THROPY KEMATIAN
6. Bagian #6

FADE IN

1. INT. RUMAH ALENKA - RUANG TENGAH — MALAM

CAST: ALENKA

ALENKA duduk di depan grand piano besar. Kepalanya tegak. Rambut panjangnya tergerai sepanjang pinggang.

ALENKA mengangkat tangan perlahan, mulai bermain piano.

SOUND EFFECT

piano : Jurrivh - Crying Alone

CUT TO:


2. INT. KAMAR MAMA ALENKA — MALAM

CAST: MAMA ALENKA

MAMA ALENKA membuka mata. Duduk.

MAMA ALENKA

(Berbisik)

Alenka...

MAMA ALENKA turun dari tempat tidur. Berjalan pelan ke arah pintu.

MAMA ALENKA membuka pintu, mendengarkan.


3. INT. KORIDOR RUMAH ALENKA — MALAM

CAST: MANA ALENKA

Suara denting piano mengalun dari arah lantai 1.

MAMA ALENKA berjalan perlahan menuruni tangga.


4. INT. LANTAI 1 - RUANG TENGAH — MALAM

CAST: ALENKA, MAMA ALENKA, PAPA ALENKA

SOUND EFFECT

Piano: Jurrivh - Crying Alone

MAMA ALENKA menatap ke arah grand piano di sudut ruangan. Terlihat olehnya Alenka duduk memunggunginya di depan grand piano, sedang bermain piano.

MAMA ALENKA duduk di anak tangga terakhir, menatap putrinya. Air matanya menetes.

ALENKA memainkan piano hingga lagu usai.

MAMA ALENKA bangkit berdiri, berjalan mendekati Alenka.

MAMA ALENKA

Alenka.(beat)
Kau kah itu?

ALENKA diam.

MAMA ALENKA berhenti tepat di belakang Alenka. Tangannya terangkat seperti ingin menyentuh Alenka, kemudian mengurungkannya.

MAMA ALENKA

Alenka sayang. Kau bisa mendengar mama, Nak?

ALENKA mengangguk sangat pelan.

MAMA ALENKA tersenyum sedih. Air matanya kembali menetes.

MAMA ALENKA

Lenka sayang. Apa kau merindukan rumah ini?

ALENKA diam.

MAMA ALENKA menarik kursi kecil di samping Alenka, duduk.

MAMA ALENKA

Alenka. Apa mama boleh bertanya sesuatu padamu?

ALENKA diam.

MAMA ALENKA menarik nafas panjang. Wajahnya terlihat mulai takut.

MAMA ALENKA

Baiklah kalau kau tak ingin. Teruslah bermain, mama akan menemanimu.

ALENKA

Tanyakan apa pun yang ingin kau tahu.

MAMA ALENKA menatap ke arah kepala Alenka. Alenka menatap lurus ke depan.

MAMA ALENKA

Alenka,(beat)
Apa... Apa kau yang melakukan semua ini? Apa benar kau yang membunuh semua teman-temanmu?

ALENKA mengangguk perlahan.

MAMA ALENKA

T-tetapi kenapa, Alenka?

ALENKA

(Menggema)

Mereka harus merasakan seperti yang aku rasakan.

MAMA ALENKA

Alenka, Sayang. Tidak bisa seperti itu. Kepergianmu adalah takdir. Kau tidak bisa membalaskan dendammu kepada teman-temanmu.

ALENKA

(Menoleh perlahan)

Jadi mama pikir perbuatan ayah padaku adalah takdir?

MAMA ALENKA

(terkesiap)

Tidak, tidak. Bukan itu maksud mama. Papamu tidak bermaksud membunuhmu sama sekali, Alenka. Dia hanya menghukummu karena dia kecewa. Kalau karena itu kau pergi, mama minta maaf. Tapi bagaimana pun itu adalah takdir, Nak. Kau harus ikhlas menerimanya.

ALENKA berdiri mendadak. Mama Alenka kaget. Ikut berdiri, sampai kurainya terjatuh.

ALENKA menatap mamanya kejam, matanya memelotot marah.

MAMA ALENKA

(mundur satu langkah)

A-Alenka. Tenanglah. Mama tidak bermaksud... Maafkan mama.

ALENKA menghilang dari pandangan.

ALENKA (O.S)

Tidak akan ada lagi juara yang tersisa. Itu sudah menjadi takdir mereka.

MAMA ALENKA

(Melihat segala arah)

Alenka...! ALENKA! ALENKAAA...!

MAMA ALENKA berputar di tampat, kepalanya mendongak menatap ke segala arah, mencari Alenka.

CUT TO:

PAPA ALENKA berdiri di anak tangga terakhir, menatap mama Alenka.

PAPA ALENKA

Mama. Sedang apa kau?

MAMA ALENKA berbalik kaget.

PAPA ALENKA mengerutkan kening.

MAMA ALENKA

Alenka, Pa. Alenka. Dia di sini.

PAPA ALENKA

Jangan ngaco. Mana ada Alenka di sini. Dia sudah meninggal, Mama.

MAMA ALENKA

Tapi mama melihatnya, Pa. Mama berbicara dengannya. Alenka yang membunuh para atlet itu karena dia mau membalas dendam. Dia yang bilang sama mama, Pa.

PAPA ALENKA

Jangan ngaco. Kau kebanyakan memikirkan anak itu. Ayo sekarang tidur.
(Berbalik menaiki anak tangga) Aku juga sedih dia meninggal. Aku menyesal. Tapi aku tidak menjadi gila sepertimu.

MAMA ALENKA

Papa!

PAPA ALENKA

Aah, sudah sudah. (Melambaikan tangan dengan acuh)

MAMA ALENKA menatap papa Alenka menghilang di puncak tangga.

MAMA ALENKA terduduk di kursi bundar tempat Alenka duduk sebelumnya. Tangannya menutup wajah, menangis.

CUT TO:


5. EXT. RUMAH MAYA — MALAM

Rumah minimalis berpagar rendah dengan taman cantik di depan rumah.


6. INT. KAMAR MAYA — MALAM

CAST: MAYA, ALENKA

ALENKA melayang menembus jendela kaca.

MAYA (17th), terlelap di balik selimut yang tersingkap sebagian.

ALENKA menatap deretan piala di atas meja belajar yang tertata rapi. Kemudian kepalanya menoleh cepat ke arah maya yang masih tertidur pulas.

MAYA bergerak gelisah.

CUT TO:


7. EXT. TROTOAR JALAN — SIANG

CAST : PENJUAL KORAN

Deretan toko pinggir jalan. Penjual koran berjalan berkeliling mengacung-acungkan koran.

PENJUAL KORAN

(Berteriak)

Seorang remaja tewas tercekik di dalam kamar yang terkunci.

CUT TO:


8. EKS. JALAN RAYA — SIANG

Perempatan jalan. Mobil dan motor mengantri di lampu merah.


9. INT. MOBIL - SIANG

CAST: PAPA ALENKA, MAMA ALENKA, PENJUAL KORAN

PAPA ALENKA duduk di balik kemudi, menunggu lampu merah dengan sabar.

MAMA ALENKA duduk di sampingnya, mengenakan kebaya merah dengan rambut di sanggul rapi.

PENJUAL KORAN

Koran! Koran! Seorang remaja tewas tercekik di dalam kamar yang terkunci.
Koran! Korannya pak! Pembunuhan di dalam ruangan yang terkunci dari dalam.
Korannya pak? (Menawarkan pada papa Alenka)

PAPA ALENKA

Ada berita apa?

PENJUAL KORAN

Remaja 17 tahun mati tercekik di dalam kamar yang terkunci dari dalam, Pak.

MAMA ALENKA menarik-narik lengan kemeja papa Alenka.

MAMA ALENKA

(Berbisik)

Pa, Beli, Pa. Beli.

PAPA ALENKA melirik mama Alenka sekilas, kemudian mengangguk pada penjual koran.

Papa Alenka merogoh saku pintu, mengeluarkan selembaran uang dan menerima koran.

PAPA ALENKA

Ambil semua.

PENJUAL KORAN

(Menatap kaget)

Benar pak?

PAPA ALENKA

Hmmm...

Lampu Hijau menyala, papa Alenka menginjak gas perlahan. Mobil melaju pelan.

MAMA ALENKA membuka koran tepat di bagian depan, melihat foto remaja di bagian depan.

MAMA ALENKA

Pa, i-ini... Ini teman satu kelas Alenka, Pa. Maya. Putri pak Kasan.

PAPA ALENKA

Apa hanya karena dia teman sekelas Alenka, lantas kau boleh menuduh Alenka yang melakukannya?

MAMA ALENKA menatap papa alenka sekilas, diam. Kemudian dia sibuk membaca berita.

PAPA ALENKA

Jangan racuni pikiranmu dengan hal yang tidak-tidak.

MAMA ALENKA diam. Dia menghapus air matanya dengan ujung sapu tangan secara sembunyi-sembunyi.

MAMA ALENKA (V.O)

Alenka. Berhenti, Nak. Tolong berhenti. Jangan lakukan semua kekejaman ini.

ALENKA duduk di bangku belakang mobil, menatap dingin papa dan mamanya.

JUMP CUT TO:


10. EXT. RUMAH MEWAH — MALAM

Bangunan megah tiga lantai ber cat coklat. Dua mobil mewah terparkir di depan pintu garasi lebar.

Ruang tamu luas dengan sofa berukir. Etalase kaca di sudut ruangan memamerkan puluhan piala besar dan kecil.

CUT TO:


11. INT. RUANG TAMU RUMAH MEWAH — MALAM

Alenka berdiri di depan lemari kaca berisi piala. Kepalanya sedikit miring, matanya terlihat nyalang.

Alenka berbalik, melayang pergi.

CUT TO:


12. INT. KAMAR — MALAM

CAST: ALENKA, HANA

ALENKA melayang memasuki pintu yang tertutup.

HANA (17th), duduk di atas kasur, bermain gitar.

Kelambu berayun tertiup angin. Bara berdiri, menutup jendela.

Bara berbalik. Matanya membelalak menatap Alenka yang berdiri di balik pintu.

HANA

(Kaget)

S-siapa...?

ALENKA tertawa nyaring.

HANA melompat mundur, tubuhnya menempel dinding.

HANA

(Ketakutan)

M-m-mau apa k-kau!

ALENKA berhenti tertawa, menatap marah.

REMAJA

Pergi! Pergi dari kamarku. Pergi...!

HANA meraih gitar, di lempar pada Alenka.

Gitar menembus tubuh Alenka, hancur menabrak pintu.

ALENKA tertawa melengking.

HANA menutup kedua telinga, berteriak histeris.

SOUND EFFECT

bunyi ketukan pintu

PAPA HANA (O.S)

Hana! Hana ada apa. Hana cepat buka pintunya, Hana!

MAMA HANA (O.S)!

HANA! Buka pintunya. Apa yang terjadi?


INTERCUT

13. INT. DEPAN PINTU KAMAR HANA — MALAM

CAST: PAPA, MAMA HANA

PAPA HANA (52th) dan MAMA HANA (49th), mengetuk pintu dengan tidak sabar.

HANA (O.S)

Pergi! Pergi kamu dari sini. Jangan ganggu aku. Pergi!

PAPA HANA

(menggedor pintu)

HANA! BUKA PINTUNYA...! (Beat)
Siapa pun yang di dalam sana, dengarkan aku. Jangan sakiti anak ku. Apa pun yang kau inginkan akan aku turuti tapi tolong lepaskan anak ku.

PAPA HANA bersiap menjejak pintu kamar.

CUT TO:


14. INT. KAMAR HANA — MALAM

CAST: PAPA, MAMA HANA, HANA

Pintu mengayun terbuka.

PAPA HANA

(Berlari masuk kamar)

Hana... Hana...

HANA berdiri di sudut kamar, di bawah jendela.

MAMA HANA

(Sedikit berlari ke arah putranya)

Hana, kau baik-baik saja, Nak.

HANA tidak menjawab, hanya menatap dingin.

MAMA HANA

Hana, ada apa? (Mundur satu langkah)

HANA tertawa melengking. Tawanya adalah tawa Alenka.

MAMA Hana mundur tergesa, punggungnya menabrak almari.

PAPA HANA berlari mendekat, menarik lengan mama Bara.

PAPA HANA

(berbisik)

Ssst, dia bukan Hana, Ma. Kemarilah.

MAMA HANA mencengkeram lengan suaminya, mulai menangis.

HANA berjalan mendekat, tatapannya dingin, berbicara dengan suara dalam dan mengancam.

HANA

Kau mau melakukan apa saja untukku?

PAPA HANA bergeser, menutupi tubuh menggigil istrinya.

PAPA HANA

(Suaranya tegas)

Keluar dari tubuh anakku. Akan ku lakukan apa pun asal kau tidak mengambil nyawa salah satu dari kami.

HANA kembali tertawa nyaring. Kali ini dengan suaranya sendiri.

HANA

Aku tidak akan mengambil nyawa kalian kalau kau berhasil membuat nyawa perwira Dariyo keluar dari tubuhnya untuk selamanya!

PAPA HANA

(Berbisik)

(Matanya menatap lantai) Perwira Dariyo... (Beat)
(Menatap mata Hana) ALENKA. Kau Alenka, putri perwira Dariyo.

HANA kembali tertawa nyaring.

PAPA HANA

Apa yang terjadi, Nak? Kenapa kau seperti ini?

HANA

Kau tidak perlu tahu. Lakukan saja apa yang aku minta.

PAPA HANA

Alenka. Mari kita bicarakan baik-baik. Ada apa sebenarnya. Apa ada sesuatu di balik kematianmu?

HANA

Lakukan saja yang aku katakan kalau mau kalian selamat.

PAPA HANA

Tunggu! Aku, aku hanya ingin tahu. Kenapa kami. Kenapa... Kenapa Hana.

ALENKA tertawa melalui mulut Hana, suara tawanya menggema di seluruh ruangan.

HANA jatuh tertelungkup, tubuhnya lemas. Pingsan.

CUT TO:


14. INT. RUMAH ALENKA - RUANG TAMU — SIANG

CAST: PAPA, MAMA ALENKA, PAPA, MAMA HANA

PAPA ALENKA duduk berhadapan dengan PAPA HANA. istri keduanya duduk bersebelahan di sofa, tangan mereka saling genggam.

PAPA HANA

Saya tidak mengada-ada, Pak. Ini sungguh terjadi. Dia merasuki putra kami, Bara.

PAPA ALENKA

Saya sama sekali tidak menganggap Anda berbohong. Saya kenal betul siapa Anda. Tetapi, saya sangsi almarhum putri kami melakukan semua ini. Dia gadis yang baik, penurut.

PAPA HANA

Saya minta maaf kalau terkesan ikut campur. Tetapi, apa tidak sebaiknya di selidiki ada apa di balik kematiannya?

PAPA ALENKA

Maaf, tapi terkesan di telinga saya sepertinya Anda menuduh saya membunuh putri saya sendiri.

PAPA HANA

Maafkan saya kalau menyinggung perasaan Anda, Pak. Bukan itu yang saya maksud.

PAPA ALENKA

Lalu?

PAPA HANA

Ya, saya pikir...(beat) Kalau ada yang tidak beres dengan kematian putri bapak, mungkin perlu untuk di cari tahu apa yang dia inginkan. Siapa tahu dengan melakukan keinginan terakhirnya, arwahnya akan tenang.
maafkan saya. Bukan bermaksud menggurui, Pak.

PAPA ALENKA diam, menatap kosong ke atas meja kaca oval yang dipenuhi makanan, minuman dan buah-buahan.

CUT TO:


15. INT. RUMAH ALENKA - PAVILIUN — MALAM

CAST: ALENKA

ALENKA menatap lukisan yang tergeletak di gudang. Lukisan remaja berambut panjang mengenakan baju merah, sedang membawa thropy dan berkalung medali emas juara pertama.

ALENKA memungut lukisan itu.

ALENKA (V.O)

Ini lukisan hadiah dari guru kesayanganku. Siapa pun orangnya, tidak boleh memindahkannya dari tempatnya.

ALENKA berbalik, melayang keluar.


16. INT. KAMAR ALENKA — MALAM

CAST: ALENKA

ALENKA menembus dinding. Tangannya menggenggam lukisan.

ALENKA menatap ke sekeliling ruangan. Kamar itu kosong. Alenka terlihat marah, matanya membelalak merah.

ALENKA berjalan ke dinding, mengembalikan lukisannya di tempatnya.

ALENKA (V.O)

Siapa yang berani menyingkirkan semua foto dan pialaku.

ALENKA berbalik, melayang keluar.


17. INT. PAVILIUN — MALAM

CAST: ALENKA

ALENKA melempar barang-barang, mencari foto-foto dan pialanya.

Sampai semua tumpukan barang habis, Alenka tidak menemukan foto-foto dan pialanya.

ALENKA duduk di atas ranjang yang dipenuhi barang yang baru dilemparnya. Menangis. Suaranya menggema menyeramkan.

FADE OUT


















Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar