THE AUTHORS
Daftar Bagian
8. Berdiri Sendiri

Episode 8

Sc. 42 RUMAH EDI/RUANG TAMU - MALAM

Hari pulang membawa sebuah kotak, dan langsung menemui Ana yang sedang duduk di ruang tamu.

HARI
Mi, hapenya udah dateng.
ANA
Wah, Alhamdulillah. Cepet ya Yah.

Hari Duduk di samping Ana dan menghidupkan hape dengan wajah masih kesal.

HARI
Ini nomor baru Ami. Ilangin lagi nanti.

Ana tersenyum samar sambil memperhatikan suaminya.

ANA
Cara mengoperasikannya gimana, Ayah?
HARI
Cara pakainya sama dengan hape lama.
ANA
Siap, Ayah.
HARI
Ya sudah, Ayah mau mandi dulu. Telepon Ibu di kampung, udah lama Ami nggak nelepon kan. Sok sibuk banget. Semua nomor sudah Ayah simpan. Tinggal cari aja

Hari memberikan hape dan pergi begitu saja. Ana langsung menelepon keluarga. Mencari nama Ina (P/32), saudari ketiganya dan menekan tombol panggilan vido call pada aplikasi whatsapp--nya. Tidak berapa lama muncul wajah Ina dan langsung tersenyum saat melihat wajah Ana di layar hape miliknya.

INA
Halo!
ANA
Assalamulaikum dulu, Mbak!
INA
Iya, iya. Waalaikumsalam, kenapa nih nelepon malam-malam. Kangen, rindu apa mau nagih utang? Widih hape baru dia.
ANA
Mau nanya kabar Ibu sama Bapak juga yang lainnya. Baru dateng hari ini, buat ngetes jadi nelepon kamu Sist.
INA
Oh, alhamdulillah sehat semua. Kebetulan ini lagi di rumah Ibu, mau ngomong? Eh tapi masih salat Isya, nanti aja, ya. Ihh,swombong banget, bilang aja kangen!
ANA
(Hanya memonyongkan bibirnya)
Bapak ke mana?
INA
Yasinan.
ANA
Oh, ada gosip apa di sana?
(Menaik turunkan alis)
INA
(Cemberut)
Ish, dasar ratu gosip. Nggak ada, Cuma anaknya Bude Rini, cucunya Mbah Rina, adiknya Nani besok nikah.
ANA
Wah, yang namanya Rainina Nana, ya?
INA
Iyaaa ...
ANA
Eh itu kan masih kecil, ya? Cepet banget nikah.
INA
Kata siapa, dia udah remaja, kamu yang makin tua. Nggak sadar diri banget sih?
ANA
Ups, iya. Aku berasa muda terus soalnya.
(Nyengir)
INA
Halah! (Menoleh ke belakang) Eh, ini Ibu sudah selesai salat Isyanya.

Ina memberi tahu pada Ibunya, Nur (P/60) bahwa Ana, putri bungsunya menelepon. Tidak berapa lama layar penuh oleh kening Nur.

NUR
Halo Assalamulaikum.
ANA
(Dahi mengerut)
Waalaikumsalam. Ibu kok mukanya nggak keliatan sih?
NUR
(Memindahkan ponsel ke telinga) Halo, apa?
ANA
Ibu, ponselnya taruh di depan muka.
NUR
(Menempelkan layar ke muka)
Haloo ...

SOUND EFFECT (Suara tertawa semua orang di ruangan itu)

ANA
(Antara kesal dan merasa lucu)
Ahh, Ibu!!

Kamera berputar-putar lalu pada akhirnya wajah Nur terlihat jelas.

NUR
Halo, gini?
ANA
Iya .... mosok di tempel di muka.
NUR
Ya, Ibu kan nggak tahu. Gimana sehat semua?
ANA
Alhamdulillah, sehat, Bu. Ibu gimana?
NUR
Alhamdulillah sehat ... cucu-cucu Ibu mana yang ganteng-ganteng? Di sini punya cucu 5 perempuan semua.
ANA
Lagi ngaji, Bu. Mereka biasanya pulang dari salat magrib langsung ngaji di mushola sampai isya.
NUR
Oh, iya. Pinter-pinter banget cucu Ibu
(Tersenyum)

Ana Merasa merindukan kampung halaman dan keluarga, ia langsung mengalihkan pandangan, mengusap ujung mata, sedih.

NUR
Halo, Na. Kok nggak ada mukamu?
ANA
(Tiba-tiba nongol dilayar)Baaa!!
NUR
Astaghfirullah ... kamu ngagetin aja, ah!

Ana tertawa, selanjutnya mereka terus bertukar cerita. Dari urusan masak sampe gosip tetangga. Kadang nangis, kadang juga tertawa.

FADE OUT/FADE IN

Sc. 43 INT. TERAS DEPAN - SORE

Ana sedang mencabuti rumput di halaman depan rumah sambil memutar lagu Ya Habibal qolby milik Nisa Sabyan ditemani Noval. Anak itu sibuk mewarnai gambar.

NOVAL
Ami ...
ANA
Em ...
NOVAL
Kapan sih kita mau liburan ke rumah Mbah Nun?
ANA
Nanti lebaran ya, Nak.

Musik terhenti, berganti suara notifikasi bahwa ada chat masuk. Ana bergegas mencuci tangan dan mengambil gawainya. Ternyata pesan dari group wa para penulis.


MAYA (S.O) : Assalamualaikum semua ... Eh jadi kan kita mau VC hari ini? Atau kita zoom aja supaya bisa ikut semua.
ANA (S.O) : Waalaikumsalam, Uni. Aku bisa Un, kasih tahu aja jam berapa, ya.
ERSHE (S.O) : Aku nggak bisa, Un. Soalnya ada kerjaan.

Satu persatu mengatakan ada yang bisa dan mengatakan tidak bisa. Akhirnya hanya 4 orang yang bisa melakukan vidio call hari ini.

CUT TO

Sc. 44 INT. KAMAR ANA - SIANG/SORE

Ana sudah bersiap untuk melakukan VC bersama keluarga OL, Uni Maya dan lainnya. Semua janjian pakai hijab warna pink. Tidak berapa lama ponsel bergetar. Nampaklah wajah Uni Maya, Riri dan Diti.

MAYA
Halo Assalamulaikum semua ... (Tersenyum)
ANA
Wah, waalaikumsalam Uni ... (Melambaikan tangan.)
RIRI
Waalaikumsalam ...
(Menutup muka, malu)
DITI
Waalaikumsalam, haduh ... malu aku Uni.
(Tersenyum samar)
MAYA
Kenapa? Jangan malu-malu lah kita keluarga. Sore ini mau bahas apa nih? Cara branding nama yang baik untuk penulis pemula? Uni rasa adek Ana kalau sekarang udah kayak Uni dia. Udah lumayan dikenal.
ANA
Aku aminin aja ya, Un.
(Tertawa)
DITI
Iya, kalau Mbak Ana, emang udah keliatan. Dia bisa membaur dengan pembaca. Kalau aku masih agak kaku sih.
RIRI
(Diam, matanya berkedip beberapa kali)
Uni, aku malu.
ANA
(Tertawa)
Malu kenapa, orang sama-sama perempuan malu.
MAYA
Iya, jangan malu-malu lah ... ayok kita mulai belajarnya.

Hari itu para wanita beda generasi saling bertukar ilmu dan pengetahuan. Ana nampak bahagia bertemu dengan keluarga OL nya meskipun hanya lewat vidio call saja. Diakhir pertemuan, tidak lupa mereka men-screenshot layar untuk foto bersama dengan membawa novel karya masing-masing.

CUT TO

Part 45 INT. KAMAR ANA - MALAM

Ana sedang duduk sambil membaca buku milik Uni Maya, disampingnya berbaring Hari bermain ponsel.

ANA
Ayah ...
HARI
Emm
ANA
Kapan ya, Ami bisa kayak orang-orang sekali open PO bisa kebeli motor baru.
HARI
Ehemm ... semoga suatu saat.

Ana Mengulum senyum, duduk lebih dekat.

ANA
Emang, Ayah sudah bolehin Ami nulis?
HARI
Hem, hem ... tergantung.
ANA
(Mengerutkan dahi) Kok tergantung?
HARI
Selama ini diem-diem ternyata masih aja nulis, ya!
(Agak kesal)
ANA
Habisnya hobi, Yah. Dari pada Ami keluyuran, terus ngerumpi, ngegibah sama tetangga kan berdosa? Mending Ami nulis di rumah. Berkarya dan menghasilkan uang,jadi bisa ajak anak-anak jajan tanpa minta uang sama Ayah.

Hari Menarik napas panjang, kemudian menatap istrinya, menepuk-nepuk pucuk kepalanya seraya tersenyum)

ANA
Boleh apa nggak?
HARI
Nanti di kasih tahu boleh apa nggak (Kembali fokus ke layar hape, menggoda istri)
ANA
Ih, ayah! (Mulut mengerucut)

Hari mengulum senyum.

CUT TO

Sc. 46 INT. RUMAH EDI/DAPUR - PAGI

Ana sedang Memetik sayur kangkung sambil mengajak Noval bermain. Tangkai bagian tua sayur kangkung akan diberikannya pada Noval, lalu anak itu akan memotong-motongnya jadi beberapa bagian.

ANA
(Sambil mengawasi Noval bermain dengan pisau kecil)
Berapa Mang harganya itu?
NOVAL
Sepuluh juta ribu, Mi.
ANA
Mahal banget. (Masih terus memetik sayur kangkung) beli lima ribu saja.
NOVAL
Baik.

Noval Berdiri, mengambil mangkuk, lalu kembali mendekati ibunya, lupa mengambil sendok, ia berdiri lagi menuju meja makan, berjinjit kecil mengambil sendok, lalu kembali lagi. Sayuran yang sudah dipotong dimasukkan dalam mangkuk, lalu diaduknya dengan sendok.

NOVAL
Ini, mana duitnya?

Ana Pura-pura merogoh kantung celana, lalu memberikannya pada Noval.

ANA

Ini, Mang.
NOVAL
(Pura-pura mengambil)
Terima kasih ...

CUT TO

Sc. 47 INT. KAMAR ANA - MALAM

Raka dan Noval terlihat tertidur pulas, sementara Ana sibuk mengetik di depan laptopnya. Bolak-balik memeriksa hapenya. Ia sedang berkirim pesan dengan seseorang yang biasa dipanggilnya Mbak Lian.

ANA : Mbak, aku udah tarik naskah dari penerbit. Nanti mau minta tolong Mbak editin dan layout ulang, bisa?
MBAK LIAN : Bisa kok, Mbak.
ANA : Aku mau self publising, Mbak. Uni Maya udah ajarin semuanya.
MBAK LIAN : Boleh, Mbak.
ANA : Biasanya berapa, Mbak? Emot ketawa
MBAK LIAN : Kalau di penerbit biasanya dihitung perhalaman, Mbak. Emot senyum
ANA : Untuk layout gimana itu, Mbak?
MBAK LIAN : Beda lagi Mbak. Kalau untuk layout ngitungnya perbuku. Emot senyum
ANA : Okelah, mau sama Mbak Lian aja.
MBAK LIAN : Siap, Mbak. Nanti kabarin aja ya ... Emot nyengir

Ana terdiam cukup lama, lalu kembali memeriksa setiap isi chat mereka.

ANA (V.O)
Sebenernya Mbak Tian ini laki apa perempuan, ya? Setiap kali ditanya kenapa nggak mau jawab? Selama ini aku panggil Mbak. Cuma takut salah aja sih!

Ana menghela napas panjang lalu mengembusakannya perlahan. Selanjutnya meletakkan ponsel ke meja dan kembali fokus pada laptopnya.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar