THE AUTHORS
Daftar Bagian
9. Dosa Jariyah

EpisodeĀ 9

Sc. 48 EXT. JALANAN - SORE

Ana baru saja menjemput Raka bermain di rumah temannya dengan mengendarai sepeda motor. Sialnya di tengah jalan hujan turun dengan lebatnya, sehingga mereka berteduh di sebuah toko. Ana dan Raka berdiri di depan toko, ia membuka hapenya lalu memfoto hujan dan jalanan, kemudian menguploadnya ke facebook dengan keterangan.

ANA : Terjebak di sini.

Tanpa di duga, sebuah messenger masuk. Ana memeriksanya, ternyata dari salah satu pembaca yang mengaku penggemar berat tulisannya.

PEMBACA : Assalamualikum, Mbak. Maaf mau nanya Mbak sekarang ada di mana? Karena saya paham foto yang Mbak share di Fb. Rumah saya tidak jauh dari sana, Mbak. Kalau boleh saya ingin bertemu, saya pengemar berat tulisan Mbak meskipun belum bisa beli bukunya. Tolong Mbak, saya cuma pengen bertemu. Saya janji tidak akan meminta apa pun. Cuma pengen bertemu.

Setelah membaca inbox Ana buru-buru menghapus foto itu, tapi sayang pembaca itu terus mendesak dan ingin bertemu. Raka yang melihat Aminya diam langsung menegur.

RAKA
Ami

Menarik baju bagian bawah ibunya. Ana langsung menunduk menatap Raka.

ANA
Apa?
RAKA
Pulang, yuk! Udah nggak hujan kok.
ANA
Oh, iya. Ya sudah yuk pulang.

Ana langsung menuju ke sepeda motor, diikuti oleh anaknya. Mereka langsung menaiki sepeda motornya.

RAKA
Mampir mini market dulu ya, Mi.

Sepeda motor berjalan secara perlahan. Ana baru menjawab permintaan anaknya.

ANA
Ngapain?
RAKA
Biasanya kalau orang mampir ke mini market ngapain?
ANA
To the poin aja, mau beli apa?
RAKA
Pinter, mau beli susu sama roti tawar.

Ana berdecak kesal, lalu menatap Raka sinis dari kaca spion. Raka membalas menatap mata ibunya seraya tersenyum sinis dan menaikturunkan alisnya.

CUT TO

Sc.49 INT. KAMAR ANA - MALAM

Saat Ana masih di depan laptop, menulis. Gawainya berbunyi, dilihatnya nampak ada notifikasi dari facebook. Ternyata sebuah pesan masuk dari pembaca yang sama.

PEMBACA : Mbak, bisakah kita bertemu. Kalau Mbak tidak ada waktu keluar saya akan datang kerumah Mbak, saya sudah tahu kediaman Mbak. Sumpah saya tidak ingin apa-apa Mbak, Cuma ingin bertemu.
ANA : Maaf baru sempet bales. Mbak tahu dari mana alamat saya?
PEMBACA : Alhamdulillah di bales. Saya bertanya dengan salah satu teman facebook Mbak yang tempat tinggalnya satu wilayah dengan saya.
ANA (Mendongak, pasrah) : Oke mbak, kita meet up besok ya. Di cafe dekat pemandian saja.
PEMBACA : Ya Allah, seneng banget. Siap Mbak saya tunggu besok.

Ana menunduk di depan laptop sambil memijat ketukuk.

CUT TO

Sc. 50 INT. CAFE - SIANG

Ana datang ke cafe bersama Rana dan kedua anaknya. Seorang pelayan datang mendekat.

PELAYAN
Pesan apa, Mbak?
ANA
Adek sama Abang mau pesan apa, Rana? ( Menatap Rana)
NOVAL
Mau susu Ami
RAKA
Abang Cuppucino
RANA
Aku es teh aja, Mbak.

Ana Menulis pesanan, setelahnya memberikannya pada pelayan cafe.

ANA
Makasih ya, Mbak.
PELAYAN
(Menunduk)
Sama-sama Mbak. Saya permisi dulu.

Setelahnya Ana memilih foto-foto bersama anaknya. Tidak berapa lama masuk seorang wanita Dini (P/27) menggendong seorang anak kecil Anggi (P/2) dengan kain bercorak merah muda. Wanita itu berhijab instan berwarna kuning. Ia langsung menghampiri Ana.

DINI
Assalamulaikum, Mbak Ana ya?

Mengulurkan tangan mengajak bersalaman.

ANA
Waalaikumsalam. Iya

Tersenyum menerima uluran tangan.

DINI
Ya Allah, alhamdulillah seneng banget bisa ketemu. Maaf ya Mbak kalau saya ngerepotin. Terima kasih sudah mau bertemu sama saya.
ANA
Iya, sama-sama Mbak. Silakan duduk, mau pesan apa? Ya ampun dedeknya cantik banget.

Mencubit pelan pipi anaknya si Dini. Dini duduk, lalu membaca menu.

DINI
Saya nggak pesan apa-apa, Mbak.
ANA
Pesen aja Mbak nggak apa-apa, kok. Minumnya mau apa?
DINI
Kalau begitu untuk anak saya saja.
Ana
Mbak, biasa aja. Silakan pesan saya serius. Jangan sungkan.

Dini Memeriksa menu dengan wajah canggung.

DINI
Pisang goreng aja, Mbak. Sama teh manis.
ANA
Oke. Mbak!

Ana Memanggil pelayan, kemudian pelayan mengampiri mereka. Ana memesankan pesanan si Dini. Setelahnya pelayan pergi dari sana.

DINI
Saya bahagia banget, Mbak mau bertemu dengan saya. Maaf cuma bisa baca di media sosial. Saya nggak punya cukup uang untuk membeli bukunya.
ANA
Nggak apa kok, Mbak. Mbak sudah hadir disetiap postingan saya saja itu sudah makasih banget. Nanti aku pinjemi aja bukunya, yang penting dijaga, jangan sampai rusak.
DINI
Alhamdulillah, serius Mbak?

Ana Mengangguk, tersenyum lalu menatap anak kecil di gendongan Dini.

ANA
Adek cantik ini siapa namanya?
DINI
Nama anak saya Anggi, Mbak. Saya sudah 2 kali menikah ...
ANA
Oh ... sama suami pertama mungkin belum jodohnya, Mbak.

Mereka terus berbincang, sementara Noval dan Raka sibuk bermain game di hape masing-masing. Sore mereka menyudahi obrolan. Nampak pembaca mengeluarkan uang pecahan 10ribuan untuk ikut membayar.

ANA
Nggak usah, Mbak. Biar saya saja. Uangnya simpen untuk kebutuhan lainnya aja.

Dini Merasa tidak enak.

DINI
Serius, Mbak? Saya jadi nggak enak. Makasih banyak ya, Mbak. Maaf banget ngerepotin. Saya seneng banget ketemu Mbak hari ini.
ANA
Saya juga seneng, Mbak. Jadi nambah saudara baru. (Ana menoleh ke arah pelayan) Mbak! Tolong bungkus 1 untuk dibawa pulang mbaknya.
PELAYAN
Oke Mbak.
DINI
Sekali lagi terimakasih banyak ya, Mbak.
ANA
Sama-sama.

CUT TO

Sc. 51 INT. RUMAH EDI/KAMAR - MALAM

Ana sudah menyusun kamar sedemikian rupa. Ia berencana akan melakukan siaran langsung untuk menyapa pembaca malam ini melalui aplikasi facebook. Hari yang melihat Ana heran. Tidak biasanya ia rapi di rumah.

HARI
Mau ngapain, Mi?

Ana mendorong-dorong meja batu berbentuk bulat. akan dipindahkan ke sudut kamar, tapi karena berat jadi tidak bisa.

ANA
Bisa bantuin? Uhhhhh!!
HARI
Posisinya mau dimana ini meja batu?

Ana Ter-engah-engah, lalu menunjuk sudut ruangan.

ANA
Situ ...

Hari Mendekat, mengotak atik bagian bawah meja sebentar, kemudian dengan santai mendorongnya ke sudut ruangan.

ANA
(Bengong) Wah, parah. Ayah kok nggak bilang kalau meja ini ada rodanya.
HARI
Emang Ami nanya? (Muka jutek terus pergi begitu saja)
ANA
(Mendengkus, kesal) Hah! Untung sayang.

Ana mempersiapkan semua dengan matang. Memasang salon kecil di dekat laptopnya. Dia bertekad akan go public mulai hari ini. Setelah siap ia duduk lesehan di depan laptop yang diletakkan di atas meja bulat, sementara hape sudah siap untuk menyorotnya. Ana memejamkan mata sebelum memulai, kemudian mengucap bismillah dan memulai live di facebook. Awalnya sepi, tapi kemudian ramai pembaca yang mampir dan dengan antusias Ana menyapanya.

CUT TO

Sc. 52 INT. RUMAH EDI/RUANG TAMU - SIANG

Ana sedang berbalas pesan via chat WA di group author kece.

ANA (S.O) :Halo semua, Assalamualaikum semua. Sepi nih, lagi pada apa?
MAYA (S.O) : Hay, Dek. Uni lagi nungguin anak-anak kumon.
ERSHE (S.O) : Kalau aku lagi masak nih. Masak mie sama suami.
NISA (S.O) : Hay, semua ... cie cie Mbak Ershe (Emot love)
IFAH (S.O) : Kalau Uni lagi kerja, nih.
MAYA (S.O) : Eh, udah lihat bukunya si Yuma belum? Gila ya laku seton.
ANA (S.O) : Widih ... keren.
ERSHE (S.O) : Banyak banget ya.
NISA (S.O) : Banyak Un, tapi sayang aja kalau rejekinya nanti kurang berkah. Soalnya dia nulis cerita dewasa, sementara dia belum menikah. Oke fine cerita dewasanya. Masalahnya dia nulis nggak tanggung-tanggung, adegan esek-esek ditulis secara gamblang. Aku ada juga adegan dewasanya di salah satu bukuku. Tapi inshaa Allah, bagi yang membaca tidak akan menimbulkan nafsu, karena adegan itu aku ganti dengan puisi.
MAYA (S.O) : Iya, Nis. Uni juga sekarang lebih selektif memilih kata yang tepat untuk hal itu. Dulu di buku Uni ada tuh kata-kata melumat dan memangut, tapi kini semua buku Uni udah direvisi dan nggak ada kata semacam itu lagi.
IFAH (S.O) : Sama, Un. Di bukuku juga ada adegan malam pertama, tapi aku pake kiasan dan inshaa Allah tetep bikin baper, tanpa menimbulkan syahwat. Jangan kotori dunia literasi dengan alasan bebas berimajinasi dan seni. Tanpa kita sadari bacaan-bacaan masa kini yang ada di aplikasi, mudah sekali di akses oleh para remaja dan kebanyakan itu bacaan yang tidak mendidik serta jauh dari kata pantas untuk dikonsumsi oleh anak seumuran mereka. Tanpa kita sadari bisa jadi literasi juga yang menjadi salah satu akibat bobroknya ahlak para remaja masa kini. Mereka melegalkan sex bebas dan pacaran yang tidak sehat. See, berapa banyak kasus hamil di luar nikah, pembuangan bayi dan lain sebagainya.
ANA (S.O) (Terdiam, lalu mengetik balasan) : Ya ampun, aku banyak adegan malam pertamanya. Tapi kata beberapa readerku masih dalam batas wajar dan normal. Kata mereka juga kalau baca kesannya manis aja, bukan geli dan nimbulin nafsu kok.
ERSHE (S.O) : Aku juga sama, Dek. Inshaa Allah akan berbenah dikit-dikit.
MAYA (S.O) : Iya, adek-adek. Kita harus menulis hal yang baik-baik karena membaca bisa menimbulkan efek yang sangat hebat. Membaca itu mampu memanipulasi otak. Karena itu bagi yang suka baca buku bisa menimbulkan efek yang sangat besar dalam hidupnya. Kalau ceritanya bagus itu membekas. Adegan-adegan didalamnya juga seolah-olah mereka bisa merasakan. Bayangkan kalau kita menulis hal-hal yang membuat para remaja bisa berimajinasi secara berlebihan, seperti adegan panas dan vulgar. Jangan sampai mereka jadi penasaran dan mempraktekan hal itu di dunia nyata. Nauzubillahiminzalik.
NISA(S.O) : Setuju Uni. Jika tulisan kita membawa pengaruh buruk untuk yang baca. Bukan hanya mereka yang melakukan, tapi kita yang menulis juga akan mendapatkan dosa jariyahnya juga. Tulisan kita itu jejak digitalnya tidak akan hilang. Misal ibunya yang beli buku cetak, lalu tanpa sengaja anaknya yang dibawah umur ikut baca. Karena dia merasa bagus di bawa ke sekolah, ngajak temen-temennya baca juga, misalnya. Itu apa nggak dosa jariyah penulisnya mengalir terus tanpa bisa dikendalikan?
ANA (S.O) (Menggigiti kuku, khawatir. Lalu kembali membalas) : Iya ya Mbak. Tapi Inshaa Allah buku aku masih dalam batas wajar kok Mbak.
MAYA (S.O) : Uni juga baru kepikiran yang kayak begini, Nis. Semua temen-temen di sini harus nulis hal yang baik, ya. Siapa lagi yang memikirkan hal seperti ini kalau bukan dari diri kita sendiri, penulisnya.

Sejak kejadian hari itu, Ana jadi jarang nimbrung. Dia kadang hanya menyimak obrolan para teman-teman penulis di sana.

ANA (V.O)
Kalau dalam cerita yang melakukan adegan romantis adalah pasangan yang halal (Suami-istri) apa tetap berdosa? Kenapa aku tidak sependapat dengan pemikiran mereka? Toh yang aku tulis masih dalam batas wajar, tanpa menuliskan adegan ranjang suami istri yang gamblang ketika berhubungan di ranjang.

FADE OUT/FADE IN

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar