Yuk Nikah, Yuk!
9. ACT 2 PART 7 #Thank You Next

ACT 2

PART 7

THANK YOU NEXT

 

MONTAGE

  1. Aira masih terlelap di tempat tidur, alarmpun berbunyi, Aira bangun dan terkejut mendapati jam menunjukkan pukul 07.00 WIB, dia langsung bangun dan bergegas ke kamar mandi.
  2. Aira keluar dari kamar mandi, buru – buru mengambil pakaian yang digantung di lemari.
  3. Aira keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga.
  4. Aira berpamitan dengan mama yang tengah membereskan piring bekas papa dan Arya makan, mama menyuruh Aira sarapan namun ditolak, sehingga mama membekali Aira tiga bungkus roti.
  5. Aira keluar pagar, naik ke ojek online yang telah di pesan.
  6. Aira terjebak macet sesuai dugaannya, tetapi karena dia berangkat menggunakan motor, alhasil dia bisa menyalip dan memotong jalan.
  7. Aira sampai di tempat kerja, turun dari ojek dan membayarnya, lalu Aira bergegas masuk ke dalam kantor.

CUT TO:

 

SC. 34 INT. KANTOR MAJALAH THE INDONESIA TIMES – PAGI

Aira membuka pintu ruang redaksi dan masuk ke dalamnya. Dia menyapa seluruh rekan.

AIRA
Pagi, semua!
ALL
Pagi!


Aira berjalan menuju mejanya, kemudian duduk kelelahan di kursi kerja. Lea yang berada di meja seberang, lantas berujar pada Aira.

LEA
Tumben banget dek, telat.
AIRA
Iya nih, mbak. Semalam begadang. Baru aja tidur jam empatan tadi. Eh, jadi bangun karena alarm, di repeat yang ke-enam.


Seketika Lea ternganga, pikirannya melalang - buana. Dia kaget dengan pernyataan Aira.

LEA
Begadang? Semalem? Sampai subuh? (beat). Kamu ke hotel sama Raka?!


Aira tak kalah tercengang oleh pertanyaan Lea.

AIRA
Hotel?! Gila ya, ibu dua anak ini.


Lea tertawa lalu kembali bertanya.

LEA
Ya terus, maksudnya apa geh? Jangan ambigu gitu coba.
AIRA
Bukannya hotel, aku malah kejebak di kantor polisi, mbak.
LEA
Hah? Serius? Kok bisa?
AIRA
Panjang ceritanya, mbak. Tapi intinya, Raka itu ternyata pengedar, terus ketangkep polisi dan langsung masuk tahanan. Mungkin sekarang lagi di sidang.
LEA
Oh, Tuhan... Ada – ada aja ya manusia! (beat). Terus kamu apa kabar? Baik – baik aja?
AIRA
Ya, aku sih baik. Nih buktinya, walau kurang tidur, tetep masuk kerja.
LEA
Syukurlah kalau gitu (beat). Untung kebongkarnya dari awal ya dek, kalau kamu keburu jadian sama dia, apalagi nikah, duh... Lebih panjang urusan.
AIRA
Yah, begitulah, mbak.


Lea yang melihat Aira nampak lesu, lekas menyemangati. Dia mengepalkan tangan dan berkata.

LEA
Semangat, Aira! Masih ada Abi yang bisa jadi jodohmu! Atau Dipa juga boleh.
AIRA
Aduh, mbak. Bingung aku. Abi itu ngeselin. Dipa itu cuma nganggep aku sebatas sahabat. Gak ada yang bisa diharepin.
LEA
Who knows, kan. Siapa tahu loh, salah satu dari mereka jodoh kamu. Karena percayalah dek, yang namanya jodoh itu ajaib. Yang dinanti – nanti, bisa jadi gak. Yang gak di sangka – sangka, malah jadi di pelaminan. Kita gak pernah tahu ke depannya gimana.
AIRA
Iya sih mbak, bener. Tumben bijak.
LEA
Gini – gini aku ibu dua anak. Harus bisalah bijak sekali – kali.


Aira dan Lea tersenyum satu sama lain, kemudian mereka mulai bekerja.

CUT TO:

 

SC. 35 INT. KANTOR MAJALAH THE INDONESIA TIMES – SIANG

Saat jam makan siang, Aira mencoba menghubungi Dipa, namun ponsel Dipa tidak aktif. Sehingga dia beralih menghubungi Abi.

AIRA (On phone)
Halo? Assalamualaikum, Bi.

CUT TO:

 

SC. 36 INT. KEDAI MIE AYAM – SIANG

Abi sedang beres – beres, dibantu oleh dua pria lainnya. Meski begitu, dia menyempatkan diri menjawab telepon dari Aira.

ABI (On phone)
Walaikumsalam. Ada apa, Ra?

INTERCUT.

AIRA
Nanti sore kamu ada waktu gak?
ABI
Kenapa memang?
AIRA
Pengen ngobrol – ngobrol aja.


Abi terdiam sejenak, lalu mengatakan.

ABI
Duh, maaf banget, Ra. Kayaknya belum bisa deh kalau nanti sore. Soalnya aku lagi sibuk beberes. Mau buka kedai mie ayam rencananya.
AIRA
Oh, gitu ya, Bi. Okay deh, kalau gitu. Semoga sukses ya, kedai mie ayamnya!
ABI
Makasih, Ra. Lain waktu ya kita hang out bareng. Nongkrong di kedaiku juga bisa nanti. Pasti gratis buat kamu.
AIRA
Oh, siap! Itung – itung bayar utang nasi padang, kan.
ABI
(Tertawa ringan) Bener banget!
AIRA
Ya udah, Bi. Kalau gitu lanjut gih beberesnya! Aku juga mau istirahat makan siang sekarang.
ABI
Oke deh, Ra! Semoga harimu menyenangkan.
AIRA
Iya, kamu juga, ya. Dah! Sampai nanti!
ABI
Sampai nanti!


Masing – masing menutup sambungan telepon.

CUT TO:

 

SC. 37 INT. KANTOR MAJALAH THE INDONESIA TIMES – SIANG

Aira berkeluh kesah pada Lea yang juga baru selesai video call dengan anak – anaknya.

AIRA
Tuh kan, mbak! Aku bilang juga apa?! Aku sama mereka berdua itu gak ada harapan.
LEA
(Bingung) Emang di telepon tadi apa katanya? Mbak gak merhatiin.
AIRA
Gak ada yang bisa aku ajak jalan hari ini. Abi sibuk, si Dipa lebih sibuk lagi, sampai telepon darikupun gak diangkat.
LEA
Yah, sayang banget... Padahal kan kamu pengen memperjelas hubungan hari ini.
AIRA
Dahlah, gak jadi, mbak! Gak akan pernah! Aku mau cari pasangan lewat internet aja.


Lea terkejut sekaligus menentang.

LEA
Apa kamu bilang? Cari pasangan lewat internet? Gak, gak, Ra! Jangan aneh – aneh, deh!
AIRA
Gak aneh itu mbak di zaman sekarang. Banyak kok orang yang kenalan dari aplikasi, terus jadian, nikah dan langgeng sampai detik ini. Contohnya ada satu temenku, si Sarah. Dia nikah sama orang Sulawesi. Awal ketemuannya, ya dari aplikasi itu.
LEA
Iya, mbak akui memang ada yang berhasil. Tapi liat dong rasionya. Perbandingan antara yang berhasil dengan gak itu berapa? Jauh Ra, mungkin hanya satu banding seribu.
AIRA
Tapi kan tetep aja mbak, artinya ada yang berhasil. Apa salahnya dong dicoba?


Lea menghembuskan nafas berat.

LEA
Hah... Terserah kamulah. Kamu udah cukup dewasa untuk nentuin pilihanmu sendiri. Mbak cuma bisa berdoa yang terbaik buat kamu.


Aira merentangkan tangan, berdiri, lalu menghampiri Lea dan memeluknya.

AIRA
Aaa, aku sayang, mbak! Aku tahu mbak khawatir sama aku. Makanya aku janji, aku bakal jaga diri.
LEA
Janji juga ke mbak, jangan pernah ketemuan sama orang dari internet sendirian! Harus ajak Abi ataupun Dipa, dua – duanya sekalianpun gak masalah.
AIRA
Ayayay, siap kapten! (Memberi hormat).


Lea berdiri dan merangkul Aira.

LEA
Ya udahlah, yuk! Ke kafetaria sekarang! Keburu jam makan siang kita abis.
AIRA
Kuy!


Aira dan Lea berjalan bersama menuju kafetaria.

CUT TO:

 

SC. 38 INT. RUMAH AIRA – KAMAR AIRA – MALAM

Aira membuka pintu kamar, kemudian menghidupkan lampu. Dia mengambil ponsel dari dalam tas, melemparkan tas ke sembarang sudut, melepaskan kuncitan rambut, dan bergegas menghempaskan diri ke tempat tidur. Aira lalu mengecek ponsel, sudah ada banyak pesan dari strangers di aplikasi dating ‘minder’. Dia membuka salah satu profil.

AIRA
Geofani Bravecka? Mm, nama yang unik.


Aira melihat foto yang terpajang.

AIRA
Dokter? Keren juga nih orang.


Aira menelusuri riwayat hidup pria tersebut.

AIRA
Lulusan Yale University. Wah fix, spesies langka nih!


Tanpa ragu Aira membalas pesan dari Geo.

GEO
[Hi, Aira! Aku Geo. Salam kenal, ya!].
AIRA
[Salam kenal, Geo!].


Geo ternyata langsung memberi balasan.

GEO
[Kamu lagi apa sekarang?].
AIRA
[Lagi tiduran aja. Baru pulang kerja. Kamu lagi apa?].


Geo mengirimkan foto tangannya yang membentuk lambang peace di sebuah ruang kerja dokter.

GEO
[Lagi jaga, stand by buat pasien].
AIRA
[Wah, workaholic ya].
GEO
[Gak juga sih. Gak ada juga yang dikerjain di rumah, mending di sini kan].
AIRA
[Gak ada yang dikerjain, tapi pasti ada yang dikangein kan di rumah?].
GEO
[Haha gak juga masalahnya. Aira ada yang nemenin di rumah?].
AIRA
[Ada, rame malah. Papa, mama, adek].
GEO
[Suami? Anak?].
AIRA
[Pengennya sih, tapi belum ada wkwk].
GEO
[Masa sih? Cewek secantik kamu belum taken? Berarti aku beruntung banget nemuin kamu!].
AIRA
[Beruntung kenapa?].
GEO
[Karena aku masih punya kesempatan untuk bisa bangun rumah tangga sama kamu].


Aira tersenyum lebar, dia berguling di kasur, seperti ABG yang sedang PDKT. Tak lama, Aira kembali mendapat pesan dari Geo.

GOE
[Gimana kalau hari minggu ini kita ketemuan?].
AIRA
[Boleh!].


Seketika Aira duduk di tempat tidur. Dia berpikir sambil menatap langit – langit. Pesan dari Geo tak digubrisnya. Aira sedang fokus memikirkan pakaian.

AIRA
Duh! Pakai apa ya bagusnya?


Aira berjalan menuju lemari dan membukanya. Terpampang tumpukan beragam pakaian. Sembari melihat – lihat, Aira berkata.

AIRA
Gak ada baju pula! Perlu beli gak, ya?


Perhatian Aira kemudian tertuju pada sebuah blouse berwarna pink dengan pita di tengahnya. Dia mengambil baju yang digantung tersebut.

AIRA
Ini manis juga... Ya udah, pake ini aja, deh!


Aira menaruh kembali baju itu ke tempat semula dan menutup lemari.

MATCH CUT TO:

 

SC. 39 INT. RUMAH AIRA – KAMAR AIRA – SIANG

Aira menutup lemari, lalu memandang pantulan bayangannya di cermin. Dia mengenakan blouse berwarna pink yang dipadukan dengan jeans dan jam tangan hitam. Kemudian Aira mengambil tasnya yang juga berwarna pink dan keluar dari kamar.

CUT TO:

 

SC. 40 EXT. RUMAH AIRA – TAMPAK DEPAN – SIANG

Aira memasuki mobil Toyota Yaris berwarna putih. Dia mengeluarkan mobil tersebut dari dalam garasi dan melaju pergi.

CUT TO:

 

SC. 41 INT. MOBIL AIRA - SIANG

Di perjalanan, Aira terjebak macet. Dia hendak menuju sebuah café di wilayah Jakarta Timur. Aira kemudian menelepon Abi.

AIRA (On phone)
Halo, Bi?

CUT TO:

 

SC. 42 INT. KEDAI MIE AYAM – SIANG

Abi sedang beres – beres, dibantu oleh dua pria lainnya. Meski begitu, dia menyempatkan diri menjawab telepon dari Aira.

ABI (On phone)
Iya, halo, Ra? Assalamualaikum?

INTERCUT.

AIRA
Walaikumsalam. Bi, lagi di mana?
ABI
Biasa Ra, di sumber rezeki.
AIRA
Kedai mie ayam kamu maksudnya?
ABI
Benar sekali! Seratus buat kamu.
AIRA
Lagi sibuk ya berarti?
ABI
Kenapa memang?
AIRA
Tadinya sih mau minta tolong, tapi gak jadi, deh.
ABI
Minta tolong apa? Aku bakal usahain bantu.
AIRA
Temenin aku kencan buta.


Abi terdiam sesaat. Dia lalu coba memastikan.

ABI
Kencan buta? Apa aku gak salah denger?
AIRA
Gak kok, kamu gak salah denger.


Abi geregetan.

ABI
Ngapain lagi kamu kencan buta? Gak trauma sama kejadian – kejadian sebelumnya?
AIRA
Gaklah, sejujurnya aku bukan orang yang gampang trauma. Lagian dari pada mama yang nyariin, mending aku nyari sendiri, iya kan?
ABI
Mending kamu sama yang pasti – pasti aja, Ra.


Aira tersulut emosi.

AIRA
Yang pasti – pasti itu siapa, loh?! Enteng banget emang kalau bacot doang.
ABI (V.O)
Aku. Apa kamu gak bisa ngeliat ke arah aku, Ra?
ABI
Dipa? Aku liat dia pria yang cukup baik untukmu. Gak kayak aku, pria yang cuma bawa sial.
AIRA
Ngomong apa sih, Bi? Ngaco banget! Mesti berapa kali aku bilang, aku sama Dipa itu sa-ha-bat. Lagian, aku tuh tahu diri, aku gak sepadan untuknya.


Abi terdiam, seolah merenung. Ingin menyatakan perasaan, namun masih ragu.

AIRA
Halo? Jadi lo mau bantuin gua apa gak, nih?
ABI
Oke, deh. Mau kencan buta kapan?
AIRA
Sekarang.


Abi terperanjat.

ABI
Hah? Sekarang? Kenapa mendadak, sih?
AIRA
Maafin... Aku pengen ngasih tahu kamu dari kemaren – kemaren sebenarnya. Cuma lupa. Gak bisa ya kalau mendadak?


Abi memandang sekelilingnya. Keadaan kedai mie ayam sedang sangat ramai oleh pelanggan.

ABI
Gimana ya, Ra... Di sini lagi cukup ramai. Kasihan kalau dua karyawanku, aku tinggal sekarang. Palingan aku bakal otw setengah jam lagi, nunggu jam makan siang ini selesai, gimana?
AIRA
Oke, Bi. Gak apa-apa, kok. Santai aja! Kayaknya juga gua bakal ngaret karena kejebak macet.
ABI
Baguslah, kalau kamu gak masalah. Nanti share ya, lokasinya!
AIRA
Siap! Abis dari kencan, gua janji bakal neraktir lo apapun yang lo mau.
ABI
Serius? All in one, boleh?
AIRA
Boleh, bebas...
ABI
Yes!
AIRA
Ya udah, sana gih lanjut kerja!
ABI
Oke! Hati-hati di jalan, Aira!
AIRA
Yo... Sampai jumpa, Bi!
ABI
Sampai jumpa!


Masing – masing dari mereka lantas menutup sambungan telepon dengan senyuman merekah.

CUT TO:

 

SC. 43 INT. CAFÉ - SIANG

Aira masuk ke dalam café sambil mengamati sekitar, mencari keberadaan seseorang. Aira kemudian berhenti di meja nomor tiga belas. Kepada seorang pria berkulit putih yang memiliki tahi lalat kecil di pipi sebelah kirinya, Aira bertanya.

AIRA
Kamu Geo, ya?


Geo menoleh pada Aira, lalu berdiri untuk menyapa.

GEO
Oh, iya benar! Aku Geofani, kamu Aira?
AIRA
Iya, aku Haira Kasyaira.
GEO
Akhirnya kamu datang juga. Ayo duduk, Ra!


Aira dan Geo duduk berhadapan di sebuah meja berbentuk bundar.

GEO
Kamu mau pesen apa, Ra?
AIRA
Aku Caramel Macchiato, yang ukuran large.
GEO
Oh, oke! Aku pesen dulu, ya.


Geo-pun bergegas menuju konter pemesanan. Sedangkan Aira memanfaatkan waktu kesendirian ini untuk berbalas pesan telegram dengan Abi.

AIRA
[Lo udah di mana?].
ABI
[Baru selesai ganti baju, sebentar lagi berangkat. Gimana cowoknya? Pasti gantengan aku, kan?].
AIRA
[Kalau soal look, biasa aja. Gak jelek, gak ganteng juga. Gak tahu deh, kalau sifatnya]
ABI
[Belum ngobrol?]
AIRA
[Belum, dia masih beliin minum. Di-chat sih anaknya seru]
ABI
[Semoga aja aslinya gak kalah seru. Jangan sampai zonk wkwk]
AIRA
[Semogalah, ya... Lo buruan dong ke sini! Biar kalau gua gak klik, bisa langsung cabut sama lo]
ABI
[Iya, miss bawel. Ini mau berangkat]
AIRA
[Hehe yeay! Hati-hati di jalan, Bi! Jangan ngebut, ya ❤]
ABI
[Kalau pas ada maunya, manisnya minta ampun. Giliran udah kelar aja, kelar pula sikap manisnya. Dasar ya cewek]
AIRA
[Dibaikin salah, gak dibaikin salah. Dasar cowok]


Saat Aira tengah asyik mengobrol via chatting, Geo datang sembari membawa nampan pesanan.

GEO
Lagi chatting-an sama siapa? Sampai senyam – senyum sendiri.
AIRA
Oh, ini... Temen. Kadang aku suka lucu aja, dia hobi banget ngajak ribut.


Aira mengambil gelas macchiato-nya dari nampan, sementara Geo menancapkan sedotan di kopinya dengan kencang.

GEO
Cowok?


Memandang raut wajah kesal Geo, Aira memilih berbohong guna menjaga perasaannya.

AIRA
Em... Bukan. Cewek. Temen arisan (Tersenyum palsu).


Seketika ekspresi Geo berubah, kembali ceria.

GEO
Oh, gitu... Temen cewek kamu secantik kamu gak?
AIRA (V.O)
Kenapa sih, nih orang?
AIRA
Em... Biasa aja anaknya. Gak cakep, kok.
GEO
Emang susah sih kalau nandingin kecantikan kamu. Idung kamu mancung, kulit kamu mulus, rambutnya panjang, tinggi pula. Udah kayak Pevita Pearce.
AIRA (V.O)
Ya Allah, gombalannya norak banget!


Aira tersenyum kaku.

AIRA
Makasih, ya...


Dengan ekspresi datar, Geo berkata pada Aira.

GEO
Kamu gak mau balik muji aku?


Mendengar pertanyaan tersebut, Aira agak terkejut sekaligus canggung. Dia merasa ditodong sesuatu yang belum ia persiapkan sama sekali.

AIRA
O-oh... Kamu juga ganteng. Alisnya tebel, mirip Aliando.


Geo meminum kopi dengan tidak mengangkatnya dari meja, tetapi justru badannya yang mendekat untuk meraih sedotan. Usai menyeruput habis kopinya, dia berkata.

GEO
Kamu bohong, kan? Kulit aku aja gak seputih dia.
AIRA
Kan aku bilang alisnya yang mirip?
GEO
Alis itu cuma nol koma sekian persen dari bagian tubuh. Gak bisa ngerepresentasiin kemiripan.


Aira mencapai batas kesabaran. Enggan meladeninya secara baik – baik lagi. Usai meminum kopi, Aira berujar.

AIRA
Ya udah, terserah kamulah...


Geo malah tersenyum lebar, dia menggoda Aira.

GEO
Ih, marah? Ngambek, ya?


Aira membuang muka.

AIRA (V.O)
Ya ampun, Bi! Buruan sih nyampe!


Geo yang sadar tak diacuhkan Aira, duduk bersandar dengan pandangan yang tertunduk.

GEO
Kamu kok beda ya dengan yang di app?


Aira melirik Geo sinis.

AIRA
Kamu jauh lebih beda, tahu gak?! Masa gak ngerasa?
GEO
Apa mungkin... Kamu bukan Aira?


Aira mengernyitkan sebelah alis dan memijat pelan pelipis kanannya.

AIRA (V.O)
Haduh, ngaco amet sih nih orang? Udah kepala gua mendadak pening, mesti ngadepin pula orang sinting ini. Sialnya...


Karena Aira merasa lelah meladeni Geo, diapun menghela nafas berat lalu berdiri tegap.

AIRA
Hah... Iya, benar. Gua bukan Aira. Gua saudara kembarnya Pevita Pearce! Puas? (Membungkukkan badan) Terima kasih untuk kopinya. Gua pamit!


Namun baru dua langkah Aira berjalan, tiba - tiba Aira tumbang, tak sadarkan diri. Geo nampak panik sambil berusaha membangunkan Aira dengan menepuk – tepuk pipi Aira.

GEO
Pevita! Pevita! Kamu kenapa?! Bangun, sayang! Pevita, bangun!


Seorang pengunjung café berusaha mendekat, mengamati Aira yang terbaring di lantai.

PENGUNJUNG 1
Kenapa ini, mas?
GEO
Gak tahu, pak? Pacar saya bilang mau ke toilet, benerin makeup, tapi malah pingsan gini.


Pengunjung lainnya menyahuti.

PENGUNJUNG 2
Ya udah atuh kang, buruan diangkat si nengnya, bawa ke rumah sakit!


Geo lantas membopong Aira menuju mobilnya. Seorang pelayan café-pun ikut membantu dengan membawakan tas Geo dan Aira. Bertepatan di saat Aira dimasukkan ke dalam mobil, Abi tiba. Abi membuka kaca helmnya dan menerka – nerka.

ABI
Aira? Apa bener itu Aira?


Ketika hendak memastikan, mobil sudah keburu pergi. Alhasil Abi hanya dapat menanyai pelayan kedai yang barusan membantu mereka.

ABI
(Memanggil) Mbak, mbak!
PELAYAN
(Menoleh) Saya? Ada yang bisa dibantu, kak?
ABI
Kalau boleh tahu, cewek yang pingsan itu siapa ya, mbak?
PELAYAN
Oh, kurang tahu, kak. Tapi kalau gak salah denger, namanya tadi... Pevita? Ya, benar Pevita!
ABI
Pevita? Berarti cuma mirip, ya...


Saat telah berpikir demikian, Abi tak sengaja melihat pelayan di depannya itu tengah memegang kalung emas putih dengan liontin berbentuk hati.

ABI
Kalung model kayak gitu lagi hits ya, mbak? Soalnya aku pernah liat temen aku make kalung yang persis kayak gitu juga.
PELAYAN
Oh, gak tahu saya, kak. Ini barang yang dijatuhin pelanggan tadi. Waktu mobilnya berangkat, baru ngeh kalau ada kalung jatuh di jalan. Mungkin terputus. Jadi sementara ini bakal kami simpan di kumpulan barang lost and found.


Mengetahui hal tersebut, tanpa pikir panjang Abi bergegas mengejar mobil yang mengangkut Aira. Firasatnya kuat mengatakan kalau Aira sedang dalam bahaya.


CUT TO BLACK:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar