Yuk Nikah, Yuk!
4. ACT 2 PART 2 #Impostor

ACT 2

PART 2

IMPOSTOR

 

SC. 13 INT. AMUZ GOURMET RESTAURANT – DEPAN TOILET WANITA – MALAM

Saat hendak memasuki toilet, Aira melihat pasangan yang tadi bertengkar. Mereka tengah serius berbicara. Namun ada satu hal yang medadak menyita perhatian Aira.

AIRA (V.O)
Kalau dilihat – lihat, orang itu mirip ya dengan cowok resek kemarin? Badannya sama – sama putih dan tinggi. Apa memang benar dia? Atau bukan?


Tak mau ambil pusing atas rasa penasaran, Aira melanjutkan langkah kakinya menuju toilet.

CUT TO:

 

SC. 14 INT. AMUZ GOURMET RESTAURANT – DALAM TOILET WANITA – MALAM

Memasuki toilet, Aira segera mencuci tangan dengan sabun. Ketika selesai dan dia mulai memandang wajahnya di cermin, Aira bergumam dalam hati.

AIRA (V.O)
Hah... Lihatlah gua! Gak jelas! Ngapain coba barusan cuci tangan?


Aira semakin memperhatikan pantulan bayangan di cermin. Alisnyapun berkernyit. Sembari mengelap tangan menggunakan tisu, dia mengeluh.

AIRA (V.O)
Kenapa gua terjebak sama orang kayak gitu, sih?! Mama kok bisa - bisanya jodohin gua dengan orang berkepribadian ganda itu?! Gak masuk akal! (Cemberut) Pengen pulang!!!


Suara keributan dari luar tiba – tiba mengusik Aira. Dia berdiri hikmat di balik pintu untuk menguping percakapan mereka yang terdengar sumbang.

CUT TO:

 

SC. 15 INT. AMUZ GOURMET RESTAURANT – DEPAN TOILET WANITA – MALAM

Wanita ber-makeup tebal dan berpakaian seksi itu menopangkan kedua tangannya di pinggang.

NINDY
Mesti aku ulangin, ha?! Aku capek pacaran sama cowok kere kayak kamu! Aku udah nyobanya selama dua bulan ini dan ternyata aku sadar aku gak bisa!
ABI
Jadi dua tahun lebih kita pacaran, hancur hanya karena dua bulan ini aku bangkrut? Kamu beneran mau ngerelain hubungan kita hanya karena masalah ini?!
NINDY
Bagiku itu bukan ‘hanya’, tapi masalah besar! Kamu udah gak bisa nurutin kemauanku, gak bisa menuhin kebutuhanku, dan gak bisa lagi diandelin! Bagiku itu masalah besar! Apa gunanya pertahanin hubungan dengan sampah kayak kamu?!


Suara Abi bergetar. Badannya terasa lemas.

ABI
Nindy... Bisa – bisanya kamu ngomong gitu ke aku.
NINDY
Kenapa?! Emangnya ada yang salah dari ucapanku? Gak, kan?! Itulah faktanya sekarang! Gak ada lagi yang bisa dipertahanin di antara kita.


Abi menggigit bibir bawahnya, menahan kesedihan.

ABI
Apa kamu yakin... Gak ada lagi yang tersisa di antara kita? Gak ada setitik aja rasa sayangmu buatku saat ini?
NINDY
Gak! Gak ada sama sekali! Jadi aku harap hubungan kita berakhir sampai di sini! Ngerti?! Aku gak sudi lagi dengerin fantasi kamu tentang masa depan kita, padahal hidupmu sendiri gak ada masa depan!


Aira keluar secara mengejutkan dari toilet, lalu berpura - pura mengenal Abi untuk memprovokasi.

AIRA
Jadi kamu dulu nolak aku demi cewek jalang ini? (Menatap kesal Nindy) Duh, mata kamu ditaruh mana, sih?!


Abi kebingungan namun tidak berkomentar apapun. Justru wanita dengan dandanan menor itu yang menanggapi.

NINDY
Heh, brengsek! Siapa tadi yang lo bilang jalang?!


Aira menundukan pandangannya, wanita itu masih lebih pendek darinya meski dia hanya memakai sneakers sedangkan Nindy memakai heels.

AIRA
(Menunjuk) Lo!


Aira menyilangkan kedua tangannya dan berujar santai.

AIRA
Apa dong sebutan buat cewek gak tahu diri yang bisanya manfaatin orang, selain ‘ja-lang’?!
NINDY
Ngajak ribut, ha?!


Nindy melayangkan tangannya, mencoba menampar. Namun Aira dengan sigap menangkis dan mengunci pergerakan wanita tersebut. Aira kemudian berbisik tepat di telinganya.

AIRA
Sekali lagi lo nyoba nyerang, gua gak bakal segan nyakitin lo. Paham?


Aira melepas dan mendorong wanita itu. Lalu dia berucap tegas pada Abi, tetapi tatapan tajam tetap mengarah ke wanita di hadapannya.

AIRA
Badanku tinggi, wajahku cantik, karirku mapan, aku keturunan orang kaya, dan mentalku juga normal. (Menengok ke Abi) Apalagi yang kamu tunggu? Orang sesempurnaku menyukaimu! (Menengok wanita itu lagi) Jadi untuk apa memperjuangkan hubungan dengan parasit? Biarkan saja dia pergi dan mulailah hidup bahagia bersamaku.


Wanita berparas oriental tersebut menyeringai.

NINDY
Berlagak paling oke tapi kenyataan cintanya bertepuk sebelah tangan. Dia lebih milih gua aja itu udah ngebuktiin kalau gua lebih segalanya dibanding lo!


Pria berambut chestnut blonde itu mulai memahami maksud permainan Aira dan berinisiatif merangkulnya erat.

ABI
Siapa bilang cintanya bertepuk sebelah tangan? Kini aku sadar, mana yang berlian dan mana yang batu kali. Gak mungkin aku dua kali ngelepasin berlian cuma demi batu kali. Aku gak sebodoh kamu, yang mengabaikan ketulusan cinta untuk kesenangan sesaat.
NINDY
Berani kamu ya ngomong gitu ke aku?!
ABI
Apa ada yang salah dari ucapanku? Gak, kan?

Beat.

ABI
Sesuai keinginanmu, hubungan kita berakhir sampai di sini. Aku gak mau lagi berurusan denganmu karena udah ada wanita berharga di sisiku. Pesanku terakhir, selamat menikmati gelimangan harta dari si om!


Abi melepaskan rangkulannya dan beralih menggenggam tangan kanan Aira.

ABI
Ayo sayang, kita pergi!


Mata Nindy berkaca - kaca, penuh amarah tertahan. Sementara Aira dan Abi pergi meninggalkannya.

CUT TO:

 

SC. 16 EXT. AMUZ GOURMET RESTAURANT – DEPAN PINTU UTAMA – MALAM

Pria yang memiliki bola mata berwarna cokelat muda serta bulu mata lentik itu mulai meneteskan air mata. Dia melepaskan genggaman dan beralih menutupi wajahnya dengan tangan. Aira yang melihatnya tengah terluka, hanya dapat menghibur dengan mengusap – usap pelan punggung Abi.

AIRA
Sabar ya, mas. Aku tahu pasti sakit banget buat masnya. Aku yang cuma nyimak aja, kesel banget sama cewek mas, sampai nekat ikut campur. Padahal kata - kata toxic-nya bukan buat aku, tapi dongkol maksimalnya masih kerasa sampai sekarang! Gimana dengan mas... (Menatap sedih pada Abi).


Tak ada kalimat yang tersahut, hanya tangisan yang mewakili keperihan hati. Hampir sepuluh menit keadaan demikian berlangsung, hingga Aira memperoleh panggilan telepon dari seseorang.

AIRA
(Melihat layar ponsel yang berdering) Oh, Tuhan! Mati aku!


Sambil menjenggut rambutnya, Aira berkeluh.

AIRA (V.O)
Duh, gimana nih?! Lupa banget soal Mas Kamal! Tapi udah terlanjur di luar juga, mending pulang sekalian (beat). Tapi tetep mesti ngomong kan, ya?! Secara, dia anak Tante Siska! Bisa mati gua diomelin mama kalau tahu anak temennya ditinggal pergi gitu aja!


Aira menggaruk kepala.

AIRA
Halah, pusing!


Menyadari kegelisahan Aira, pria tersebut menghentikan kesedihannya dan balik memberi perhatian pada Aira.

ABI
(Sembari menyeka air mata) Kamu kenapa? Dicariin calon suami?
AIRA
Hah... Calon suami apanya, orang kayak dia masa...


Aira tertegun sejenak, kemudian bertanya.

AIRA
Loh? Tahu dari mana kamu kalau Mas Kamal mau dijadiin calon suami?
ABI
Loh? Kok Mas Kamal? Perasaan nama calon suamimu kemarin... Di? Di? Di siapa, sih? Dipa ya kalau gak salah? Pokoknya anak dari keluarga Tamawijaya itu.


Aira menganga, diapun lantas berujar histeris.

AIRA
Oh! Tuh kan bener, lo! Udah gua duga, lo cowok resek yang kemarin!
ABI
Kenapa ekspresinya mesti gitu, sih? Emang aku hantu apa?
AIRA
(Seketika sewot) Jangan samain diri lo sama hantu, kasian hantunya! Gak ada kaum hantu yang muka dua.
ABI
Muka dua dari mana sih aku?
AIRA
Sok playing victim ketika tahu diri sendiri salah, apa namanya kalau bukan muka dua?


Belum selesai Aira meluapkan amarah, ponselnya malah kembali berdering.

AIRA
Haduh, berisik amet sih! (Menggaruk kepala) Aku tuh masih bingung bikin alesan apa, tahu gak?!


Tanpa diminta, pria tersebut memberikan saran.

ABI
Kamu terakhir izin ke toilet, kan? Bilang aja sakit perut, sakit maag, atau sakit ginjal, usus, pendarahan, atau apa kek yang seolah ngegambarin lagi gak enak badan. Makanya kamu keluar sebentar buat cari obat.


Sontak Aira tersenyum sumringah. Dia menepuk pipi Abi dan memujinya.

AIRA
Ih, gak nyangka pinter banget bohongnya! Makasih loh udah ngasih inspirasi!


Aira buru - buru menelepon balik Mas Kamal. Ketika telepon telah tersambung, Aira mulai berlakon seolah tengah sakit.

AIRA (On phone)
Halo? Mas Kamal?

CUT TO:

 

SC. 17 INT. AMUZ GOURMET RESTAURANT - MALAM

Kamal duduk sendirian. Dia nampak gelisah.

KAMAL (On phone)
Halo! Aira kamu di mana? Kenapa dari tadi aku teleponin gak diangkat? Ini makanannya udah dateng dari tadi, tapi kamunya gak balik - balik dari toilet.

INTERCUT.

AIRA
Iya mas, maaf. Aku lupa bilang ini ke mas... Aku kan tadi udah ngasih tahu mas kalau aku lagi gak enak badan. Terus pas aku cek ke toilet, ternyata aku haid, mungkin karena itu perutku rasanya melilit.
KAMAL
Oh, ya? Terus gimana sekarang? Udah baikan?
AIRA
Belum nih mas, masih sama aja. Aku barusan mampir ke mini market terdekat buat beli pembalut. Sebab gak mungkin kan aku ngerepotin mas soal beginian.

Kamal mengusap wajahnya.

KAMAL
Haduh, Aira... (Bertopang dahi) Harusnya kamu bilang aja ke aku. Aku pasti bakal bantuin kamu. Aku bisa nyuruh orang buat beli pembalutnya, bahkan sekalian beli obat dan manggil dokternya ke sini kalau memang kamu butuh (beat). Sekarang jadinya kamu di mana?
AIRA
Di parkiran mini market, mas. Tapi rencananya aku mau langsung pulang, boleh ya mas? Aku ngerasa gak sanggup kalau harus puter balik lagi ke Amuz.
KAMAL
Yah, kalau memang gitu ceritanya, apa boleh buat. Tapi apa bener kamu bisa pulang sendiri dalam kondisi sakit gitu?


Aira tersenyum gembira tapi menjawab dengan nada lesu.

AIRA
Aku bakal usahain kok mas, tenang aja. Justru aku bakal ngerasa gak enak kalau ngerepotin mas.
KAMAL
Ya udah, gak apa – apa. Hati – hati ya, Ra! Cari taxi yang sopirnya bapak – bapak tua aja biar bisa pelan – pelan. Kalau ada apa – apa di jalan, jangan sungkan hubungin aku.
AIRA
Baik, mas. Makasih banyak ya atas pengertiannya. Aku minta maaf karena udah pergi tanpa ngasih kabar.
KAMAL
Iya, Ra. Santai aja. Lain kali, kita ketemuan lagi, ya!
AIRA
Oke deh, mas. Aku pamit dulu, ya. Sampai nanti!
KAMAL
Sampai nanti, Ra!

CUT TO:

 

SC. 18 EXT. AMUZ GOURMET RESTAURANT – DEPAN PINTU UTAMA – MALAM

Begitu sambungan telepon terputus, Aira langsung bernafas lega. Dia merentangkan tangan dan menikmati semilir angin malam yang menempa wajahnya.

AIRA
Yes... Akhirnya gua lepas dari jeratan!


Namun kebebasan Aira disambut komentar pedas dari pria yang sedari tadi menyimak sandiwaranya.

ABI
Sepertinya kamu berbakat jadi penipu ulung.


Senyum Aira seketika berganti menjadi kejengkelan.

AIRA
Ish, bisa gak sih ikut bahagia aja atas kebahagiaan orang?


Abi menatap Aira sejenak, lalu memilih mengalah padanya.

ABI
Iya, aku ikut bahagia kok.
AIRA
(Terkejut sendiri) Ih, tumben lo gak ngebantah? Kesambet apa?


Abi menyentil dahi Aira karena gemas.

ABI
Gak usah mancing emosi!


Aira berpura - pura kesakitan. Dia menundukkan kepala sambil mengusap - usap dahinya.

AIRA
Duh, sakit tahu!
ABI
(Khawatir) Oh, ya? Sakit banget, ya? Maaf, padahal gak ada maksud nyakitin.


Mendadak Aira balik menyentil dahi Abi.

AIRA
Satu sama! (Tertawa puas) Gampang banget sih lo dibodohin!


Pria berkemeja hitam itu mengelus dahinya sembari berucap pasrah.

ABI
Ya aku tahu, aku mudah dibodohin. Makanya aku bisa sampai diselingkuhin, gitu kan maksudmu?
AIRA
Ya ampun, gak ada maksud ke arah sana, kali! Sentimen amet! Cepet tua loh nanti!
ABI
Biarin aja tua sekalian! Cewek zaman sekarang sukanya sama yang tua – tua! Udah gak rasional lagi! Asal dapat banyak duit, pacaran sama om – om perut buncit! Sekalian aja sana pacaran sama kakek – kakek bangkotan bau tanah! Biar bisa cepet dimakan tuh harta warisan!


Aira menepuk kedua pipi Abi, menariknya mendekat ke wajahnya untuk berusaha menyadarkan.

AIRA
Heh! Lihat sini! Yang lagi sama lo sekarang itu gua, bukan mantan pacar lo. Kenapa lo malah marah-marahnya ke gua?!


Abi mengalihkan pandangan.

ABI
Ck, aku juga tahu kamu bukan dia! Soal marah mah bebas dong ke siapa aja. Lagian yang mancing duluan juga kamu.


Aira melepaskan sentuhannya pada pipi Abi. Dia lalu menatapnya tajam dan memberi nasihat.

AIRA
Pulang, makan, mandi, dan istirahat, gih! Kayaknya lo masih perlu mulihin diri dari luka. Gua khawatir lo bakal bikin keributan kalau terus berkeliaran di luar. Jadi menurut gua, sebaiknya lo pulang ke rumah sekarang juga.
ABI
Aku bakal pulang setelah memastikanmu sampai di rumah dengan selamat.
AIRA
Gak usah mikirin gua. Gua kan bawa, mo...bil (beat). Eh lupa ding, mobil gua kan udah diboyong ke rumah tadi sore.
ABI
Kalau gitu aku anterin aja kamu pulang. Rumahmu di mana?
AIRA
Gak perlu kok, makasih. Gua justru lebih ngerasa nyaman naik ojol ketimbangan ikut kendaraan orang yang gak dikenal.


Pria itu mengibas rambutnya sembari berkata.

ABI
Oh, iya! Aku baru sadar kalau kita belum saling berkenalan.


Abi mengulurkan tangan pada Aira

ABI
Kalau gitu kenalin, aku Abizard Gaozhan. Biasa dipanggil Abi. Kamu?
AIRA
(Menyambut uluran tangan) Aira.


Mereka berduapun melepaskan jabatan tangan.

ABI
Karena kita udah kenal, kamu mau kan aku anterin? Aku gak bisa ngebiarin orang yang udah nyelamatin harga diriku, pulang sendirian.


Aira memasukkan telapak tangannya di saku cardigan.

AIRA
Perasaan kayaknya kita baru saling tahu nama, deh. Belum bisa disebut saling kenal.
ABI
Apalagi emang yang perlu kamu tahu dariku? Aku single, usia dua puluh delapan tahun, hidup mandiri, kerjaan belum jelas, sementara utang terus numpuk di bank. Perkenalan detail kayak gitu yang kamu harepin?


Aira tak kuasa menahan tawa. Dia kemudian memukul pundak Abi seraya berkomentar.

AIRA
Gak usah sampai nyebutin utang juga, kali! Lo kode minta dibayarin apa gimana? Hahaha.
ABI
Emang gak ada benernya aku nih di mata kamu.
AIRA
Lo beneran gak tahu cara berkenalan yang baik dan benar itu gimana?


Abi mengerutkan dahinya dan menggelengkan kepala.

ABI
Gak, gimana memang?


Aira menepuk pundaknya sendiri.

AIRA
Traktir orang yang berjasa ini makan enak!


CUT TO BLACK:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar