Titik-titik
5. Rekahan bunga muncul dari retakan itu
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Latar : Interior sebuah kantor minimalis

Waktu : Pagi

Sepatu terlihat sibuk berjalan kesana kemari, membawa kertas di dalam sebuah kantor yang hiruk pikuknya terasa sangat repot sekali.

Perusahaan rintisan, mereka memanggilnya. Berkantor diruko, tapi entah apa yang dirintis perusahaan ini. Perusahaan online.

Sepatu terlihat membenarkan sepatunya, berpakaian kasual dan menggunakan sneakers, Sepatu berjalan ke tepian kantor sambil mengelus-elus pelipisnya.

Kawan laki-lakinya datang, tampan dan berkharisma. berpakaian kasual dan duduk disamping Sepatu. Membawakan kopi yang dibawakan dari dispenser kantor, laki-laki itu memberikannya pada Sepatu.

Joni

"Nggak pengin kuliah lho?" (katanya sambil menyodorkan kopi)

Sepatu

"Eh Jon, nggaklah, nggak ada uang."

Joni

"Rugi lho nggak kuliah."

Sepatu

"Dapet apa memangnya kalo gue kuliah?"

Joni

"Ilmu?" (katanya sambil berpikir)

Sepatu

"Kuliah mengajari untuk cari uang nggak?"

Joni

"Hmmm... Praktisnya nggak, tapi teorinya iya."

Sepatu

"Gimana?"

Joni

"Gue nggak tahu."

Sepatu mlongos mendengar ucapan Joni. Joni memang bukan orang biasa disini, ia lulusan kampus luar negeri. Kalau dibandingkan Sepatu, jauh. Joni dipandang sebagai senior

Joni

"Jujur deh, rugi banget kalo lho nggak kuliah."

Sepatu

(Menghela nafas panjang dan menatap Joni tajam) "Beri satu alasan saja, kenapa gue harus kuliah?"

Joni

"Lho mau hidup gini-gini aja?"

Sepatu

"Kalau memang adanya seperti ini, mau dikata apa?"

Joni

"Jangan nyerah gitu dong."

Sepatu

"Siapa yang nyerah sih?"

Joni

"Terserah lho deh." (Joni berdiri dan berjalan pelan-pelan pergi)

Sepatu berjalan dan mengejar Joni.

Sepatu

"Jon, kemana lho?"

Joni

"Kerja-lah"

Sepatu

"Hari ini kita harus ketemu klien"

Joni

"Lho aja deh yang nemuin, gue masih banyak kerjaan."

Sepatu

"Gimana sih lho. Kan kita kerja bareng-bareng."

Joni akhirnya mengalah dan menaruh kopi miliknya di mejanya. Mengambil jaket yang terlusuh di kursinya dan pergi berjalan bersama Sepatu.

Mereka berdua keluar kantor dan berjalan ke mobil kecil dan mengendarainya ke tepian kota. Joni mengendarai dan Sepatu duduk disamping kiri.

Interior Mobil

Joni

"Lho emang nggak ditanyain keluarga lho, tentang pekerjaan lho?"

Sepatu

"Nggak, mereka nggak tanya."

Joni

"Yasudah."

Sepatu

"Lho emang nggak ditanyain?"

Joni

"Ditanyain sih."

Sepatu

"Terus lho jawab apa?"

Joni

Sedikit lama diam (Mobil berhenti karena lampu merah) "Kerja di rintisan"

Sepatu

"Gitu aja?"

Joni

"Iya"

Mobil mereka berdua berjalan itu terus menerus. Mereka banyak diamnya. Mereka sama-sama tahu bahwa ada yang salah dari pekerjaan mereka.

Joni

"Mungkin minggu depan gue resign deh."

Sepatu

"Kenapa?"

Joni

(Memberikan gestur, "you know" lah)

Sepatu hanya mengangguk

Joni

"Surat udah gue kumpulin tadi di HRD. Moga-moga aja pendingnya gak lama"

Sepatu

"Mau kemana lho emangnya?"

Joni

"Tahu deh, gue cari angin dulu.

Sepatu

"Cari angin dimana lho?"

Joni

"Tau deh, yang penting gue keluar dari sini dulu."

Mereka berdua berjalan ke gang dibelakang rawa. Tempat dimana Utama menemukan dia tadi malam.

Lokasi : Gang Prostitusi Belakang Rawa

Waktu : Siang Hari

Joni

"Hari ini, paling nggak lama. Soalnya, mereka udah ngerti"

Sepatu

"Moga-moga aja."

Mereka berjalan kedalam sebuah rumah cukup besar sambil membawa kertas.

Dari kejauhan, tiba-tiba Utama dan Bosnya melihat mereka berdua. Utama yang jelas melihat, Bosnya tidak begitu. Mereka berdua sedang asyik duduk menikmati es teh.

Bos

"Ruko tadi murah banget bre, sayang gak diambil"

Utama

"Janganlah."

Bos

"Kenapa?"

Utama

"Males. Banyak hantunya"

Bos

"Bre, murah ini."

Utama

"Lihat itu nggak?" (kata Utama sambil menunjuk rumah yang dimasuki Sepatu tadi)

"Itu rumah preman kota ini"

Bos

"Ah masak?"

Utama

"Ayo balik kantor"

Utama dengan tegap berjalan ke mobil. Sedang bosnya kalang kabut meyakinkan Utama agar tak keburu balik dulu.

Mereka berdua masuk mobil dan mobil berjalan.

Utama

"Gue masih ada kerjaan bos. Ini nih, belum gue kasih" (menunjukkan kertas pada bosnya)

Bos

"Bagus deh, jangan balik kantor dulu.

Utama terdiam, ia tak menggubris dan menggeber mobilnya. Tujuan selanjutnya, adalah kantor Sepatu. Iya, ternyata kantor Sepatu adalah kliennya dia.

Lokasi : Kantor Minimalis

Waktu : Siang menjelang sore

Karena memang tak tahu, Utama dan Bosnya masuk-masuk aja ke kantor.

Bos

"Kantor apaan sih ini?" (sedikit takjub dengan arsitekturnya)

Utama

(Sambil membuka-buka berkasnya) kalo gak salah sih, kantor produksi video.

Bos dan Utama masuk kedalam kantor, bercengkrama sebentar dengan orang lobi, dan masuk kedalam kantor.

Tak lama, mobil Joni dan Sepatu datang, mereka kembali ke kantor. Joni terlihat cukup sumringah dan senang. Sepatu keluar mobil dengan wajah biasa saja.

Joni

"Cari angin kuliah lagi enak kali ya?"

Sepatu

"Nggak capek emang otak lo sekolah terus?"

Joni

"Kalo lho mikir capek, capek beneran. Chill aja."

Sepatu berpikir, mungkin benar juga. Mereka berjalan kedalam kantor.

Ketika mereka masuk kantor, tiba-tiba Utama terlihat keluar kantor. Dari dalam kantor, Utama terkaget melihat Sepatu. Apalagi bebarengan dengan Joni.

Sepatu

"Bang Utama, ngapain kesini?" (dengan wajah ceria)

UTama

"Ngurusin kerjaan."

Joni

"Saling kenal lu pada?" (tanyanya)

Utama diam, ia sedikit risih tiba-tiba.

Utama

"Iya begitulah. BTW, gue balik dulu nih."

Sepatu

"Buru-buru bang?"

Utama

"Iya nih, lagi banyak kerjaan"

Bos

(tiba-tiba menyela) "Nggaklah, kita nyantai kok. Emang lu pada kenal dimana?"

Utama

(terlihat risih dan males) "Apaan sih, masih banyak loh kerjaannya."

Bos

"Jangan balik ke kantor dulu dong."

Utama

(Menghembuskan nafasnya keras) "Ya begitulah. Gue Utama" (menyodorkan tangan pada Joni)

Joni

"Joni" (menjabat tangan Utama)

"Teman SMAnya Sepatu?"

Utama

"Bukan, gue kenal dia gara-gara anjing"

Joni

"Oh, lo punya anjing?" (tanya Joni pada Sepatu)

Sepatu malah tersenyum simpul dengan itu. Utama, dia malah risih dengan itu. Pikirnya, kok perempuan ini juga kerja disini. Ngapain emangnya.

Utama

"Terimakasihlah, gue buru-buru nih." (sambil berjalan melengos pergi ke mobil van tadi)

Bos

"Oh iya, maaf ya, emang dia orangnya gitu" (sambil menjabat tangan Joni dan Sepatu)

Utama yang sudah masuk kedalam mobil, memundurkan mobil dan menyiapkannya melaju di pinggiran jalan. Saat itu juga, bosnya datang dan membuka pintu.

Bos

"Ngapain sih lho?"

Utama

"Kagak, gue banyak kerjaan nih"

Bos

"Bukannya ini yang terakhir?"

Utama

"Iya, ini yang terakhir."

Bos

"Kok banyak?"

Utama hanya diam saja tak menggubris bosnya.

Bos

(sambil menyana) "Oh tadi mantan lo ya?"

Utama

"Mantan apaan?"

Bos

"Kelihatan banget kali, lho kelihatan gak suka gitu"

Utama

"Kagak, emang gue banyak kerjaan aja."

Bos

"alaaah" (goda bos)

Utama

"Ini nih, gimana sih. Emang ini kertas nggak dikerjain?"

Bos

"Alaaahhh, ihirrr"

Utama

"Gue buang bos kertasnya" (sambil membuka jendela)

Bos

"Jangan dong. Nggapapa kok ketemu mantan, biasa aja. Chill"

Mobil mereka berjalan kembali lagi ke kantor.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar