TOXIC
2. KENANGAN MASA LALU
8. Scene 8 Ext. Sekolah - pagi

Flashback :November 2015

Seorang laki – laki sedang berjalan dengan percaya diri mengeluarkan seragam dari celananya, dua kancing atas dibiarkan terbuka, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana, tanpa membawa satu tas pun. Tiga orang yang ada di belakang laki – laki tersebut mengikutinya layaknya seperti anak buah. Satu orang diantaranya jalan sempoyongan membawa beban tas tiga orang. Laki – laki tersebut mengambil putung rokok dari saku celananya. Kebetulan seorang guru lewat melihatnya dan memarahi laki – laki tersebut. Di sisi lain, para murid sedang berlari masuk sekolah karena takut terlambat. Laki – laki tersebut tidak memedulikan amarah gurunya dan fokus pada hal lain. Dia terpana pada seorang perempuan yang berjalan pelan masuk. Seorang siswi dengan tas punggungnya berjalan santai sambil membawa buku. Dari kejauhan juga ada siswi lain yang berlari tergesa – gesa menghampiri siswi yang membawa buku itu tadi.

 

ANNA

Elena!! Tunggu aku!

 

ELENA-O.C

Oh? Anna?

 

ANNA

Ayo cepattt.. kita keburu telat hihi.

 

Anna menarik tangan temannya itu dan berlari kecil menuju kelas.

 

9. Scene 9. Int. Kelas – pagi

Para murid berhamburan masuk kelas. Lalu di bangku paling belakang terlihat murid yang sedang asik bermain dengan ponselnya. Murid itu sedang menidurkan kepalanya di meja. Murid itu adalah laki – laki sewaktu pagi tadi. Name tagnya bertuliskan Roy Rahendra.

 

CLOSEUP-PONSEL

Ponsel tersebut sedang menampilkan social media bernama “facebuk”. Aplikasi tersebut memamerkan paras cantik milik akun “Elena”. Roy yang dari tadi me-scroll akun milik Elena itu terkesima dengan wajah cantiknya yang mulus tanpa freckles, rambutnya yang hitam legam sehat dibiarkan tergerai panjang, matanya yang bulat dengan kelopak mata ganda, dan bibir bawah yang penuh membuatnya tampak imut. Roy yang melihat itu senyum – senyum sendiri seperti orang gila.

 

JOHN

Oi, guru dah mau dateng.

 

John mengatakan itu dengan maksud mengisyaratkan bahwa ponsel harus segera dimatikan atau disembunyikan agar tidak disita oleh guru. Segeralah Roy memasukan ponsel ke dalam saku celananya. Kemudian dia menempatkan posisi duduknya menjadi anak yang teladan. Anak yang siap menerima materi pelajaran, walaupun perasaannya sedikit terganggu karena guru itu datang membuyarkan lamunannya.

 

10. Scene 10. Ext. Kelas – pagi menjelang siang

SFX.SUARA BEL ISTIRAHAT BERBUNYI

Sang guru belum sempat merapikan buku – bukunya untuk keluar, tapi para murid sudah ramai dan berburu meninggalkan kelas.

 

JOHN

Ayo ke kantin.

 

Roy tidak menjawab dan langsung berdiri. Dua orang tersebut pergi keluar kelas.

 

11. Scene 11. Int. Kelas – pagi menjelang siang

Anna memasukan kembali alat tulis ke dalam tempatnya. Buku – buku dirapikan dan diatur ke sudut meja. Elena, wajah berparas cantik versi tanpa make up dari Lilian duduk tepat di sebelah Anna. Dia masih sibuk membaca buku catatannya.

ANNA

Kamu lagi sibuk baca apa sih?

 

ELENA

Aku lagi belajar.

 

ANNA

Eh?? Hari ini ada ulangan mendadak?

 

ELENA-O.C

Enggak kok.

 

CLOSEUP-ELENA

Wajah Elena berubah menjadi murung.

CLOSEUP-BUKU

Buku yang diperlihatkan hanya buku kosong.

 

ELENA-O.C

Cuma.. belajar aja.

 

Seorang siswi mengagetkan Anna dan Elena dari depan.

 

NINDI

Na!

 

ELENA dan ANNA

Ya?

 

NINDI

Ah maaf, maksudku.. aku mau memanggil Anna kok hehe.

 

Elena kembali menunduk. Sebenarnya dia tahu bahwa dia tidak mungkin dipanggil karena Anna dari awal sudah dikelilingi banyak teman. Semua pusat perhatian tertuju pada Anna. Anna juga tidak kalah cantik dari Elena, bahkan cantiknya melebihi Elena. Dari awal masuk sekolah dia sudah populer dengan wajahnya.

 

CLOSEUP-ANNA

Anna hanya menanggapi dengan senyuman tipis.

 

NINDI-O.C

Aku lihat loh pas kamu nyanyi di cafe.

AYU-O.C

Iyaa.. suaramu bagus banget Na..

Bagus-O.C

Udah cantik, suaranya bagus. Kurang apalagi coba..

 

Para teman – temannya berhamburan memuji Anna. Mereka yang berfokus pada Anna seorang. Seolah – olah Elena tersingkirkan dari perbincangan tersebut. Elena pun sudah terbiasa akan hal itu dan tidak memedulikannya. Elena yang tidak bisa bersosialisasi beruntung bisa berteman dengan Anna karena Anna-lah yang membuka tangannya duluan.

 

NINDI

Eh, eh.. kudengar kamu mau debut sebagai penyanyi ya?

 

Anna tersentak mendengarnya. Wajahnya mengisyaratkan “bagaimana kabar ini bisa tersebar?”. Tapi dia membalas dengan senyum kecil dan meraih lengan Elena,

 

ANNA

Iya kami berdua akan debut duo (sambil tersenyum lebar).

 

12. Scene 12. Ext. Lorong kelas – pagi menjelang siang

Roy dan temannya secara kebetulan melewati kelas Anna dan Elena. Roy yang mendengar itu sedikit terkejut. Dia menghentikan jalannya.

 

TEMAN SATU KELAS ANNA DAN ELENA-O.C

Wooowww!

 

Wajah Roy sedikit tegang.

CLOSEUP-TANGAN

Tangan Roy gemetaran. John tidak sadar akan hal ini karena John sudah melangkah maju duluan dibandingkan Roy. John yang mengetahui bahwa temannya tertinggal itu membalikkan badan dan memanggil temannya.

 

JOHN-O.C

Oi! Kenapa diem?

 

Tubuhnya tersentak mendengar suara John yang memanggilnya. Dia menutup tangan kanannya dengan tangan kiri.

 

ROY

(Wajahnya sedikit pucat) Kamu duluan aja. Dompetku ketinggalan.

 

John tidak menggubrisnya dan pergi meninggalkan Roy dengan santai. Roy menatap Elena dari luar kelas.

CLOSEUP-ELENA

Elena terlihat memberikan senyum palsu kepada teman sekelasnya.

CLOSEUP-TANGAN ROY

Tangan Roy masih gemetaran. Sebagai ketua geng, dia tidak boleh terlihat lemah. Dia mulai mengepalkan tangannya agar tenang. Kemudian dia mulai melakukan kebiasaan jeleknya yaitu dengan mengigiti kuku jari.

CLOSEUP-KUKU JARI

 

13. Scene 13. Int. Kelas – Siang

 

SFX. SUARA MEMUKUL MEJA DENGAN KEPALANYA BERULANG KALI

Dug

Dug

Dug

Roy mengedor kepalanya berkali – kali di atas meja. Hal tersebut menarik perhatian kedua temannya.

 

RIKI

Stt kenapa dia?

 

JOHN

(Melirik sebentar) entah.. biarin aja.

 

Suara yang diperdengarkan semakin keras.

Dug

Dug

 

ROY

(Suara nyaring) aku harus mendapatkannya.

 

Dahi yang memerah tidak melebih rasa sakit yang ada di hatinya. Roy sudah menyukai Elena sejak pandangan pertama. Namun, dia belum berani menyatakan perasaannya karena jarak antara dia dengan Elena jauh. Berbicara satu sama lain pun belum pernah. Roy hanya bisa menganggumi Elena dari kejauhan. Elena yang akan menjadi artis membuat jarak di antara mereka semakin melebar. Roy takut, Elena semakin susah diraih.

 

14. Scene 14. Ext. Sekolah – siang 

Mei 2016

Waktu debut sudah ditentukan, hari ini merupakan hari terakhir Roy bertatap muka dengan Elena. Sebentar lagi Elena mulai sibuk untuk mempersiapkan lagu ciptaannya dan Roy juga sudah lulus. Para murid berhamburan untuk pulang. Namun tidak berlaku pada Elena karena tugas piket.

 

15. Scene 15. Int. Kelas - siang

Elena terlihat sedang menghapus tulisan di papan tulis sendirian.

TEMAN-O.C

Ayo. Cepat! Cepat!

TEMAN-O.C

Iyaaa

TEMAN-O.C

Nanti kita main game di rumahku yaa.

 

Pintu kelas dibiarkan terbuka.

SFX. SUARA KETUKAN PINTU

Elena tersentak dan menghentikan kegiatan menghapus papan tulis itu. Dia menoleh ke samping. Di hadapannya sudah ada buket bunga besar.

 

ROY

H-hai (dia sangat gugup dan suaranya pun tidak cukup keras untuk terdengar ke telinga Elena).

 

Elena masih terdiam terpaku. Matanya tertuju pada buket bunga yang dibawa Roy. Tanpa basa – basi Roy melanjutkan,

 

ROY

Se-selamat! Aku dengar kamu akan debut ya? Er.. Ini! Bunga.. sebagai tanda.. (diam sejenak) untuk menyemangatimu.

 

Elena yang masih kaget itu mulai mengulurkan tangannya.

CLOSEUP-TANGAN

Tangan mereka mulai bertemu dan tidak sengaja bersentuhan.

CLOSEUP-ROY

Pipi Roy sedikit memerah.

Akibat dari kegugupannya. Interaksi canggung ini membuat degup jantung Roy terdengar keras. Dia tidak ingin ketahuan dan mulai berbicara hal omong kosong.

 

ROY

A-aku gak tau kamu suka bunga apa. Tapi kayaknya itu cantik. Aa.. penjual toko itu bilang, itu cocok sebagai tanda support.

 

Roy tahu bahwa itu semua bohong. Roy sendiri yang meminta untuk memilihkan bunga sebagai tanda menyatakan cintanya, bunga Lily.

 

Elena menerima bunga itu dengan segenap hati. Dia mulai mencium aromanya. Dia kembali kaget karena ternyata ini bunga asli. Layaknya ini pertama kalinya dia menerima hadiah bunga.

 

ELENA

Terimakasih, ini cantik sekali..

 

Roy menelan ludah. Dia ingin sekali mengungkapkan bahwa Elena lebih cantik dari bunga itu. Roy jadi teringat dengan tujuan dia membeli bunga itu. dia mencoba memberanikan diri untuk menyatakan perasaan,

 

ROY

A-aku!! Su-

ELENA

 Tapi aku belum tau namamu..

 

Mereka mengucapkannya bebarengan membuat Roy tersentak dan memilih untuk mengalah. Roy mengatupkan kembali mulutnya

 

ROY

Oh itu.. (sedikit gugup).

 

ELENA

Eh kayaknya tadi kamu bicara sesuatu..

 

ROY

Ah itu..  aku mau ngasi tau namaku kok.. hehe

 

Roy menggaruk belakang telinga yang tidak gatal sama sekali, kemudian dia mengusap tangannya yang sedari tadi berkeringat dingin. dia mengulurkan tangan dan melanjutkan.

ROY

Em.. kenalin namaku Roy kelas 12.. a-ah udah lulus juga sih.. hehe.

 

ELENA

Hah? (dia menutup mulutnya dengan satu tangan) Kakak kelas ternyata? Ha-halo kak.. (dia sedikit menunduk karena malu).

 

Elena menjabat tangan Roy untuk menunjukkan kesopanannya pada kakak kelas. Elena sedikit gemetar karena sadar tidak sopan memanggil Roy dengan kata “kamu”. Tangannya yang lembut beraromakan vanila dari handcream yang dipakainya membuat Roy tidak ingin melepaskan genggamannya.

 

ELENA

Ma-af kak..

 

Elena menarik tangannya kembali. Tapi Roy tidak ingin melepaskannya.

 

ROY

Satu hal lagi..

 

ELENA

Ya? (dia memberanikan diri menatap lawan bicaranya).

 

ROY

Tolong pekerjakan aku sebagai manajermu.

 

Tatapan Roy sangat serius saat mengucapkannya. Elena masih ternganga mendengarkan ucapan Roy. Hal yang tidak masuk akal terlontar dari mulut Roy.

Tapi berakhir menjadi kenyataan.

 

DISSOLVE TO-MASA SEKARANG

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar