Yuk Nikah, Yuk!
8. ACT 2 PART 6 #Crazy Night

ACT 2

PART 6

CRAZY NIGHT

 

SC. 32 INT. MOBIL RAKA - MALAM

Meski memperoleh jawaban menggantung, Raka tetap bersikap seperti biasa. Tidak ada kecanggungan menyelimuti suasana di dalam mobil. Sampai pada suatu titik, Raka mendadak berubah. Bukan karena Aira, melainkan karena bertemu polisi yang sedang melaksanakan razia di wilayah Lenteng Agung.

RAKA
Ngapain sih orang-orang ini masih sibuk tengah malem?! Gak ada kerjaan apa?!
AIRA
Kurasa pertanyaan itu kurang pas, deh. Justru ini kan kerjaan polisi?
RAKA
Kerjaannya ganggu orang, tahu gak?!


Walau agak bingung dengan pola pikir Raka, Aira tak mengomentari.

AIRA
Kamu lupa bawa dompet, ya? Atau kendaraanmu mati pajak?
RAKA
(Gelisah) Bukan. Bukan itu...


Ketika seorang polisi benar-benar memberhentikan laju kendaraannya, mau tidak mau Raka menepikan mobil di pinggir jalan. Abi juga turut terjaring razia. Sebelum berbicara pada polisi, Raka memakai sebuah kacamata hitam.

AIRA (V.O)
Dia mau sok kelihatan keren atau gimana, sih?


Raka membuka kaca mobil.

RAKA
Ada apa ya, pak?
POLISI
Permisi, pak! Selamat malam! Kami dari Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan tengah mengadakan operasi penjaringan minuman keras dan senjata tajam. Untuk itu, dimohon kerja samamya.
RAKA
Oh, kirain cuma razia surat. Ternyata mau geledah juga ya, pak?
POLISI
Betul, pak! Tolong buka kunci pintunya.


Raka mengindahkan perintah polisi, namun tidak seperti kendaraan lain yang berhenti total, dia tetap menyalakan mesin mobilnya. Polisipun mulai menggeledah.

POLISI
Bangku penumpang aman.
RAKA
Kalau gitu kita boleh pergi sekarang, kan?
POLISI
Maaf pak, masih belum. Tolong dibuka dulu bagasinya!
RAKA
Bagasi? Oke...


Tetapi bukannya keluar membantu polisi membuka bagasi, Raka malah menancap gas untuk melarikan diri. Sontak hal tersebut memicu kecurigaan polisi, sehingga mereka sigap mengejar mobil Raka. Abi-pun turut mengejarnya.

JUMP CUT TO:

Aira berpegangan erat pada hand grip.

AIRA
Raka! Kamu gila, ya?! Ngapain kabur?!


Raka tak mengacuhkan Aira dan memilih terus melaju dengan kecepatan tinggi. Sementara di belakang mereka, sebuah mobil beserta tiga motor polisi senantiasa mengejar. Para polisi bahkan menghidupkan sirenenya sebagai tanda bahaya.

AIRA
(Melirik speedometer) Lewat dari 120?! Kamu mau bawa aku ke neraka, ha?! Ada apa sih sebenernya?!


Raka membentak keras Aira.

RAKA
Berisik! Ganggu orang nyetir!
AIRA
Makanya kalau gak mau aku berisik, berhenti sekarang juga!
RAKA
Gak bisa, bangsat!


Aira-pun marah dalam ketakutan.

AIRA
Kenapa gak bisa, brengsek?!


Dibanding menjelaskan pada Aira, Raka malah sibuk mencari ponselnya dengan meraba sekeliling. Saat telah ditemukan, dia langsung menekan panggilan di nomor satu.

PRIA (O.S)
Halo?
RAKA
Bang, gua dikejer polisi!
PRIA (O.S)
Hah, yang bener?! Di mana lo sekarang?!
RAKA
Lenteng Agung, bentar lagi lewat UI.
PRIA (O.S)
Ya udah, lanjut aja sampe Margonda. Nanti kita coba tutup jalan mereka di jembatan atas Tol Cinere!
RAKA
Oke!


Pedal gas semakin ditekan, membuat kecepatan mobil bertambah. Saking khawatirnya terhadap keselamatan nyawa, Aira sampai tak sanggup lagi berbicara. Raka mengemudikan mobil seperti orang gila. Bukan hanya mengebut, namun dia juga mengabaikan rambu lalu lintas, menyalip sembarangan, serta menabrak setiap pengendara lain yang menghalangi jalannya.

AIRA (V.O)
Ya Allah, apa ini hari kematian hamba? Apa malaikat maut akan menjemput hamba sebentar lagi? Sejujurnya, hamba belum siap, ya Allah... Hamba masih belum menikah, belum punya anak, belum punya kehidupan mapan, belum bisa beli rumah, belum pernah jalan - jalan ke Eropa, dan belum berpamitan dengan papa, mama, juga Dek Arya. Tolong hamba ya Allah, beri hamba kesempatan hidup, selamatkan hamba dari segala mara bahaya!


Belum sempat Raka sampai di lokasi yang ditentukan, barikade polisi ternyata telah melintang untuk menghalangi jalan. Polisi yang mengejar secara cerdik berkoordinasi dengan pasukan polisi lainnya untuk menangkap biang keonaran. Oleh sebab itu, Raka segera berbelok mengambil jalan lain. Jalan sempit yang hanya bisa dilalui oleh satu mobil.

RAKA
(Menelepon lagi) Halo?
PRIA (O.S)
Di mana?
RAKA
Guapun gak tahu ini di mana sekarang?! Gua gak bisa ke Margonda, kehalangan polisi. Jadi gua belok asal, yang penting terus jalan.
PRIA (O.S)
Kalau gitu, biar kita aja yang nyusul lo! Buruan hidupin GPS!
RAKA
Gak perlu! Gua gak yakin bisa lolos pengejaran kali ini. Kalau kalian sampai ikut ketangkep, yang ada kita semua tamat.
PRIA (O.S)
Terus gimana?! Kalau lo ketangkep, jaringan kitapun terancam, goblok!
RAKA
Gua bakal kambing hitamin jaringan lain! Gak usah khawatir!
PRIA (O.S)
Bagus! Nyari perkara lo sama orang lain...
RAKA
Ya apa boleh buat, berantem, berantem dah sekalian!
PRIA (O.S)
Percuma, kalau lo ketangkep, lo gak bakal bisa berantem. Keburu di eksekusi mati lo sama aparat!
RAKA
Nah, maka dari itu, gua butuh bantuan lo.
PRIA (O.S)
Bantuan apa, jing?!
RAKA
Cari pengacara...


Belum selesai Raka berbicara, sebuah mobil Bentley berhasil menyalip Raka dan memaksanya untuk berhenti. Abi-pun langsung keluar dari mobil itu, berlari ke arah mobil Raka dan menggedor kuat pintunya.

ABI
Woy, brengsek! Keluar!


Karena khawatir mobilnya rusak, Raka segera keluar sesuai permintaan. Namun begitu dia keluar, dia langsung menerima bogem mentah bertubi - tubi. Sambil memukul, Abi meluapkan amarah.

ABI
Otak ditaro mana, jing?! Kalau mau mati, mati aja sendiri! Gak usah bawa – bawa Aira! Brengsek, bajingan tengik!


Aira yang menyaksikan hal tersebut dari dalam mobil, akhirnya keluar untuk melerai. Dia berlari menuju Abi, berusaha menenangkannya dalam dekapan.

AIRA
Abi! Abi! Berenti! Berenti, Bi! Please!


Abi berhenti memukuli Raka karena Aira terus menengahi di antara keduanya. Dengan nafas terengah, Abi mencoba menenangkan diri dalam pelukan Aira. Sedangkan Raka yang telah babak belur, masih sempat memprovokasi Abi.

RAKA
Puas? Tunggu tuntutan dari gua, ya! Ada harga untuk semua ini.


Abi tepancing, hendak memukul Raka lagi. Namun Aira mempererat pelukannya dan mengingatkan.

AIRA
Jangan, Bi! Dia malah seneng kalau lo pukulin terus!


Raka yang sudah cukup sekarat, tumbang di aspal dengan posisi duduk berlutut. Polisipun datang dan meringkus Raka. Sementara polisi mengamankan Raka, Aira dan Abi saling bertatapan, pandangan yang mengkhawatirkan satu sama lain, lalu berpelukan.

CUT TO:

 

SC. 33 INT. KANTOR POLISI - MALAM

Jaket denim Abi mengalung di punggung Aira. Aira dan Abi duduk di kursi besi, menunggu kedatangan Dipa dan kuasa hukum mereka. Dengan pandangan tertunduk, Abi berkata.

ABI
Maaf ya, Ra. Aku gak becus jagain kamu.


Aira menyandarkan kepalanya di dinding dan berucap dengan sorot mata hampa.

AIRA
Kita gak ada yang salah, jadi gak perlu minta maaf.


Abi menengok lawan bicaranya.

ABI
Kamu marah ya sama aku?


Aira melirik ke arah Abi

AIRA
Kenapa mikir gitu?


Abi menunduk lagi.

ABI
Khawatir aja...


Aira tersenyum memandang Abi, kemudian dia duduk tegap dan mengusap rambut Abi.

AIRA
Gak kok, aku gak marah. Aku cuma kecapekan. Kamu gak usah khawatir.


Abi mengedipkan mata cepat, terkejut oleh ucapan Aira. Dia ikut duduk tegap menatap dalam mata Aira.

ABI
Tadi kamu bilang apa? ‘Aku’? Ini pertama kalinya loh, kamu ngomong ‘aku – kamu’ ke aku.
AIRA
(Bingung) Ya, terus?
ABI
(Canggung) Terus... Gak kenapa – kenapa, sih. Kaget aja.
AIRA
Abisnya kamu selalu ngomong pake ‘aku – kamu’, gak sengaja ngikut, deh. Kenapa? Gak suka? Aneh, ya?


Abi buru – buru mengklarifikasi.

ABI
Gak, gak, gak. Bukan. Bukan itu maksudku. Bagus gini malah, jadi kedengeran lebih ramah dan santun.
AIRA
Jadi selama ini menurutmu aku kasar?


Abi tersenyum lebar dan mencandai.

ABI
Sedikit.


Aira menyikut Abi dan berseru.

AIRA
Ya udah, sana! Jauh – jauh dari cewek kasar ini.
ABI
Gak mau. Aku udah terlanjur terbiasa sama cewek kasar.


Abi mengacak – acak rambut Aira.

ABI
Dikurang – kurangin aja ya tingkat kekasarannya (beat). Demi kebaikan kamu sendiri.


Aira tersenyum simpul pada Abi, begitu juga sebaliknya.

JUMP CUT TO:

Dipa bersama seorang kuasa hukum tiba dan menyaksikan sekilas keakraban Abi dan Aira.

DIPA
Aira!
AIRA
(Menengok) Eh, Dipa?!


Aira berdiri dan menyambut Dipa dengan pelukan.

AIRA
Akhirnya lo dateng juga! Syukurlah, gua bisa tenang sekarang.


Masih dalam dekapan Aira, Dipa melirik sinis pada Abi. Abi-pun ikut berdiri dan menatap tajam Dipa. Aira melepaskan pelukan dan berbicara pada Dipa.

AIRA
Maaf, ya... Tengah malem gini gua malah ngerepotin.


Dipa tersenyum teduh dan mengelus lembut kepala Aira.

DIPA
Santai, kayak baru pertama kalinya aja lo ngerepotin gua.


Aira meraih tangan Dipa.

AIRA
Emang lo yang paling bisa diandelin!
DIPA
Iya, dong! Pria kalau gak bisa diandelin, gak pantes disebut pria.


Abi yang mendengar sindiran tersebut, memasang wajah masam. Sedangkan Aira menanggapi ucapan Dipa sebagai candaan.

AIRA
Hu, belagunya...


Tiba – tiba, Raka bersama dua orang polisi keluar dari ruang BAP. Perhatian semua orang otomatis mengarah pada Raka. Merekapun berjalan maju beberapa langkah. Namun kemudian, Raka berhenti dan membalikkan badan.

RAKA
Maafin aku ya, Ra. Gara – gara aku kamu jadi repot sekarang. Bukannya pulang, malah terjebak di sini.


Aira hanya diam, sehingga Raka meneruskan perkataannya.

RAKA
Aku udah jelasin kok ke polisi, kalau kamu gak ada sangkut pautnya denganku sebagai pengedar.
AIRA
Jadi kamu kabur itu karena kamu pengedar narkoba?


Raka menganggukan kepala dan menatap ke arah bawah.

RAKA
Sebelum ke acara reuni, aku sempet ngambil barang dulu. Maka dari itu, di bagasiku penuh dengan barang tersebut (beat). Aku kabur dengan harapan setidaknya bisa ngilangin barang bukti, tapi ternyata aku salah. Kalau tahu akhirnya bakal ketangkep juga, aku gak akan repot – repot pertaruhin nyawa kita. Lebih baik langsung nyerahin diri dan ngakuin semua kesalahanku.


Aira kembali terdiam.

RAKA
Sekali lagi aku minta maaf, ya...


Raka berbalik dan hendak pergi, tetapi suara Aira menghentikannya.

AIRA
Aku maafin kamu. Jadi aku mohon, kamu juga tolong maafin Abi. Jangan perpanjang masalah kalian berdua. Tetaplah berteman baik seperti semula.


Raka berpikir sejenak, lalu melanjutkan langkahnya tanpa memberi sepatah kata. Selang beberapa detik, seorang polwan tiba – tiba keluar dari ruang BAP untuk memanggil Aira.

POLWAN
Mbak saksi di TKP-kan?
AIRA
Iya, bu.
POLWAN
Silakan masuk!


Aira, Dipa, dan kuasa hukum yang dibawa Dipa masuk ke dalam ruang BAP. Sementara Abi duduk lagi di kursi besi.

JUMP CUT TO:

Setelah selesai diperiksa, Aira, Dipa, dan kuasa hukum Aira keluar dari ruang BAP. Abi segera berdiri dan berbicara pada Aira.

ABI
Gimana Ra di dalam?
AIRA
Gak gimana – gimana. Polisinya baik – baik, kok.
ABI
Baguslah kalau gitu. Aku takut kamu diinterogasi yang macem – macem.
AIRA
Gak kok, Bi. Gak ada yang kayak gitu. Gak ada pertanyaan menyimpang ataupun perlakuan buruk dari mereka (beat). Kuasa hukum kamu belum dateng?
ABI
Belum, tapi kayaknya sebentar lagi nyampe. Rumahnya emang jauh dari sini.
AIRA
Oh, gitu...


Kuasa hukum Aira menengok jam di tangan lalu berbicara pada Dipa.

KUASA HUKUM
Maaf pak, karena untuk malam ini sudah selesai, saya mau izin pulang.
DIPA
Oh iya, pak. Silakan. Ke parkirannya tolong bareng Aira ya, pak.
KUASA HUKUM
Baik, pak.


Dipa memberikan kunci mobilnya kepada Aira. Aira keheranan.

AIRA
Loh? Gak bareng?
DIPA
Gua ada urusan dulu sebentar. Lo duluan aja. Mobil gua di samping mobil Pak Pengacara.
AIRA
Ya udah deh, kalau gitu. Gua tunggu di mobil, ya!


Dipa membalas Aira dengan anggukan dan senyuman. Dia lalu berujar pada kuasa hukum.

DIPA
Terima kasih banyak pak untuk bantuannya hari ini.


Dipa sedikit membungkukkan badan sebagai tanda hormat, sehingga kuasa hukumpun melakukan hal yang sama.

KUASA HUKUM
Sama – sama, pak. Saya justru senang dapat membantu bapak.


Kuasa hukum berbicara pada Aira.

KUASA HUKUM
Ayo, mbak!


Kuasa hukum berbicara pada Dipa dan Abi.

KUASA HUKUM
Mari, semua!


Aira pergi bersama kuasa hukum menuju parkiran.

JUMP CUT TO:

Setelah Aira pergi, Dipa bercakap serius dengan Abi.

DIPA
Gua peringatin lo ya, jangan pernah lagi deket – deket sama calon istri gua!


Abi memandang sinis Dipa dan menjawab santai.

ABI
Apa aku gak salah denger? Calon istri? (beat). Gak usah omong kosong! Aku udah tahu semuanya.
DIPA
Dia memang calon istri bagi gua.


Dipa maju beberapa langkah untuk face to face dengan Abi.

DIPA
Secepatnya, gua bakal ngelamar dia. Jadi lo gak usah bertingkah dan jauhi Aira! Paham?
ABI
Gak mau. Gak ada urusannya aku sama kamu. Mau dilarang seribu kalipun, aku gak akan nurutin kemauanmu.
DIPA
Sadar diri, dong! Lo itu beban. Bawa sial. Setiap Aira sama lo, dia selalu aja kena masalah.


Abi mengalihkan pandangannya dari Dipa, tangannya mengepal, jiwanya terserang mental break down. Dipa menyeringai.

DIPA
Pikirin baik – baik omongan gua! Keegoisan lo bisa jadi nyelakain Aira.


Dipa berjalan lurus, sengaja menabrak pundak Abi. Abi cuma diam menatap kepergian Dipa.


CUT TO BLACK:


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar