SKENARIO : RUSH LOVE
8. ACT 8 - Anak Sambung

EXT. TAMAN KAMPUS - NIGHT

Aiman dan Toscha bersembunyi dibalik semak-semak. Mereka terlihat sedang mengamati situasi di lapangan basket, dimana Rudi dan teman-temanya sedang berkumpul sambil berdiri.

TOSCHA
Lu serius soal ini? Mereka ada 16 orang. Apa enggak sebaiknya Lu panggil karyawan Lu! Atau tukang pukul sewaan seperti biasanya!
AIMAN
Kita ada disini bukan untuk menghajar mereka, tapi untuk bernegosiasi! 
TOSCHA
Ok! Itu cukup bijak! Tapi bagaimana kalau seandainya situasi menjadi tidak terkendali?

Aiman menyerahkan sebuah botol beling bekas yang berisi cairan berwarna coklat, yang ditutupi oleh tutup botol kayu dan dibungkus kain.

AIMAN
Gunakan ini!

Toscha terlihat terkejut. 

TOSCHA
TUAK GUNUNG! Darimana Lu dapet benda ini? 
AIMAN
Itu enggak penting buat dibahas sekarang! Lu tahu, Ca! Sekarang adalah waktu yang tepat buat Kita memanggil orang itu! 
TOSCHA
Jangan! Gua udah singkirin jauh-jauh semua tentang Dia di hidup Gua!

Aiman memegang pundak Toscha. 

AIMAN
Dengar ini, Ca! Gua tahu kalau Dia itu sosok yang mengerikan. Tapi dibalik itu semua, Dia itu lebih berguna daripada Lu! Percayalah! Dengan sedikit yoga atau pijat refleksi, Lu akan bisa ngendaliin sosok ini!
TOSCHA
Ok! Tapi Gua enggak bisa jamin dengan keselamatan mereka.

CUT TO:

EXT. LAPANGAN BASKET - MOMENTS LATER

Aiman menghampiri rombongan Rudi dan teman-temanya.

RUDI
Ini Dia! Gua kira Dia gak jadi datang karena ketakutan! Hahaha!

Semua rombongan Rudi ikut tertawa. 

AIMAN
Dari banyaknya rombongan, Kita tahu siapa yang paling penakut disini!

Rudi merubah eskpresinya menjadi marah. 

RUDI
Diam Lu bangsat! Lu akan Gua abisin disini! Sekarang juga!

Aiman melihat Anton ada diantara rombongan mereka.

AIMAN
Ah! Anton! Terimakasih buat informasi sesatnya kemarin malam. Berkat itu, rumah Gua jadi kebakar gak tersisa.
ANTON
Kita enggak ada hubunganya sama kebakaran itu!
AIMAN
Tenang aja! Gua juga gak nyalahin siapa-siapa Kok! Tapi Lu hutang banyak permintaan maaf sama Gua! (Tanganya menunjuk pada muka Anton)
RUDI
Cukup dengan basa-basinya ! Apa tujuan Lu ngumpulin Kita semua disini ?
AIMAN
Lebih baik kita hentikan aja Rudi! Semua perselisihan ini seharusnya enggak pernah terjadi! Gua tahu Lu yang bikin karyawan Gua masuk rumah sakit. Gua bisa aja lapor polisi! Tapi nanti Lu bisa dikeluarin dari Kampus.
RUDI
Laporan polisi itu butuh bukti! Dan Lu enggak punya bukti apa-apa! Satu-satunya kesempatan Lu itu kemarin malam. Yang sayangnya itu semua adalah permainan Gua!
AIMAN
Ya udah! Gua minta maaf sama Lu! Sekarang, Lu tahu sendiri alasan kenapa waktu itu Gua bisa marah kan?
RUDI
Ok! Kalau gitu sekarang Lu sujud di depan Gua!

Aiman terlihat melamun.

RUDI (CONT’D)
Ayo! Lu sujud kalau mau Gua maafin! 

Aiman lalu bersujud. Semua orang menertawakan Aiman. 

RUDI (CONT’D)
Hahaha! Kalian lihat teman-teman! Lelaki populer ini sekarang lagi sujud di depan Gua!
RANDY
Masa ketenaranya sudah lama berakhir! Bentar lagi paling yang tersisa cuma restoranya aja!
RUDI
Sekarang, Lu cium Kaki Gua!
AIMAN
Cukup! Gua udah gak tahan lagi!

Aiman bangkit dan mulai memukul salah se’orang diantara mereka. 

RUDI
Ini yang Gua cari! Ayo, semuanya hajar orang ini!

Aiman dikeroyok oleh rombongan Rudi. Ia jatuh, dan sedang ditendangi.

(FX: Bletak ! Bletak ! Bletak !)

Tiga orang yang sedang mengeroyok Aiman tumbang, akibat dari lemparan botol kosong. 

RUDI (CONT’D)
Siapa itu ?

Toscha berlari sambil sempoyongan, Ia lalu berusaha memukul Ian. Ian bisa menghindari pukulan itu, 

IAN
Cuma orang tua yang lagi mabok ternyata! 

Ian berusaha memukul Toscha, Toscha bisa menghindar. Toscha lalu menjegal kaki Ian, Ian ambruk, Toscha memukul Ian sampai tidak sadarkan diri. 

Fernando memegangi Toscha dari belakang, Randy bersiap memukul Toscha dari depan. Toscha berhasil lepas dari cengkraman Fernando, Mereka berdua terkapar di tanah, Toscha bangkit dan menghajar Fernando sampai pingsan. Randy berhadapan dengan Toscha, Ia kalah 1 lawan 1 dengan Toscha lalu ambruk. 

AIMAN
Dewa mabok sudah datang!

Pertarungan pecah. 

Seseorang memukul Toscha dengan balok Kayu. Toscha terkapar. 

AIMAN (CONT’D)
CUKUP! HENTIKAN! KALIAN SEMUA UDAH GUA MASUKIN DALAM VIDEO! KALIAN BUBAR! ATAU GUA TUNJUKIN VIDEO INI PADA KAMPUS SUPAYA KALIAN DIKELUARIN!
RUDI
Dia bohong! Gua udah periksa semua tempat ini! Disini enggak ada kamera pengawas!

Febriani keluar dari semak-semak sambil membawa handycam. Handycam itu lalu diserahkan pada AIman.

AIMAN
Ini buktinya! Sekarang kalian semua bubar! 

Rudi dan rombonganya melarikan diri. 

Aiman menghampiri Toscha. 

AIMAN (CONT’D)
CA!

Toscha menggeliat, Ia lalu memegang bagian belakang kepalanya.

TOSCHA
Aduh! Siapa anak sialan yang mukul Gua pake kaso?
AIMAN
Lu enggak mabok, Ca?
TOSCHA
Enggak. Gua buang semua air itu, Gua kan udah bilang mau berhenti. (Toscha lalu duduk) Lagian, kekuatan itu sebenarnya udah ada pada diri Gua kan?

Mereka lalu terlihat saling tersenyum. 

FEBRIANI
Apa begini aja udah cukup? Mereka enggak akan ganggu Kamu lagi, kan? 
AIMAN
Ya. Mereka pasti takut kalau harus masuk penjara! 
TOSCHA
Kalau Lu mau, Lu bisa laporin mereka sekarang. Apa Lu memberi mereka kesempatan ?
AIMAN
Mereka cuma anak-anak. Kita juga pernah liar seperti mereka. 
FEBRIANI
Kamu enggak papa?

Febriani melihat dan menyentuh wajah Aiman. Aiman mencegahnya dengan memegang tangan Febriani. Sekarang mereka saling bertatapan.

AIMAN
Aku enggak papa! 

Toscha berdiri sambil memegangi bagian belakang kepapalanya. 

TOSCHA
Aku yang kenapa-napa disini. Bisa periksa Aku juga?
AIMAN
Aku harus pergi!
FEBRIANI
Iya. Tolong bawa Dia kembali!

Toscha berdiri, lalu menghampiri AIman dan Febriani.

TOSCHA
Bisakah kita langsung berangkat saja? Kalian akan punya banyak waktu bermesraan setelah menikah nanti!
AIMAN
Ok! (Toscha menarik tangan Aiman) Dah!

Aiman melambaikan tangan pada Febriani, sambil berjalan mundur karena sedang ditarik oleh Toscha. 

CUT TO:

EXT. PINTU TOLL - NIGHT

Aiman menempelkan kartu E-toll pada alatnya. Pintu Toll terbuka, mereka lalu melaju.

TOSCHA
Tujuan Kita itu kemana sebenarnya?
AIMAN
Garut.
TOSCHA
Oh. (jeda) Garut itu dimana, ya?

CUT TO:

INT. RUMAH BIBI MAGENTA - MORNING

Aiman dan Toscha duduk di ruang tamu. Mereka terlihat memperhatikan keada’an sekitar ruangan. 

(CU) Photo keluarga yang sudah terlihat usang, disana hanya ada Bibi Magenta dan suaminya saja. 

Di dinding ruangan, ada banyak photo bibi Magenta dan suaminya, disana tidak ada satupun Photo Magenta. 

Aiman berdiri menghampiri dinding, Ia terlhat memperhatikan photo-photo yang terpasang disana. Bibi Magenta lalu datang menghampiri Aiman sambil membawa nampan berisi cangkir dan teko.

BIBI MAGENTA
Ini saatnya Kamu tahu semua kebenaranya.

Aiman, Toscha dan Bibi Magenta duduk di kursi ruang tamu. Toscha mengambil cangkir kopi dan meminumnya. 

BIBI MAGENTA (CONT’D)
Aku dan Ibunya Genta, hidup dikeluarga yang sangat konservatif. Ketika tahu Denisa hamil, kedua orang tua Kami langsung mengusirnya. Saat itu Aku dan suamiku tinggal di Bandung, Denisa akhirnya tinggal di Rumah Kami hingga Ia melahirkan sampai Dia tiada. Aku sudah berusaha membuat kedua orang tua Kami bisa menerima Denisa dan anaknya. Tapi sampai mereka menutup usia-pun, mereka tetap tidak mau memaafkan Denisa. Dan mengancam siapapun yang masih berhubungan denga Denisa, tidak akan dianggap keluarga lagi. Itulah alasan kenapa tidak ada satupun photo Magenta di dalam rumah ini. Karena Aku sengaja menyembunyikan fakta kalau Magenta tinggal bersama Kami.
AIMAN
Kenapa waktu itu, Denisa tidak menghubungi Aku?
BIBI MAGENTA
Dia enggak mau membebani Kamu. Katanya, Kamu punya impian yang besar. Situasi Kamu waktu itu tidak memungkinkan untuk mengurus anak. 
AIMAN
Tapi kenapa harus menunggu sampai 17 tahun? 
BIBI MAGENTA
Itu permintaan Denisa sendiri. Mungkin Dia tahu, kalau Kamu adalah orang yang akan terlambat buat dewasa. Akan sulit buat Kamu bertanggung jawab, ditengah proses meniti karir dan juga penyesuaian diri dalam lingkungan gaya hidup Selebriti yang bebas. 
TOSCHA
Waw! Dia sungguh perempuan yang cerdas rupanya!
BIBI MAGENTA
Jika ada acara keluarga, Kami tidak bisa membawa Magenta bersama Kami. Hari lebaran pun, Kami terpaksa menitipkan Magenta pada tetangga. Setiap malam senin, Dia selalu ada di depan TV menonton acara Kamu. Dia selalu bilang, “Aku tidak sabar bertemu dengan Ayah”. Aku cuma bisa bilang, kalau Aku tidak bisa memberikan hal yang biasa diberikan oleh keluarga lain. Karena Aku tidak mau durhaka terhadap orang tuaku. Aku cuma bisa bilang, bahwa suatu saat Dia pasti akan menemukan keluarga yang sebenarnya di suatu tempat, seperti yang selalu Ia harapkan. 

Toscha berdiri kearah gorden.

AIMAN
Ca?

Toscha sedang menangis. 

CUT TO:

EXT. PEMAKAMAN UMUM - DAY

Aiman dan Toscha menemui Magenta yang sedang duduk di sebuah makam. 

AIMAN
Genta ?

Magenta menoleh, wajahnya terlihat kaget. Ia lalu berdiri dari makam itu. 

AIMAN (CONT’D)
Itu makamnya?
MAGENTA
Iya.
AIMAN
Boleh Aku berdoa juga buatnya?
MAGENTA
Iya.

Toscha berbisik pada Aiman.

TOSCHA
Emang Lu apal do’a buat ngelayat?
AIMAN
Enggak! Gua cuma apal Fatihah.

Muka Toscha terlihat kaget.

TOSCHA
Ok! Ini saatnya Aku memberi kalian waktu buat baikan! (Toscha pergi, lalu kembali setelah beberapa langkah) Jangan lama-lama! Gua takut kalau disini sendirian.

Toscha pergi. 

AIMAN
Aku mau minta maaf! Soal waktu itu, ketika Aku nampar Kamu dengan kencang!
MAGENTA
Aku juga. Maaf soal rumah dan semua barang-barang berharga Anda!
AIMAN
Kamu melakukanya lagi, memanggil Aku dengan sebutan Anda. Apa Kamu sudah menganggap Aku orang lain lagi?
MAGENTA
Maaf! Aku sudah coba masuk dalam hidup Anda, tapi nampaknya itu semua tidak berhasil. Aku malah mengacaukan semuanya dan menghilangkan semua milik Anda yang berharga.
AIMAN
Lupakan tentang semua itu! Kita mulai lagi dari awal. Aku mohon! Pulanglah! Ikut lagi bersamaku!
MAGENTA
Aku enggak bisa. Setelah semua yang Aku lakukan, Aku sudah tidak bisa lagi tinggal bersama Anda. Anda juga pernah bilang kalimat itu sebelumnya, mulai dari awal lagi. Tapi setelah dicoba, ternyata itu tidak berhasil. Aku sudah memikirkanya, Aku lebih baik tinggal sendirian aja. 
AIMAN
Jika Kamu melakukan itu, berarti enggak ada lagi yang tersisa buat Aku. Dengar ini, Genta! Aku sudah sadar, apa yang penting buat Aku dari sekedar barang-barang itu. Itu Kamu. Dan tidak masalah untuk seberapa kalipun kita mulai dari awal, selama masih diberi kesempatan dan ada keinginan untuk melakukanya, tentu disana kita akan diberi jalan. 

Magenta terlihat terharu.

MAGENTA
Boleh Aku memeluk Anda?

Aiman menghampiri Magenta dan memeluknya. 

AIMAN
Ya. Aku ini Ayah Kamu. Tertawalah! Menangislah yang kencang di bahuku! 

Magenta menangis.

AIMAN (CONT’D)
Jangan pendam dan sembunyikan apapun lagi dari Aku.
MAGENTA
Aku ingin pulang! Tapi Aku takut, kalau disana bukan lagi jadi rumahku.
AIMAN
Kita akan pulang ke rumah itu lagi. Tapi setelah selesai renovasi tentunya. Dan Aku sudah bilang beberapa kali, panggil Aku Papi!

FADE TO BLACK.

EXT. TAMAN RUMAH AIMAN - DAY

Pernikahan Aiman dan Febriani. Diadakan secara sederhana, dihadiri sekitar 50 orang. 

Toscha dan keluarganya terlihat memakai pakaian batik yang sama. mereka duduk di satu meja.

TOSCHA
Aku ngambil makanan dulu !

Toscha berdiri dari kursi, lalu pergi.

Toscha akan mengambil piring kosong, ada tangan yang meraih lebih dulu piring yang akan diambil Toscha. Toscha dan tangan itu tidak jadi mengambil piring. Toscha melihat pemilik tangan itu adalah Magenta yang memakai pakaian kebaya.

MAGENTA
Om ! (terlihat canggung)
TOSCHA
I....iya ! (terlihat canggung) Kamu duluan !

Magenta mengambil piring kosong.

MAGENTA
Iya, Om! permisi !

Magenta pergi. Toscha mengambil piring kosong, lalu mengambil beberapa makanan.

Toscha menghampiri Aiman dan Febriani. 

TOSCHA
Padahal ini sama-sama pernikahan pertama kalian, tapi Lu malah bawa anak sambung buat istri Lu! 
AIMAN
Bisa gak sih Lu, enggak buat kalimat yang bisa merusak mood semua orang!
TOSCHA
Ahahaha! Jangan terlalu sensitif. Gua cuma berkata hal yang benar.
FEBRIANI
Kamu tahu kalau itu cuma bercanda, kan?
AIMAN
Iya. Tapi tetap saja menyebalkan. Dalam imajinasiku, Dia punya potensi besar buat ngerusak hari bahagia ini!
TOSCHA
Benarkah? Nampaknya tidak semua orang bahagia di tempat ini sekarang? Coba lihat arah jam 3 kalian!

Ibu Rizal terlihat sedang ngambek, dan sedang ditenangkan oleh Bapak Rizal. 

AIMAN
Jangan khawatir! Dalam pandangangku, mungkin beliau cuma kehabisan jatah kambing guling saja! Hahaha!

Aiman dan Toscha tertawa. Febriani memukul Aiman dengan terlihat kesal. Aiman menghentikan tawanya.

AIMAN (CONT’D)
Sorry!
TOSCHA
Maksudku, dalam segi finansial punya anak yang tiba-tiba udah gede itu sebuah keuntungan. Kalian tidak perlu mengurus dari kecil, membiayai sekolahnya, atau menerima keluhan-keluhan tentang pubertas. 
AIMAN
Apa Lu sedang nyeritain semua bentuk ketakutan Lu! 

Febriani tertawa. 

TOSCHA
Ya! Tentusaja! Bentar lagi anak Gua masuk SD, Cug! Gua udah enggak bisa lagi pergi ke karaoke!

Adinda menghampiri mereka. 

AIMAN
Dinda?

Toscha berbalik menghadap Adinda.

TOSCHA
Ada apa?
ADINDA
Soal test pack yang kamu beli tadi pagi, Aku udah test dan hasilnya positif! 

Toscha terlihat kaget. Toscha pingsan. 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar