THE AUTHORS
Daftar Bagian
5. Diramal

Episode 5

Sc. 26 EXT. TOKO MANISAN - SIANG

Wajah Ana berbinar saat membaca informasi dari dua penerbit yang berbeda. Ini pertama kalinya Ana mendapatkan bayaran dari hasil menulisnya. Ana langsung menarik uang yang baru saja di transfer oleh penerbit dan mampir ke toko manisan, untuk membelanjakan berbagai macam sembako untuk dibagikan ke orang-orang yang lebih membutuhkan di sekitarnya.

ANA
Jadi berapa semua, Mbak? Bisa sekalian di bungkusin pake kantung besar.
PENJUAL
Bisa. Jadi, dalam satu bungkus isi apa aja?
ANA
Isinya minyak 2kg, Gula 1kg, Beras 5kg, Sabun mandi 3, Odol 3, Teh kotak 1, susu 1 kaleng, sunlight yang sedang 1, sama ... satunya apa, ya?

Ana Berpikir. Melihat itu si penjual tersenyum.

PENJUAL
Gimana kalau kecap?
ANA
Oke. Kecap bungkusan ukuran sedang aja, masing-masing 1 kantong ya, Mbak.
PENJUAL
Jadi semuanya berapa kantong sembako?
ANA
Semuanya jadiin 15 kantong aja ya Mbak.

Penjual bergegas memanggil pelayannya untuk menyiapkan semua.

ANA (V.O) : Alhamdulillah ya Allah, akhirnya bisa sedekah pake penghasilan sendiri.

Setelahnya Ana dan Rana pergi menaiki sepeda motor untuk membagikan sembako-sembako tersebut.

CUT TO

Sc. 27 EXT. RUMAH PARA TETANGGA - SORE

Sepeda motor berhenti di samping rumah yang terbuat dari papan yang sudah tak layak huni. Ana turun dengan membawa sekantung sembako di tangan diiringi Rana.

Ana berdiri di depan pintu.

ANA
Assalamualaikum ....

Tergopoh keluar dari dalam rumah, tetangga Ana yang bernama Bik Unah (p/45) membuka pintu.

BIK UNAH
Waalaikumsalam. Eh Dek Ana, ayo masuk.

Setelah pintu terbuka, Ana mengajak bersalaman.

ANA
Di sini saja. Apa kabar Bik?
BIK UNAH
Baik Alhamdulillah, Dek. Eh ada perlu apa nih?

Tersenyum ramah.

ANA
Alhamdulillah ... Jadi, maksud kedatangan saya ke sini itu untuk berbagi rejeki, Bik. Alhamdulillah novel saya laku, dan saya ingin berbagi berkah rejekinya sama Bibik dan tetangga lainnya yang berhak mendapatkan ini.
BIK UNAH
Alhamdulillah ya Allah. Serius ini untuk Bibi?
ANA
Iya, Bik. Maaf cuma bisa kasih ini.(Mengulurkan kantung berisi sembako) Semoga bisa sedikit meringankan beban Bibi. Oh iya, Boleh minta fotonya nggak, Bik? Bukan apa-apa, hanya untuk ucapan terimakasih kepada pembaca karena sudah berbagi rejeki dan saya berharap berkah manfaatnya juga mengalir pada mereka, Bik.
BIK UNAH
Oh, boleh dong. Tapi Bibi ganti baju dulu, ya. Mau pake hijab dulu, pake bedak tipis-tipis dulu.

Rana bersiap membidik Ana dan Bik Unah dengan ponselnya. Mendengar Bik Unah yang kurang percaya diri, baik Ana dan Rana sama-sama tersenyum.

RANA
Gitu aja cantik kok, Bik.
BIK UNAH
Ah, kamu bisa saja. pokoknya Bibi mau keliatan cantik di foto nanti. Tunggu sebentar, ya!

Rana dan Ana Saling pandang, lalu tertawa bersamaan, bahkan diiringi tawa Bik Unah juga. Tidak berapa lama Bik Unah sudah siap dengan wajahnya yang sudah dilapisi bedak.

RANA
Sudah nih?
BIK UNAH
Siap dong!

Ana langsung bersiap, dan mendekat, tidak berapa lama Ana kembali mengulurkan sembako pada Bik Unah. Bik Unah menoleh ke arah kamera seraya tersenyum dan ... cekrek! (Beat)

Rana dan Ana kembali membagikan sembako ke rumah tetangga lainnya yang memang layak menerima bantuan. Berbagai doa dan ucapan terima kasih mengalir dari bibir mereka untuk Ana. Ana berharap semoga rejeki dari menulis yang didapatnya berkah dunia dan akhirat.

CUT TO

Sc. 28 INT. RUMAH EDI/RUANG MAKAN - MALAM

Semua anggota keluarga sedang makan bersama di meja makan. Termasuk Hari yang pulang lebih cepat.

EDI
Na, tadi pergi ke mana sama Rana? Katanya bagi-bagi sembako, ya?

Ana Gelisah, berulang melirik suaminya. Takut ketahuan kalau masih suka menulis.

ANA
Ehh, iya Ayah. Alhamdulillah royalti dari penerbit udah cair, jadi sesuai janji. Penghasilan pertama dari menulis aku sumbangkan semuanya.

Wajah Hari mulai memerah, menahan marah.

EDI
Kamu keren loh. Guru bahasa Indonesia saja belum tentu bisa mengarang cerita seperti kamu. Apalagi novel kamu tuh kayaknya tebel. Besok mau ayah bawa ke sekolah, mau Ayah tunjukin ke teman-teman.
ANA
Iya. Ayah. Terima kasih, ya ...
EDI
Hebat kamu.
RANA
Temen aku aja syok semua waktu aku ceritain kalau Mbak itu sekarang udah jadi pengarang buku.
NOVAL
Ami calon artis, foto Ami suka ada di buku, ya!
RAKA
Ami itu penulis, bukan artis.

Rana dan Edi tertawa. Sementara Ana berulang menatap wajah suaminya. Hari telah selesai makan.

HARI
Ayah, aku langsung ke toko, ya. Ada kerjaan.
EDI
Baru jam berapa, Nak. Biasanya malam pulang ke tokonya.
HARI
Udah ditunggu Dimas, Yah.
EDI
Oh, ya sudah

Ana bergegas mengikuti langkah kaki suaminya menuju keluar rumah. Ana hanya diam, tidak berani mengatakan apa-apa.

ANA (V.O) :Yaa jadi ketahuan deh selama ini masih nulis. Padahal kan sudah janji mau berenti.

Sambil menatap kepergian Hari dengan wajah manyun.

CUT TO

Sc. 29 INT. RUANG KELUARGA - SORE

Ana sedang menemani Noval menonton TV sambil bermain ponsel. Tiba-tiba ada chat WA masuk, terlihat nama Uni Maya di layarnya.


MAYA (S.O): Assalamulaikum, Dek. Lagi sibuk nggak?
ANA (S.O): Waalaikumsalam, Uni. Nggak juga kok Un, kenapa?
MAYA (S.O): Dek, kita buat group WA khusus penulis, yuk! Kayaknya seru dek saling dukung gitu. Uni ada kenalan penulis asal kalimantan itu. Kami berbalas pesan. Namanya Mbak Yani, adek sudah baca ceritanya di komunitas? Rame terus dek ...
ANA (S.O): Iyakah Un? Mbak Yani, ya? Kayaknya aku pernah ngikutin ceritanya. Tulisannya memang bagus dan rame terus Un. Boleh Uni kalau mau buat group. Aku ngikut aja.
MAYA (S.O): Oke, Uni ajak dulu ya. Siapa tau mau. Kan enak bisa sharing soal kepenulisan kita nanti.
ANA (S.O): Siap Uni, kabarin aja.

Sedang asik berbalas pesan, Noval mendekat menatap ibunya.

NOVAL
Ami, mau minum teh.
ANA
Bentar lagi ya, Nak.

Sibuk dengan hapenya. Tak kunjung dihiraukan Noval mengambil bantal dari kamar kakeknya, lalu kembali mendekati ibunya. Setelah dekat, Noval memukul wajah Ibunya begitu saja dengan bantal, kesal. Ana Berkedip beberapa kali sambil menatap Noval.

ANA
Kok gitu sama Ami?
NOVAL
Anaknya Ami itu adek, bukan hape. Jadi urusin adek, bukan urusin hape

Wajah polos menatap ibunya.

SOUND (Suara jangkrik)


Setelah hari itu satu persatu penulis diajak bergabung ke group itu. termasuk Lia, Ana mengajak sahabatnya itu bergabung di sana, mengingat Lia juga ingin suatu hari menjadi sorang penulis. Setiap kali ada yang open PO buku mereka pasti saling membantu untuk promosi. Share cerita penulis lainnya di wall facebook masing-masing supaya bisa saling bertukar pembaca. Anggota yang tadinya hanya empat kini menjadi 13 orang. Setiap penulis pun memiliki genre tulisannya masing-masing. Mulai dari horor, teenlit, romantis, ada juga yang lebih ke dakwah dan lain sebagainya. Lengkap sudah personil mereka.

CUT TO

Sc. 30 INT. RUMAH EDI - MALAM

Ana mengembuskan napas kasar, suaminya tidak marah, tapi sekarang lebih pendiam. Iseng dia membuka wall facebooknya. Perlahan pembaca dari sabang sampai marauke mulai mengenalnya. Status di wall pribadi juga selalu ramai. Puas melihat wall sosial media, Ana beralih membuka group ‘Author Kece’

ANA : Sepi, lagi pada ngapain nih?
DITI : Halo, Mbak. Belum tidur?
SHASA : Halo, semua.
ANA : Nggak bisa tidur nih, Hay Mbak Shasa.
NISA : Haderrr
MAYA : Dek, bontot belum tidur nih?

Akhirnya semua saling berbalas pesan di sana, tidak jarang Ana tersenyum sendiri saat membaca obrolan yang tak tentu arah. Puas berbagi cerita di group. Ana kembali membuka akun facebooknya. Mengetik apa saja yang ada di kepala, lalu menguploadnya di group Komunitas.

CUT TO

Sc. 29 EXT. PASAR TRADISIONAL - PAGI

Rana dan Ana nampak kesusahan membawa dua keranjang belanjaan di pasar tradisional. Suasana cukup sesak karena ramai pengunjung. Setiap hari minggu Ana dan Rana belanja untuk keperluan seminggu di rumah.

ANA
Ran, Mbak nunggu di sini, ya.
(Di lapak tukang sate)
RANA
Iya, Mbak. Tinggal beli buah sama makanan, ya?

Ana Mengelap keringat di dahi.

ANA
Iya, Mbak capek banget. Mbak nunggu di sini sambil nunggu belanjaan. Kamu yang keliling, ya!
RANA
Ya udah aku keliling dulu ya, Mbak!
ANA
Oke.

Rana menjauh. Tiba-tiba terdengar suara musik dari arah kanan, kemudian suara seseorang bernyanyi. (Sound Lagu Rhoma Irama Nasib Orang Buta) Ana berdiri dan melihat ke arah kanan. Terlihat seorang pengemis bernyanyi. Pria tanpa pakaian dan tanpa kaki. Matanya juga buta dan tangannya tak sempurna, duduk di tengah keramaian. Ia membawa salon kecil dan memegang mic berwarna hitam. Suaranya indah memecah keramaian pasar. Ana mendekat, kemudian berdiri tak jauh darinya.

PENGEMIS : Terangnya dunia, tak dapat dipandanginya. Indahnya dunia, tak dapat dinikmatinya. Terang bagi orang, gelap bagi dia. Indah bagi orang, suram bagi dia.

Ana memperhatikan pengemis itu sampai ia selesai bernyanyi, kemudian mendekat. Sampai di depan pengemis, Ana Membungkuk, lalu memasukkan uang 20ribu (Beat)

ANA
Pak, kacamatanya ganti, ya? Biasanya warna item? (Tersenyum)
PENGEMIS
Lagi musim warna putih, Mbak. Biar nggak ketinggalan jaman.
ANA
Uuwuw, keren, Pak. Sehat-sehat ya, Pak.
PENGEMIS
Aamiin, makasih ya, Mbak.
ANA
Sama-sama.

Menjauh dan kembali ke tempat semula. Bosan menunggu Rana, Ana mengeluarkan hape dari dompet, lalu mengotak atik sesuatu.

ANA (V.O) : Sambil nunggu, coba ah cek cerita yang aku tulis semalam.

Membuka aplikasi facebook dan mengecek ceritanya. Terlihat angka 2000 like dan ratusan komentar.

ANA (V.O) : Kurang apa, ya? Pembukaannya dah bagus, nih? Judulnya apa kurang nendang?

Ana mengedit judul pada ceritanya. Yang awalnya Cinta Raja berganti menjadi Pelakor Bermartabat.

ANA (V.O) : Emang ada pelakor bermartabat?(Geleng kepala dan tertawa)

Tiba-tiba Rana sudah ada di sampingnya membawa bungkusan di tangan.

RANA
Mbak, udah. Yuk pulang!
ANA
(Langsung menoleh, kaget)
Kamu, nggak ketahuan datangnya. Kayak ... (Berbisik) Uka ... uka ...
RANA
Mbak asik sama hape, jadi nggak sadar aku datang. Ih, ngomongin uka-uka siang-siang gini, nggak mempan kalau mau nakutin.
ANA
Pura-pura takut aja Ran, nyenengin hati orang kan dapet pahala.

Rana hanya tertawa. Mereka beriringan menuju ke parkiran sambil bersusah payah membawa dua keranjang yang penuh sayuran. Sampai di parkiran Rana langsung mengeluarkan sepeda motor dari area parkir dan membayar, sementara Ana menunggu. Saat sedang menunggu seorang pria yang berjualan ikan di dekatnya menyapa.

PENJUAL IKAN
(Menatap, lama) Nama kamu siapa?
ANA
Saya Ana, Pak. (Tersenyum samar)
PENJUAL IKAN
Dari mata kamu saya baca. Ke depannya kamu akan jadi orang yang sukses.

Rana datang mendekat dan berdiri setelah men-standar-kan sepeda motornya. Ana tertegun manatap si penjual ikan.

ANA
(Ragu mau bicara) Aamiin.
RANA
(Bersiap mengangkut belanjaan) Mbak, ayo!
PENJUAL IKAN
Tapi semua kembali ke Allah, hanya saja saya membacanya seperti itu.

Ana dan Rana langsung buru-buru menuju ke sepeda motor, lalu Rana sibuk menyusun semua letak kantung dan keranjang supaya mereka bisa pulang tanpa ada belanjaan yang tertinggal.

ANA
Udah belum?
RANA
Udah, Mbak. Hayuk naik. Pelan-pelan ya ...

Perlahan Ana menaiki sepeda motor bagian belakang. Si penjual ikan tersenyum saat melihat Ana yang nampak seperti orang ketakutan. Perlahan sepeda motor mereka menjauh dari sana.

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar