THROPY KEMATIAN
2. Bagian #2

FADE IN

1. INT. PAVILIUN — MALAM

CAST: ALENKA, MAMA ALENKA

ALENKA berdiri di tengah ruangan, menatap kosong mamanya yang menangis di depan jasadnya sendiri yang terbaring kaku di atas dipan lapuk.

MAMA ALENKA

(Menangis tersedu)

Lenka sayang. Bangun Nak, sayang. Bangun Lenka. Maafkan mama.

ALENKA terlihat tersenyum tapi Wajahnya datar, tatapannya kosong, dingin.

ALENKA berbalik, melayang keluar menembus dinding.

CUT TO:


2. EXT. ASRAMA ATLET — MALAM

Gedung bertingkat asrama atlet. Lampu-lampu di setiap jendela kamar menyala, hanya beberapa yang mati.

Halaman gedung sepi. Kosong. Hanya terlihat dua orang satpan yang tengah menonton bola di pos jaga.


3. INT. KAMAR ASRAMA — MALAM

CAST: ALENKA, CITRA

ALENKA menembus dinding putih kokoh, muncul di dalam kamar dengan dua bed single tepat di samping jendela besar.

CITRA (16th), berambut pendek di atas bahu, terlihat tidur nyenyak di salah satu tempat tidur.

Tempat tidur yang lain kosong.

ALENKA melayang mendekat.

CITRA membuka mata, duduk tegak, menatap waspada.

Kamar kosong. Hening. ALENKA menghilang dari pandangan.

CITRA meraba tengkuk, bergidik, bergelung masuk ke dalam selimut.

CUT TO:

Jendela menjeblak terbuka. Angin bertiup kencang, menerbangkan gorden.

CITRA kembali duduk, menatap waspada ke sekeliling kamar.

CITRA melonjak kaget menatap bayang-bayang Alenka di sudut gelap.

CITRA

(tergagap)

A-Alenka...

CITRA (V.O)

Tapi Alenka sudah meninggal. Kenapa dia ada di sini. Apa aku bermimpi?

ALENKA berdiri diam di tempatnya.

CITRA

A-Alenka. K-Kenapa kau di sini? Ap, apa ada yang ingin kau sampaikan?

ALENKA

(Menggema)

Temani aku.

CITRA

M-maksudmu?

ALENKA menghilang dari pandangan.

CITRA manatap ke seluruh kamar.

CITRA

Alenka...

ALENKA (O.S)

Maukah kau menemaniku?

CITRA

T-tapi kau di mana, Alenka? Bagaimana aku bisa menemanimu?

Hening.

SOUND EFFECT

suara hembusan angin kencang menerpa dedaunan.

CITRA menatap kebingungan ke segala arah.

CITRA

A-Lenka...

Tak ada jawaban.

Angin berhembus menerpa gorden.

Sunyi.

SOUND EFFECT

Suara binatang malam dan desau angin di luar.

CITRA menampar wajahnya, mengernyit sambil menggosok-gosok pipinya, kemudian menarik selimut dan begelung di dalamnya.

CUT TO:


4. INT. KAMAR ASRAMA LAIN — MALAM

CAST: ALENKA, AMANDA, LALUNA.

ALENKA memasuki kamar peserta lain. Melayang pelan diantara tubuh-tubuh yang tertidur.

ALENKA berhenti di depan LALUNA (18th), yang tertidur nyenyak.

Angin berhembus kencang dari jendela yang tertutup rapat, meniup gorden tipis. Rambut ALENKA berkibar.

AMANDA (16th), Remaja bertubuh bulat yang tidur di samping Laluna, membuka mata.

AMANDA menatap sekeliling kamar yang remang-remang. Matanya menatap bayangan Alenka di kegelapan.

AMANDA

(berteriak)

Aaaaggrrhhhh...!

LALULA bangun, langsung duduk menatap AMANDA.

LALUNA

(Geram)

Ada apa sih?

AMANDA menunjuk sudut kamar yang paling gelap.

LALUNA menoleh ke arah yang di tunjuk Amanda. Tidak ada apa pun.

LALUNA

Ada apa?

AMANDA

D-dia di sana.

LALUNA

(Kembali menatap sudut gelap)

Siapa?

AMANDA menggeleng panik. Kakinya menjejak seprei, tubuhnya beringsut mundur.

AMANDA melihat Alenka melayang di atasnya, tawanya menggema.

LALUNA

(Reflek bergerak mundur)

Ada apa sih? (Jengkel)

LALUNA menatap bingung Amanda yang ketakutan.

AMANDA

K-kenapa? Kenapa kau datang padaku? Aku tidak berbuat salah padamu.(beat)
Pergi! Pergi dari sini.

AMANDA merapat mundur, punggungnya menempel dinding. Matanya menatap Alenka, terlihat sangat ketakutan.

AMANDA

Pergi! Ku mohon. Aku tidak pernah mengganggumu.
(Melempar bantal) PERGI...!

Amanda menatap bantalnya terlontar menembus tubuh Alenka.

ALENKA melayang mendekati AMANDA.

AMANDA berteriak histeris, menggeleng-geleng panik.

LALUNA menggerutu jengkel. Turun dari tempat tidur, menyalakan lampu.

ALENKA menghilang.

AMANDA menatap bingung ke seluruh kamar.

LALUNA

Makanya kalau sebelum tidur berdoa dulu. Biar tidak mimpi buruk.

Seseorang menggedor pintu.

LALUNA membuka pintu.

Seorang PELATIH berdiri di depan pintu.

PELATIH

Apa yang terjadi? Kenapa kalian teriak-teriak malam-malam begini?

AMANDA

HANTU! Ada Hantu! (berteriak dari tempatnya)
Atlet yang mati itu jadi hantu. D-dia di sini!

PELATIH

(menatap sangsi)

Apa yang kau bicarakan?

LALUNA

(Mendengus kesal)

Dia hanya mimpi buruk.

AMANDA

Tidak! Aku tidak berbohong! Dia benar-benar muncul di sini. Dia mau membunuhku.

Pelatih menatap Amanda, mengerutkan kening.

PELATIH

Apa benar yang dia katakan?

LALUNA

Tidak ada siapa-siapa di sini selain kami. Dia hanya mengigau, mimpi buruk.

AMANDA

(berteriak)

Aku tidak berbohong!

PELATIH

Kuperingatkan kalian, jangan membuat keributan. Dan kau, (menatap Amanda) jangan menyebarkan isu yang tidak-tidak.

LALUNA

(Memelotot marah)

Enak saja. Dia yang ribut!

AMANDA

Tapi aku tidak berbohong!

PELATIH

(Dengan suara tegas)

Kuperingatkan kau sekali lagi, jangan membuat kekacauan. Atau kau akan di diskualifikasi karena berusaha menakut-nakuti peserta lain dan mengambil keuntungan dari ketidak fokusan mereka.(beat)
Sudah, sekarang cepat tidur dan jangan ribut!

AMANDA membuka mulut, menutupnya lagi. Matanya mendelik marah, tapi bibirnya terkatup rapat.

PELATIH berbalik, melangkah pergi

CUT TO:

LALUNA berputar di tempat, menatap Amanda yang masih meringkuk di atas tempat tidur.

LALUNA

Kau dengar kan apa yang di katakannya? Jangan berisik!

AMANDA

(Merengek)

Tapi aku tidak berbohong. Aku benar-benar melihatnya.

LALUNA

Kalau begitu anggap saja kau sedang bermimpi, dan sekarang ayo kembali tidur. (Menutup pintu kamar)

AMANDA

Tapi aku benar-benar takut. Bagaimana kalau dia kembali.

LALUNA

Tidak akan. Makanya berdoa dulu setiap mau tidur biar tidak ada hantu yang mendatangimu.

LALUNA Berjalan kembali ke tempat tidur, berbaring dan menarik selimut.

LALUNA

Lagi pula, aku yang mengalahkannya. Kenapa dia justru menghantuimu. Kalau memang dia tidak terima dengan kekalahannya, bukankah seharusnya aku yang dia teror. Bukannya kamu.

AMANDA mengangkat bahu, ikut menarik selimut dan berbaring.

AMANDA

(Bergumam)

Jangan-jangan anak itu bunuh diri.

LALUNA

Polisi sudah mengonfirmasi tentang kematiannya, dan jasadnya sudah di autopsi. Mereka telah menyatakan Alenka meninggal karena kekurangan cairan. Dia depresi dan menolak makan dan minum selama berhari-hari.

AMANDA

Apa kau tahu kalau bapaknya pejabat? kalau tidak polisi, tentara angkatan darat, ku kira.

LALUNA

Apa kau mau bilang...

AMANDA

(Memotong kalimat Laluna)

Bisa saja kan.

LALUNA mengangkat bahu, berguling ke kiri dan tidur.

CUT TO:


5. INT. RUMAH ALENKA - PAVILIUN — MALAM

CAST: ALENKA

ALENKA duduk di atas dipan lapuk, menangis. Suaranya terdengar menggema mengerikan.


6. INT. RUANG MAKAN — MALAM

CAST: MAMA ALENKA, PAPA ALENKA

PAPA DAN MAMA ALENKA duduk berhadapan di meja bundar berisi empat kursi. Dua kursi diantaranya kosong.

Di atas meja terhidang makanan laut dan dua piring kecil nasi.

MAMA ALENKA

(Mendongak, seperti sedang mendengarkan sesuatu)

Apa kau mendengarnya, Pa?


SOUND EFECT

suara tangisan pilu


PAPA ALENKA

Mendengar apa. Kau jangan terlalu banyak memikirkannya. Ikhlaskan saja.

MAMA ALENKA

Aku sudah berusaha, Pa. Tapi tiap malam aku bisa mendengarnya menangis. Kau saja yang tidak pernah peduli pada Alenka.

PAPA ALENKA diam.

CUT TO:


7. INT. PAVILIUN — MALAM

CAST: ALENKA

ALENKA duduk di atas dipan lapuk. Tatapannya kosong, wajahnya datar. Suaranya menangis terus, tapi tidak ada air mata.

ALENKA berdiri dari duduknya, melayang keluar menembus dinding.


8. EXT. TAMAN BELAKANG — MALAM

CAST: ALENKA

Tubuh ALENKA melayang di atas rerumputan. Tangisnya masih terdengar.

ALENKA melayang naik mendekati jendela kaca besar di lantai dua.


9. INT. KAMAR ALENKA — MALAM

CAST: ALENKA, MAMA ALENKA

Alenka menembus jendela kaca. Ia menatap ibunya duduk menangis di kursi meja belajarnya.

MAMA ALENKA

Alenka, dengan cara apa mama membawamu kembali. Mama merindukanmu, Alenka.(Beat)
Seandainya saja kau lebih gesit dua pukulan saja, kau pasti sudah menjadi juara satu, Alenka. Dan papa tidak akan menghukummu.

ALENKA berdiri di dekat jendela, menatap mamanya.

MAMA ALENKA terisak.

ALENKA berbalik, melayang pergi.

CUT TO:


10. INT. GOR — SIANG

CAST: ALENKA, PEMUDA LAKI-LAKI

ALENKA duduk di sudut gelap gelanggang olah raga. Banyak orang lalu lalang, tak satu pun menoleh ke tempat Alenka.

Di lapangan bawah, pertandingan sedang berlangsung, 4 lapangan sekaligus. Semi final tunggal putri.

ALENKA mengawasi dengan wajah datar. Tubuhnya diam tak bergeming.

Seseorang membuang botol air mineral, jatuh tepat di pangkuan Alenka. Alenka melirik tajam.

ALENKA membungkuk, memungut botol air mineral, melemparnya kembali pada pemiliknya tepat mengenai kepala.

Pemilik botol celingukan, mencari seseorang yang melempar.

JUMP CUT TO:

Pertandingan usai. Seluruh atlet dan penonton bubar.

ALENKA melayang melewati orang-orang. Yang tersenggol hanya menoleh sekilas, bergidik.

CUT TO:


11. EXT. TEPI JALAN — MALAM

CAST: ALENKA, PEMUDA LAKI-LAKI

ALENKA berdiri di tepi jalan, menunggu.

LAKI-LAKI (25th) yang sebelumnya melempar Alenka dengan botol air mineral, muncul mengendarai motor.

ALENKA jongkok, menangis.

LAKI-LAKI di atas motor berhenti.

LAKI-LAKI

Kenapa kau?

ALENKA mendongak perlahan.

ALENKA

Aku tertinggal. Ponselku ada di tas mama. (Menangis)

LAKI-LAKI

Kau hafal nomor telp orang tuamu?

ALENKA mengangguk.

LAKI-LAKI itu menyodorkan ponselnya.

LAKI-LAKI

Hubungi ibumu. Pakai ini.

ALENKA menekan beberapa nomer di ponsel laki-laki itu, menempelkan ponsel di telinga.

(Beat)

ALENKA menatap ponsel, menggeleng.

ALENKA

Tidak bisa. (Menyerahkan ponsel)

ALENKA kembali menunduk, menyembunyikan kepala diantara lututnya, menangis.

LAKI-LAKI

Sudah, sudah. Jangan menangis. Di mana rumahmu? Ku antar kau pulang.

ALENKA

(Menggeleng)

Rumahku jauh.

LAKI-LAKI

(Mulai kesal)

Baiklah. Ku antar kau ke kantor polisi. Jangan menangis di sini.

ALENKA tidak mendongak, tetap menangis.

LAKI-LAKI

Hey! Ayo lah. Cepat naik. Ini sudah malam. Aku antar kau ke kantor polisi terdekat.(beat)
Kalau susah di atur kau akan di datangi setan. Kau tidak tahu kalau tempat ini angker?

ALENKA

Aku tidak takut setan.

LAKI-LAKI

Ya sudah. Kalau kau didatangi setan rambut panjang, jangan berteriak meminta tolong. Tidak akan ada yang mendengarmu. Di sini sepi.

ALENKA mendongak perlahan, menatap laki-laki di atas motor, berdiri.

LAKI-LAKI itu menegang.

ALENKA

(Suara menggema)

Bagaimana kalau kau yang didatangi setan?

LAKI-LAKI itu menatap ketakutan, menyalakan motor.

Motor tidak bisa di nyalakan.

ALENKA melayang, terbang sejajar dengan mata pemotor.

LAKI-LAKI itu menganga ketakutan.

ALENKA

Kau telah melemparku dengan botol kosong. Maka kau akan menebusnya dengan nyawamu.

LAKI-LAKI

(ketakutan)

Ap-apa...?

ALENKA tertawa nyaring.

CUT TO:

ALENKA melayang pergi meninggalkan mayat laki-laki itu membelalak ngeri di tepi jalan. Motor laki-laki itu hancur pada bagian depan. Pohon kecil di dekatnya tergores, terlihat seperti baru saja tertabrak sesuatu.

FADE OUT


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar