Titik-titik
1. Pertemuan di Kereta
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Ekst. Sebuah stasiun di Kota

Utama masuk berlarian namun tenang kedalam stasiun, ikut antre mengetap kartu dan masuk kedalam peron

Di peron ia diam saja, melihat-lihat sekitar dan lalu lalang orang-orang. Ia bersandar di dinding stasiun.

Adzan maghrib menggema sayup-sayup, suara kereta juga terdengar diantara mereka.

Utama memerhatikan Hapenya.

Utama diam, ia tertawa-tawa sendiri.

Keretanya datang, Utama terlihat masuk bersama orang-orang kedalam kereta.

Kereta cukuplah penuh, semua orang berdiri berdesak-desakan, termasuk utama.

Utama berdesak-desak di tepi pintu sembari menunggu pintu menutup. Sempat ia mengeluarkan hapenya dan memainkannya sebentar.

Pintu menutup dan kereta berjalan.

Ia berdiri dengan tenang, sambil bersandar di pintu yang sudah menutup itu.

Tiba-tiba seorang perempuan datang ke pintu, ia mungkin ingin turun. Tapi tangannya menarik-narik jaket Utama.

Utama hanya memandangi sebentar, seorang perempuan.

Didepannya seorang perempuan terlihat bingung berdiri. Ia terlihat seperti ingin meminta tolong, namun ia diam saja. Tangannya memberi tanda bahwa ia sedang menyentuh lehernya sendiri.

Dibelakangnya laki-laki misterius terlihat sangat menakutkan, entah apa yang dilakukannya saat itu.

Utama

"Ada apa mbak?"

Perempuan itu diam saja, tapi wajahnya seperti menahan sesuatu.

Utama melongos melihatnya. Ia membuka hapenya lagi.

Kereta berhenti dan pintu terbuka. Utama didorong-dorong tiba-tiba oleh perempuan itu. Ia turun dari kereta dan perempuan tadi juga turun dari kereta. Ia terlihat berlari dan seorang laki-laki mengejarnya turun juga dari belakang. Orang-orang juga turun.

Dua orang itu berlari pergi menjauhi kereta. Pergi ke pintu keluar stasiun. Orang laki-laki itu juga mengejarnya.

Utama memandangi dari pintu kereta dan menggaruk-garuk kepalanya. Terlihat ada yang tak beres.

Sepertinya ia tadi meminta bantuan padaku.

Utama melangkahkan kakinya turun dari gerbong kereta. Namun kaki kanannya masih ada diatas gerbong kereta.

Dalam pandangan Utama, perempuan itu tak terlihat dari pandangannya. Juga laki-laki yang mengearnya tadi. Semakin ia mendongak-dongakkan kepalanya dan menggaruk-garuk kepalanya.

Terdengar peluit, dan kereta mulai menutupi pintunya satu per satu otomatis. Utama melangkahkan kakinya masuk semua.

Namun Utama merasa memang ada yang tidak beres.

Sebelum pintu menutup sempurna, Utama tiba-tiba melompat dan berlarian menuju ke pintu keluar stasiun. Dibelakangnya kereta berjalan meninggalkannya sambil menyalakan semboyan 35.

Utama berlari menuju tempat dimana ia terakhir kali memandangi perempuan tadi. Kemungkinan besar ada di toilet. Namun ia berlari terus mencari keluar stasiun.

Kepalanya mendongak kekanan kekiri mencari perempuan tadi. Nafas panjang keluar, ia memegangi kedua kepalanya di trotoar stasiun.

Seorang satpam ia tanyai

Utama

"Bapak lihat cewek lari-lari dikejar cowok nggak pak?" (tanyanya sambil menggaruk-garuk kepalanya)

Satpam

"Wah, nggak lihat tuh mas. Nggak ada."

Utama

"Tapi tadi kelihatannya lewat sini pak,"

Satpam

"Kelihatannya atau memang lewat sini mas?"

Utama

"Kelihatannya pak"

Satpam itu diam saja, sinis melihat kelakuan Utama. (Gimana sih, kok kelihatannya). Utama memegangi pinggangnya.

Seorang laki-laki yang tadi terlihat mengejar perempuan tadi (Sepatu), tiba-tiba keluar dari pintu keluar stasiun.

Utama

"Eh lho, ngapain tadi lho?!" (Ia menunjuk laki-laki itu, lalu memegangi kerah laki-laki itu dan Utama bersiap menonjoknya)

Laki-laki itu diam dan menghindari kelakuan Utama. Bersiap menangkis.

Utama terlihat berang, namun juga terlihat tak yakin. tapi ia terlanjur siap menonjoknya.

Utama

"mana tadi perempuan tadi?"

Laki-laki

"Perempuan apa?"

Utama

"Alah, gausah banyak bacot lho! Lho jangan gitu dong sama perempuan!"

Laki-laki

"Lho ngapain sih? Gue dari toilet! Gak kenal perempuan!"

Utama

"Alah lho emang pinter alasan. (Utama mulai bersiap menengadahkan tangannya) Gue bisa silat nih! Asal lho tau aja"

Satpam berusaha melerai, apalagi terlihat Utama sudah bersiap menonjok laki-laki itu.

Satpam

"Sudah-sudah. Sudah. Dibicarakan baik-baik."

Utama

"Omong kosong!"

Satpam

"Mas, dimana perempuan tadi?" (satpam tadi malah menanyai laki-laki itu tenang)

Laki-laki

"Loh, kok samean tanya saya. Ya nggak tahu lah."

Satpam

"Dia nggak tahu mas." (jawabnya tenang)

Utama

"Ah bohong!"

Mereka berdua masih terlihat ingin baku hantam. Beberapa kali Utama bersiap melontarkan pukulannya. Hingga terlihat perempuan tadi ternyata keluar dari toilet perempuan dan berjalan kembali ke peron. Dalam pandangannya, ia melihat Utama sedang bercekcok dengan laki-laki itu. Utama juga melihatnya.

Utama

"Loh, dia disana?" (Utama melepaskan pegangannya dan sedikit menahan malu)

Laki-laki

"Apaan sih! Gimana ni orang?" (ia memandangi satpam berang)

Utama

"Maaf-maaf, sekali lagi maaf" (Utama menepuk-nepuk tiba-tiba pundak laki-laki itu dan membungkuk-bungkuk berjalan masuk melalui pintu keluar)

Laki-laki itu terlihat marah, wajahnya dilipat. Satpam itu hanya terlihat cengar-cengir, namun ia berusaha menenangkan laki-laki itu dengan merapikan pakaiannya.

Utama

"Maaf, maaf bro, namanya juga salah paham." (teriaknya saat masuk dan berlari)

Utama berlari lagi masuk kedalam stasiun lewat pintu keluar pergi ke peron mencari perempuan tadi. Perempuan tadi terlihat duduk di stasiun menanti kereta selanjutnya. perempuan itu bermain hp.

Utama

(Dengan wajah sedikit kesal) "Ada apa memangnya tadi?"

Perempuan/Sepatu

"Ada apa bang?" (tak merasa bersalah dan biasa saja)

Utama menggaruk-garuk kepalanya tenang. Ia marah, namun dalam hati. Nafasnya sengal-sengal. Dalam hati ia berteriak anjing.

Utama

"Ada anjing."

Perempuan

"Dimana bang?"

Utama

"Di stasiun."

Perempuan

"Dimana?" (sambil memandangi sekitar)

Utama

"Dia sedang duduk."

Perempuan

"Duduk dimana?"

Utama

"Tenang, dia nggak gigit."

Perempuan

"Oh..." (Ia tenang lagi duduk dan bermain hape lagi)

Utama diam, ia bingung. Tangannya masih berkacak di pinggang. Lalu ia duduk disamping perempuan tadi. Meletakkan tasnya di kursi. Utama memerhatikan jam. Sudah masuk waktu isya', Utama melipat lengan bajunya untuk berwudhu. Ia berdiri dan bersiap pergi.

Perempuan/Sepatu

(Memandangi Utama) "Mau kemana memangnya bang?"

Utama

"Kemanapun." (jawabnya sambil malas dan menahan marah)

Perempuan

"Emang nggak ada tujuan sekarang?"

Utama

"Mau sholat dulu." (Ia dengan kesal berjalan pergi dan meninggalkan tasnya tanpa sengaja)

Perempuan tadi hanya mengangguk memerhatikan laki-laki tadi, dan kembali lagi memainkan hapenya. Lumayan lama, terlihat lalu lalang orang berjalan.

Kereta selanjutnya datang, perempuan itu juga bersiap untuk berjalan naik ke kereta. Ia berdiri dan bersiap berjalan. Namun ketika ia berbalik dan melihat kursi, ia melihat tas milik Utama dan ia memerhatikan orang-orang yang lalu lalang.

Perempuan itu memerhatikan mushola dengan gugup, siapa tahu Utama sudah keluar dan ia tenang karena Utama sudah tahu lokasi tasnya.

Tapi utama tak keluar-keluar, dan perempuan itu semakin gugup. Kakinya gemetar terus ketika duduk di kursi.

Wajahnya bingung. Akhirnya ia berdiri di bangkunya.

Peluit tertiup dan pintu hampir tertutup, tas itu masih ada disana dan Utama masih belum keluar dari musholla. Karena takut tas laki-laki tadi menghilang. Akhirnya perempuan itu turun dari kereta.

Perempuan itu berjalan ke bangku dan kereta berjalan pergi dibelakangnya. Lalu ia duduk di tempatnya tadi.

Tak lama, Utama datang berjalan sambil membenarkan lagi lengan kemejanya. Melihat itu, perempuan itu kesal melihat Utama.

Utama

"Kereta sudah jalan, nggak ikut lho?"

Perempuan

(Dengan nada ketus) "Ini tas lho nih!"

Utama

"Biasa aja dong"

Perempuan

"Udah dijagain, nggak tahu terimakasih."

Utama

"Terimakasih ngapain? Njagain tas?" (Sambil mengangkat tasnya)

"Nggak usah lho jagain kali. Orang isinya cuma air gini." (Sambil mengeluarkan isinya botol mineral)

Perempuan

"Ah, emang bener kalau tadi ada anjing."

Utama

"Mana?"

Perempuan

"Didepan gue."

Utama kecut mendengarnya. Ia diam namun tertawa. Emang nggak beres nih cewek, pikirnya. Utama tertawa.

(Sebuah kereta datang, berhenti dan terbuka pintunya). Utama dan perempuan tadi melihatnya.

Utama

"Serah lho deh." (Katanya sambil menenteng tasnya pergi lalu pergi ke kereta)

"Terimakasih banyak."

Utama berjalan ke kereta sambil melambaikan tangan pada perempuan yang sedang kecut berdiri di tepi pintu itu.

Perempuan

"Mau kemana lho?" (Teriaknya)

Utama

"Balik lah, emang lho gak balik juga?"

Perempuan itu kecut tertawa. Utama memerhatikan kereta yang sepi dan bersiap duduk di kursi. Merebahkan badan dan membuka Hapenya bermain. Terserah deh kalau lu gak ikut, pikirnya.

Ketika Kereta hendak berangkat dan pintu hendak tertutup, Utama melihat nomor kereta yang berbeda dengan biasanya.

Ia menggaruk-garuk kepalanya dan berdiri. (Ini bukan kereta-gue)

Dengan bingung dan tergesa-gesa, ia keluar dari pintu kereta dan memandangi jam.

Utama

"Pantes, udah jam segini."

Kereta berjalan dan Utama mengahmpiri perempuan tadi di sebuah kursi.

Utama

"Bukan tujuan gue ternyata" (Utama cengar-cengir malu didepan cewek tadi)

Perempuan diam dan ngambek kelihatannya.

Utama menarik nafas yang dalam dan membuka tasnya. Mengambil sebotol air dan memberikannya pada perempuan yang ngambek didepannya.

Utama

"Gue Utama (sambil menawarkan air). Lho?" (Ia meminum air dalam botol lainnya)

Perempuan/Sepatu

"Gue Sepatu."

Utama tersedak tertawa mendengar itu.

Utama

"Nama asli apa nama panggilan?"

Perempuan/Sepatu

"Asli-lah,"

Utama

"Kok bisa? Unik lho nama sepatu."

Perempuan/Sepatu

"Tanya aja bokap gue."

Utama mengernyitkan wajahnya sambil tersenyum. Ia tahu perempuan itu sedang marah.

Utama

"Ayolah, gue tahu lho kok sebenarnya. Kita sering ketemu lho sebelumnya."

Sepatu

"Masak?"

Utama

"Iya, lho kerja di kantor belakang tukang bubur kan?"

Sepatu

"Siapa?"

Utama

"Lho"

Sepatu

"Yang nanya."

Sepatu melengoskan wajahnya malas dan mulai memegangi lagi hapenya. Utama cengar-cengir dengan kelakuan Sepatu.

Utama

"Yaelah, bener kagak?"

Sepatu

"Apa?"

Utama

"Kantor lho, belakang tukang bubur kan?"

Sepatu

"Apakah saya terlihat peduli?"

Utama menghembuskan nafasnya keras. Ia cukup tergelitik dengan kelakuan perempuan ini. Lalu ia berdiri dan menenteng lagi tasnya.

Utama

"Gue balik dulu deh." (katanya sambil menengadahkan wajahnya melihat jam)

Sepatu

"Naik apa lho? Orang kereta datang sejam lagi."

Utama

"Naik apalah, banyak."

Sepatu

"Gra-gara lho nih, gue gak jadi naik kereta."

Utama

"Loh, kok nyalahin gue?. Gue sholat kali."

Sepatu

Intinya gara-gara lho dan Tuhan lho tuh gue gak jadi naik kereta"

Utama

"Jangan bawa-bawa Tuhan dong, ini salah gue kok."

Sepatu

"Ya terus gimana?"

Utama

"Gimana?"

Sepatu

"Tanggung-jawab dong lho."

Utama

"Serah lho deh. Mau apa lho memangnya?"

Sepatu

"Gue mau lho diem."

Utama

(Diam saat itu juga) tak ada kata sepatahpun keluar. Sepatu bingung melihat Utama yang tiba-tiba diem.

Sepatu

"Ngapain lho?"

Utama mengetik didalam hapenya, diketiknya. "Aku diam". Lalu ditunjukkan pada Sepatu.

Sepatu tersenyum simpul saat itu juga.

Sepatu juga mengetikkan kata di hapenya juga saat itu. "Nggak kok, tadi canda."

Sepatu dan Utama saling tatap-tatapan, dan akhirnya mereka tertawa.

Utama

"Gue tahu kok lho. Bener"

Sepatu

"Dimana?"

Utama

"Gue lupa."

Sepatu

"Geblek."

Mereka berdua diam, diantara dinginnya malam, mereka berdua diam masing-masing didalam hapenya.

Kereta terlihat datang, dan dua orang tadi bergegas masuk bersama.

Mereka berdua terlihat diam, saling pandang dan diam. Saling tersenyum dan menyapa, mereka berjalan bersama.

Mereka terlihat tak akrab, ketika masuk mereka terlihat masuk bersama dan duduk terseberang pintu. Utama berbelok kenanan, dan Sepatu berbelok kekiri dan langsung duduk disana.

Mereka saling diam, diam saja. Kereta berjalan cukup cepat, namun tidak cepat juga. Kereta menghilang dibalik awan.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar