONAL EXPO – LAPANGAN PARKIR – SORE

Aira dan Kamal berjalan bergandengan menuju mobil mewah milik Kamal. Sesampainya di sana, pria tersebut tanpa sengaja menunjukkan sifat aslinya pada Aira. Dia berbicara ketus pada sopir pribadinya.

SOPIR
(Membukakan pintu belakang) Silakan tuan, nona!
KAMAL
Aku mau nyetir sendiri. Jadi siniin kuncinya!
SOPIR
Loh? Mau ke mana tuan?
KAMAL
Gak usah banyak tanya! Cepet kasih kuncinya!
SOPIR
(Menunduk seraya menyerahkan kunci mobil) Ini, tuan.


Beralih, Kamal bertutur lembut pada Aira.

KAMAL
Kita jalan bareng pakai mobilku, ya. Biar Pak Sopir yang bawain mobil kamu ke rumah.
AIRA
(Agak canggung) Oh? Boleh...


Aira merogoh tas dan menyerahkan kunci mobilnya pada Pak Sopir dengan senyuman ramah.

AIRA
Ini, pak. Mohon bantuannya, ya.
SOPIR
Baik, non.
AIRA
Tolong jangan panggil saya non, pak. Gak nyaman di telinga saya. Panggil aja Aira atau Mbak Aira, oke?
SOPIR
Baik, non. Eh, maksud bapak Mbak Aira.


Menyela pembicaraan, Kamal berkata.

KAMAL
Ya udah, sana gih buruan! Gak usah sok akrab! Ganggu orang pacaran aja.


Pak Sopir lekas menutup pintu mobil lalu membungkukkan badan seraya berpamitan.

SOPIR
Kalau gitu saya permisi tuan, mbak...
AIRA
Iya. Hati-hati, pak!


Kamal tiba - tiba meraih tangan Aira, kemudian menciumnya. Tak pelak, Aira merasa kaget sekaligus risih.

KAMAL
Yuk, kita juga jalan! Aku bakal nunjukin ke kamu tempat makan terenak di Jakarta!
AIRA
Wah, jadi penasaran... Ayo mas, kita berangkat!


Aira buru - buru melepaskan tangannya dan masuk ke dalam mobil.

CUT TO:

 

SC. 11 INT. KANTOR PUSAT TAMA GROUP – RUANG DIREKTUR UTAMA – MALAM

Seseorang dari arah luar mengetuk pintu. Sembari fokus pada layar komputer, Dipa berujar dingin.

DIPA
Masuk!


Gadis muda berbadan semampai yang merupakan sekretaris di perusahaan itu masuk ke dalam ruangan. Setelah tiga langkah maju, dia kemudian berhenti dan berdiri tegap.

SEKRETARIS
Maaf mengganggu, pak. Izin menginfokan, ini sudah pukul setengah tujuh malam, sudah melebihi jam kerja kantor. Apa saya boleh pulang lebih dulu dari bapak?
DIPA
(Tetap fokus pada komputer) Ya, silakan saja.
SEKRETARIS
Sebelum saya pergi, apa ada hal yang bapak butuhkan? Misalkan kopi atau dokumen tertentu.
DIPA
Tidak ada. Kamu boleh pulang sekarang.
SEKRETARIS
Baik, pak. Terima kasih. Saya mohon undur diri. (Menundukkan kepala) Permisi.


Setelah sekretaris itu berbalik dan meninggalkan ruangan, Dipa melonggarkan dasinya sambil me-minimize dokumen pekerjaannya, sehingga kemudian terpampanglah background dengan potret Aira. Dipa lalu bersandar santai di kursi kerjanya.

DIPA
Ngapain sih lo jalan sama cowok lain? Bikin khawatir aja...


Dipa melirik rantang plastik di atas meja yang tadi dikirimkan Aira.

DIPA
Gua mau makan masakan lo setiap hari. Gua mau nemuin lo setiap pulang kerja. Gua mau kita lebih dari sekedar sahabat... Apa gua boleh berharap?


Dipa menarik nafas dalam dan mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela, nampak pemandangan malam kota Jakarta yang indah.

CUT TO:

 

SC. 12 INT. AMUZ GOURMET RESTAURANT - MALAM

Seorang pelayan mengantarkan Aira dan Kamal ke sebuah meja khusus untuk dua orang.

AIRA (V.O)
Duh, kenapa gak bilang dari awal mau dateng ke resto mewah, sih?! Harusnya gua pake dress atau apa kek yang lebih keren! Untung ketolong dikit sama kalung yang Dipa kasih. Tanpa kalung ini, udah deh fix gua totally jadi upik abu yang jalan bareng pangeran keraton. Kesel!


Sesampainya di tempat tujuan, Aira dan Kamal duduk di bangku masing-masing. Lalu pelayan memberikan buku menu pada keduanya. Merekapun mulai membaca menu yang ditawarkan.

INSERT.

Daftar menu berharga fantastik.

AIRA (V.O)
Ini bakal dia kan yang neraktir? Bisa jebol nih debit kalau gua yang bayar. Mana masih banyak cicilan pula.


Melihat Aira nampak kebingungan, Kamal berusaha membantu dengan merekomendasikan makanan.

KAMAL
Kamu tadi bilang ke aku kalau kamu suka seafood, kan? Cobain deh, L'Oeuf bio frit. Itu semacam perpaduan antara telur, jamur, asparagus, dan juga caviar. Kamu tahu kan caviar? Salah satu ikan termahal di dunia.
AIRA
(Kaku) Oh, itu enak ya, mas? Boleh deh, aku pesen itu.


Kamal berbicara pada pelayan.

KAMAL
Saya pesan le fillet de porc iberic d'Espagne sama les des de foei gras poele. Untuk wanita saya, L'Oeuf bio frit dan la langouste rotie.
PELAYAN
Minumannya, tuan?
KAMAL
Saya scotch whisky.


Kamal berbicara pada Aira.

KAMAL
Kalau kamu?
AIRA
Aku air putih aja.
KAMAL
Yakin? Gimana kalau red wine atau cocktail?


Aira tersenyum kecut.

AIRA
Gak mas, makasih. Aku mau air putih aja.
KAMAL
Oke, deh. Kalau memang itu maumu.


Kamal berbicara lagi pada pelayan.

KAMAL
Air mineralnya, dua.
PELAYAN
Baik, saya ulangi ya pesanannya. Satu le fillet de porc iberic d'Espagne, satu les des de foei...


Kamal mengangkat tangan kanannya, tanda meminta berhenti.

KAMAL
Ya, ya sudah! Cepat antarkan pesanannya ke dapur! Jangan buat kami mengunggu lama!
PELAYAN
Baiklah, tuan dan nyonya. (Membungkukkan badan) Permisi.


Setelah pelayan wanita tersebut pergi, Aira menegur Kamal dengan ekspresi geram.

AIRA
Menurutku mas gak perlu deh ketus gitu.
KAMAL
Aku ketus? Kapan aku ketus?
AIRA
Barusan, pas mbaknya pengen ngebacain ulang catatan pesanan, mas masang muka gak enak dan langsung nyuruh dia pergi. Dengerin sebentar apa salahnya, coba?
KAMAL
Itu karena aku gak suka hal yang bertele - tele.
AIRA
Tadi juga mas ketus banget sama sopirnya mas. (Menatap lirih) Padahal bisa kan ngomong baik-baik?


Kamal meluluh dan tak lagi membantah, dia justru menggenggam tangan Aira untuk menghiburnya.

KAMAL
Maaf, ya... Aku gak tahu kalau kamu gak suka aku begitu. Aku janji gak bakal ngulanginnya lagi.
AIRA
(Berusaha tersenyum) Makasih mas, udah mau ngerti.
KAMAL
(Berdeham elegan) Ehm, aku memang orang yang pengertian.


Kamal mengelus jam tangan mahalnya. Dia kemudian menyilangkan kedua lengannya di meja dan mulai bercerita.

KAMAL
Dulu waktu master degree di London, aku selalu ditanamkan oleh dosen – dosen di sana tentang satu hal terpenting bagi seorang pria (beat). Manners Maketh Man. Kamu tahu apa maksudnya?


Aira menggelengkan kepala pelan. Oleh sebab itu, Kamal melanjutkan penjelasan secara antusias.

KAMAL
Artinya seseorang dapat dinilai sebagai pria sejati dari tingkah laku atau tata kramanya. Makanya gak heran kalau kamu mandang aku sebagai orang yang pengertian, karena memang aku dididik untuk selalu berlaku demikian.
AIRA
(Tersenyum beban) Oh... Gitu ya, mas.


Pelayan kembali datang, menyuguhkan minuman yang dipesan beserta appetizer.

PELAYAN
Silakan dinikmati! Main course order akan selesai dalam lima menit. Mohon berkenan menunggu sebentar lagi.
AIRA
Iya mbak, terima kasih.
PELAYAN
Sama - sama. Saya permisi...


Usai pelayan pergi, Kamal mengungkapkan kekagumannya pada Aira.

KAMAL
Kamu keliatannya bukan cuma cantik di paras ya, tapi juga hati. Dari awal aku perhatiin, kamu selalu ramah ke semua orang. Tipe idealku banget buat jadi istri.


Aira meminum air putihnya. Dalam hati dia meronta.

AIRA (V.O)
Apa?! Istri?! Gak, gak, gak mau! Gua ilfeel berat sama lo! Udah kasar, belagu pula! Gua pengen cepet - cepet pulang!


Tapi yang terujar di mulut Aira, hanyalah sebuah penyangkalan sederhana.

AIRA
Oh, gitu ya mas? Padahal banyak loh yang jauh lebih baik dariku. Misalnya teman - teman mas di London, mungkin?


Sambil menikmati hidangan appetizer, Kamal mengungkapkan.

KAMAL
No, dear. Soal keramahan, orang Indonesia juara.
AIRA
Berarti banyak kan teman - teman mas di Indonesia yang lebih baik dariku.
KAMAL
Tapi gak ada dari mereka yang secantik dan sespesial kamu...


Tak tahan menerima gombalan dari orang yang tidak diharapkan, perlahan Aira mulai mengambil tindakan. Sesekali dia berpura – pura batuk dan sesekali pula dia memegangi perutnya. Menyadari kejanggalan, Kamal segera menaruh perhatian.

KAMAL
Kamu kenapa, Ra? Makanannya gak enak?
AIRA
Em, gak kok, mas. Kayaknya aku gak enak badan aja.


Kamal langsung memeriksa suhu badan Aira dengan menempelkan punggung tangannya ke dahi Aira, lalu menggenggam erat kedua tangan wanita berkulit kuning langsat tersebut.

KAMAL
Iya sih, badan kamu agak anget. Apa mau ke rumah sakit sekarang?
AIRA
(Panik) Gak, gak perlu, mas. Kayaknya cuma butuh kerokan.
KAMAL
Hari gini kamu masih kerokan?
AIRA
Iya. Itu pengobatan masuk angin paling mujarab, loh!


Kamal melepaskan genggamannya, kemudian bersandar di kursi.

KAMAL
Ya ampun, Aira... Kerokan itu gak bagus loh buat kulit kamu! Gimana coba kalau kulit mulus ini jadi kebaret koin? Sayang, kan?!
AIRA (V.O)
Oh Tuhan! Dia bukan cuma kasar dan belagu, tapi juga lebay! Ya Allah, tolong lepaskan hamba dari bayang orang ini...


Belum sempat Aira menyampaikan jawaban, tiba – tiba terjadi keributan di meja sebelah kanan mereka. Seorang pria berwajah Arab memergoki pacarnya selingkuh.

ABI
Oh, jadi gini ya kalau sakit?! Makan di restoran mahal sama om – om?!
NINDY
(Kaget) Abi?! Kenapa kamu bisa ada di sini?
ABI
(Marah besar) Aku yang harusnya tanya, ngapain kamu ada di sini berduaan bareng om – om?!


Pria yang disebut om – om itupun berdiri.

OM
Kamu itu yang siapa?! Dateng – dateng bikin onar!


Sang wanita lekas merangkul tangan om dan coba meredamkan emosinya.

NINDY
Udah om, gak usah peduliin dia! Biar aku yang bicara sebentar sama dia.


Abi menatap penuh emosi pada rangkulan tangan tersebut.

ABI
Apa - apan itu?! Kamu milih ada di samping dia dibanding aku?! Ha?! Jawab!


Kamal yang merasa terusik, turut berkomentar dari tempat duduknya.

KAMAL
Hey, kalian! Kalau mau ribut, mending keluar sana! Ganggu ketenangan orang lain aja! Apa perlu saya panggil security untuk turun tangan?
AIRA (V.O)
Sifat arogan dia ada gunanya juga ternyata dalam kondisi kayak gini.


Wanita tersebut kembali berujar manja pada pria paruh baya.

NINDY
Sebentar ya om, aku mesti bicara dulu sama dia. Malu diliatin banyak orang.
ABI
Masih punya malu kamu? Orang yang selingkuh masih tahu malu?!
NINDY
(Bentak) Kalau kamu mau penjelasan dari aku, ikut aku sekarang!


Wanita bergaun merah menyala itupun berjalan menuju ke suatu tempat. Tak lama berselang, pria yang marah kepadanya menyusul di belakang. Setelah mereka semua berlalu, Kamal menyampaikan keluhannya pada Aira.

KAMAL
Terkadang aku tuh gak ngerti sama orang - orang yang sok jago. Maksudku, ayolah tolong jangan bersikap seperti itu di depanku! Aku ini ahli tinju dan gulat, jika habis kesabaranku, mereka bisa habis pula kusikat.


Lelah menyimak omong kosong, Aira hanya dapat menghela nafas panjang dan memilih ikut berlalu.

AIRA
Mas, aku ke toilet sebentar, ya! (beat). Kalau makanannya udah dateng, mas makan aja duluan.
KAMAL
Oh? Jangan lama-lama, ya! Dan juga hati-hati! Kamu lagi sakit, kan?
AIRA
Iya, mas... Jangan khawatir!


Secepat kilat, Aira melangkah pergi meninggalkan Kamal.


CUT TO BLACK:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar