SKENARIO : RUSH LOVE
5. ACT 5 - Harta Yang Paling Berharga

EXT. DI DEPAN GERBANG RUMAH AIMAN - DAY

Sebuah mobil berhenti, Aiman keluar dari pintu depan samping kemudi. Ia membuka pintu belakang, lalu membantu Magenta keluar dari mobil. 

AIMAN
Hati-hati. (Sambil memegang tangan Magenta)

Aiman mengeluarkan koper Magenta di bagasi belakang. Febriani menunjukan wajahnya dari kaca yang terbuka dari kursi kemudi. 

FEBRIANI
Aku enggak bisa mampir! Ada yang harus Aku urus. Nanti setelah selesai, Aku akan kesini lagi!
AIMAN
Iya. Hati-hati di jalan!
MAGENTA
Makasih, Kak!

Febriani lalu pergi dengan mengendarai mobilnya. 

Toscha membuka gerbang rumah Aiman.

TOSCHA
Kakak? Dia akan menjadi Mami kamu lho!

Aiman dan Magenta menoleh pada Toscha. Toscha terlihat sedikit tertawa. Aiman dan Magenta juga terlihat bahagia dengan kehadiran Toscha. Mereka lalu berjalan memasuki gerbang. 

AIMAN
Ca! Apa terjadi sesuatu saat Gua gak ada?

Mereka berbicara sambil jalan ke arah pintu. 

TOSCHA
Enggak ada. (Toscha terlihat mikir) Tapi mungkin ada satu! Kulkas Lu sekarang kosong! 

Aiman berhenti, lalu melihat pada Toscha dengan tatapan terlihat kecewa.

TOSCHA (CONT’D)
Sorry!

CUT TO:

INT. RUMAH AIMAN - MOMENTS LATER

Aiman, Magenta, dan Toscha sedang berjalan di ruang tamu. Aiman membawa koper Magenta. 

AIMAN
Aku udah nyiapin kamar Kamu!
TOSCHA
Hey! Yang mendekor kamar itu Aku! Aku melakukanya saat Lu lagi terkapar di rumah sakit!

Toscha berjalan memimpin di depan. Aiman sedikit berbisik pada Magenta.

AIMAN
Sebenarnya Dia yang mengajukan diri! Udah gitu maksa lagi!

CUT TO:

INT. KAMAR MAGENTA - MOMENTS LATER

TOSCHA
TADAAA! Gimana? Aku butuh waktu seharian lho, buat beli barang, ngecet, sama dekornya. Ah! Tidak kusangka Aku cukup berbakat dalam bidang ini! (dengan wajah terlihat puas)

Aiman dan Magenta terlihat memasang wajah kecewa. 

MAGENTA
Bagus kok, Om! (terlihat menyembunyikan kekecewaan) Makasih udah repot-repot!
TOSCHA
Sudah kuduga Kamu pasti suka! Kamu pasti punya selera seni yang bagus!

Kamar yang didekor Toscha terlihat diperuntukan untuk anak gadis umur 10 tahun. Dengan cat pink, dan beberapa aksesoris boneka. 

AIMAN
Ca! Kayaknya Lu harus periksa cara perumusan logika Lu deh!

CUT TO:

INT. RUMAH AIMAN - NIGHT

Magenta keluar dari kamarnya dengan membawa satu bungkus mie instan. Ketika berjalan di ruang makan, Aiman sedang bekerja di depan laptop. 

AIMAN
Genta? Kamu mau ngapain?
MAGENTA
Aku lapar, mau masak mie!
AIMAN
Jangan! Kamu masih dalam proses penyembuhan. Dokter bilang Kita harus bisa jaga pola makan. Dan Mie Instan, tentunya masuk dalam kategori makanan yang dilarang. 
MAGENTA
I..iya.

Aiman menutup Laptopnya.

AIMAN
Kalau gitu, sekarang Aku akan masak buat Kamu! (sambil berdiri)

CUT TO:

INT. DAPUR RUMAH AIMAN - MOMENTS LATER

Aiman dan Magenta memakai celemek. Aiman memotong bawang dengan mahir.

MAGENTA
Aku enggak tahu kalau Papi bisa masak.
AIMAN
Dulu, sebelum banyak karyawan di restoran, Papi jadi koki juga disana. Yang bikin menu-menu disana juga Papi lho!
MAGENTA 
Masa? Berarti Papi itu hebat dong!
AIMAN
Tentu saja, dong! Kalau enggak hebat, mana bisa restoran itu masih bertahan sampai sekarang! 
MAGENTA
Emang sejak kapan Papi mulai masak?
AIMAN
SMA. Waktu itu saat Ayah Papi, atau Kakek Kamu meninggal. Ibu Papi jadi sibuk kerja. Jadi di rumah jarang ada makanan, pilihanya cuma mau beli atau masak sendiri. Dan karena kalau beli itu mahal, jadi Papi coba masak aja.

Magenta terlihat memasang wajah sedih. 

MAGENTA
Waktu itu, Pasti berat ya buat Papi?
AIMAN
Iya. Tapi dulu Papi punya temen atau bisa dibilang sahabat, yang bisa buat semua itu terasa ringan.
MAGENTA
Om Oca?
AIMAN
Iya. Biarpun mukanya lawak, tapi Dia itu temen yang bisa diandalkan. Ya meskipun pemikiranya kadang seperti orang yang butuh ke Psikiater sih! 

Magenta tertawa. 

AIMAN (CONT’D)
Dia itu sangat pinter, cuman enggak banyak orang yang ngerti cara pemikiranya. Makanya itu Dia enggak punya temen lagi selain Papi. 
MAGENTA
Papi juga kan gak punya temen lagi selain Om Oca!
AIMAN
Kalau temen banyak, tapi kalau sahabat itu memang Oca satu-satunya.
MAGENTA
Papi temenan sama Om Oca dari SMA?
AIMAN
Iya. Setelah itu Papi satu kampus juga. Om Oca itu awalnya disuruh masuk kedokteran, tapi karena setiap ngelihat darah Dia pingsan, akhirnya malah jadi ahli gizi kayak sekarang. 
MAGENTA
Kalau Papi jurusan apa?
AIMAN
Tata boga.
MAGENTA
Masa? Papi kan udah siaran dari lulus SMA. Aku kira papi ngambil jurusan seni.
AIMAN
Enggak, Papi itu suka masak. Jadi sekalian aja ngambil jurusan itu. Kalau siaran radio kan buat cari uang aja. Ya tapi itu informasi yang enggak Papi publikasikan juga sih, jadi orang pada enggak tahu. 
MAGENTA
Sekarang S2 Papi ngambil jurusan apa?
AIMAN
Manajemen bisnis. Suatu saat kalau Papi udah pensiun, Papi cuma ingin masak aja di dapur. Enggak ada lagi hingar bingar kehidupan kota, yang harus Papi lalui tiap malam. 

CUT TO:

INT. MALL - DAY

Aiman, Magenta, dan Febriani sedang ada di toko pakaian. Mereka terlihat sedang memilih dan mencarikan pakaian untuk Magenta. 

Berkali kali Febriani terlihat mencocokan pakaian dengan tubuh Magenta. 

Magenta beberapa kali mencoba pakaian, Ia masuk ke ruang ganti dan memperlihatkan pakaian yang berbeda pada Aiman dan Febriani. 

MAGENTA
Kalau banyak begini Aku jadi bingung milihnya, Pi!
AIMAN
Kamu enggak usah milih, Kita akan beli semuanya.

CUT TO:

EXT. KAMPUS - DAY

Magenta menunjukan perubahan gaya berpakaian. Semua orang terlihat pangling. 

CUT TO:

EXT. DI DEPAN GERBANG RUMAH AIMAN - MORNING

Aiman, Magenta, dan Febriani ada di depan gerbang. Aiman sedang menurunkan sepeda dari mobil Febriani, yang diparkir di depan gerbang rumah Aiman. 

AIMAN
Ini buat Kamu. (menunjukan sepeda pada Magenta) Sekarang kita punya masing-masing 1. Kita akan mulai keliling komplek dulu, Kamu siap?

Aiman dan Febriai terlihat memegang sepeda juga.

Toscha keluar dari gerbang rumahnya sambil membawa sepeda roda dua kecil, yang dipasangi roda tambahan di roda belakangnya.

AIMAN (CONT’D)
Itu terlihat cocok buatmu! (sedikit berteriak)

Anak Toscha yang berumur 5 tahun terlihat keluar juga dari gerbang. 

TOSCHA
Kamu tunggu dulu disini! (sambil memegang pundak anaknya)

Toscha menghampiri Aiman.

TOSCHA (CONT’D)
Jangan paksa Gua berkata kasar di depan anak Gua sendiri! (sambil menunjuk muka Aiman) 
AIMAN
Kenapa sih Lu? Gula darah Lu naik lagi?
MAGENTA
Pi!
AIMAN
Iya!
MAGENTA
Sebenernya Aku enggak bisa naik sepeda.

CUT TO:

EXT. TAMAN KOMPLEK - MOMENTS LATER

Sepeda Magenta sudah dipasangi roda tambahan juga. 

TOSCHA
Ahahaha! (jeda) Gimana kalau sekarang kita saingan! Siapa yang bisa lebih dulu lancar naik sepeda? Apa itu anak Gua? Atau anak Lu? (Toscha mendorong sepeda anaknya) Ayo nak! Ini adalah persaingan! Kamu sudah pernah menang balap sebelumnya, ketika masih dalam bentuk sperma. Ahahaha!

Aiman, Magenta, dan Febriani terlihat cringe dengan perkata’an Toscha. 

AIMAN
Kita akan pakai itu dulu selama beberapa putaran. Nanti Aku akan ajari Kamu!
FEBRIANI
Kita akan buat Kamu terbiasa dulu, nanti setelah itu keseimbanganya akan menyesuaikan sendiri. Apa Kamu belum pernah belajar sepeda sebelumnya?

Magenta hanya menggeleng. 

Mereka bertiga lalu bersepeda keliling taman dan danau. 

Aiman mengajari Magenta naik sepeda. Febriani duduk dipinggir sambil meminum air putih. Toscha menghampiri Febriani, sambil terlihat memperhatikan anaknya dari jauh. 

TOSCHA
Apa seperti ini, gak apa-apa buat Kamu? 
FEBRIANI
Ya. Memang kalau difikirkan itu rumit, tapi kalau dijalani saja semuanya cukup menyenangkan. Dan tak serumit apa yang dibayangkan. 
TOSCHA
Maaf, karena Kamu mengetahuinya dengan cara seperti ini. Dan bukan Dia juga yang bicara padamu secara langsung. Rencananya Kita akan memberitahu Kamu setelah acara pernikahan selesai. Kayaknya yang ada difikiranya saat itu, kalau udah resmi nikah Kamu akan fikir dua kali buat minta cerai. Ya, itu mungkin terjadi karena Dia terlalu takut buat kehilangan Kamu. 
FEBRIANI
Aku udah bilang sebelumnya, kalau semua yang terjadi sekarang ini. Hanyalah sisa dari bayangan masa lalunya. Dan ketika sekarang Dia sudah menerima dan bertanggung jawab, itu udah lebih dari cukup.

CUT TO:

INT. GARASI RUMAH AIMAN - DAY

Aiman sedang mengelap mobil, Magenta membantunya.

MAGENTA
Pi, kenapa Papi punya hoby ngoleksi mobil?
AIMAN
Karena ini impian masa kecil Papi. Karena dulu Papi enggak mampu beli. 
MAGENTA
Apa ini termasuk proyek balas dendam?
AIMAN
Bisa dibilang begitu!
MAGENTA
Kenapa Papi enggak suruh orang buat bersihin mobil-mobil ini? Mobil Papi kan banyak.
AIMAN
Gini, kalau Kita punya barang kesayangan, sebaiknya Kita rawat sendiri. Supaya kalau ada kerusakan atau kurang sesuatu, Kita jadi orang yang pertama tahu.
MAGENTA
Oh Gitu! (melihat sekeliling) Terus dari keempat mobil ini, mana yang harganya paling mahal?
AIMAN
Yang ini! (Menunjuk mobil yang sedang Ia lap) Harganya setengah dari rumah ini.

Magenta terlihat kagum.

MAGENTA
Apa dari semua barang Papi, itu jadi yang paling berharga?
AIMAN
Bukan, ada lagi yang lebih berharga selain mobil-mobil yang ada disini.
MAGENTA
Jadi ada lagi? Mobil Papi selain yang ada di garasi ini? 

CUT TO:

INT. RUANG MUSIK - MOMENTS LATER

Aiman menunjukan sebuah kotak perhiasan. Lalu membukanya di depan Magenta, isinya adalah sebuah kalung. Magenta melihat kalung itu dengan seksama.

AIMAN
Kalung itu sudah turun-temurun diwariskan dari nenek buyut kita. Papi nerima ini saat nenek lagi sakit. Sayangnya Nenek enggak sempat buat lihat wanita yang memakai kalung ini selanjutnya. 

Magenta terlihat sedih.

MAGENTA
Berarti Papi akan berikan kalung ini pada Ka Febri? 
AIMAN
Ya, nanti setelah Kamu menikah, kalungnya akan diwariskan sama Kamu. Terus, sampai cucu Papi, cicit dan seterusnya. (Sambil mengusap kepala Magenta)

Magenta memberikan kalung itu, Aiman memasukan lagi kedalam kotaknya. Dan menyimpan kotak itu di dalam lemari kaca.

(sfx : bunyi Hp Magenta)

MAGENTA
Maaf! Aku angkat telepon dulu!

Magenta pergi.

CUT TO:

INT. BALKON - MOMENTS LATER

Aiman mengintip Magenta yang sedang menelepon.

MAGENTA
Tapi Aku minta izin dulu ya! (jeda) Nanti Aku kabarin lagi! (jeda) Ya udah, Dah!

Magenta menutup telepon. Lalu masuk ke dalam rumah. Di dalam Ia kaget karena melihat Aiman sedang berdiri di dekat pintu. 

MAGENTA (CONT’D)
Papi?
AIMAN
Itu Anton? 
MAGENTA
Iya, Dia besok ngajak jalan. Katanya mumpung hari minggu. 
AIMAN
Ya udah, Kamu boleh pergi! (sambil terlihat tersenyum)
MAGENTA
Boleh, Pi?
AIMAN
Iya, tapi jangan pulang lebih dari jam 9!
MAGENTA
Makasih, Pi!

CUT TO:

INT. APOTEK - NIGHT

Toscha membeli obat. Dia memberikan uang, dan penjaga apotik memberikan obatnya.

TOSCHA
Makasih, Pak!

CUT TO:

EXT. DI LUAR APOTEK - MOMENTS LATER

Toscha menelepon Aiman sebelum naik motornya.

TOSCHA
Gua udah dapet, Lu gak perlu nyari lagi! Ini Apotek ketiga yang Gua datengin. Udah jauh, letaknya ada di komplek sepi antah berantah lagi!

CUT TO:

INT. DI DALAM MOBIL AIMAN - SAME TIME

Aiman menerima telepon dengan menggunakan speaker.

AIMAN
Ya udah Ca, Makasih!
TOSCHA (O.S.)
Lemes banget, Lu! Apa berhenti minum Alkohol, membuat Lu depresi? 
AIMAN
Bukan gitu! Gua khawatir sama Genta!
TOSCHA (O.S.)
Elu! Kayak gak pernah jadi anak muda aja. Tenang aja kali, baru jam 7 malem. Genta juga udah gede, seperti yang pernah Dia bilang sebelumnya, Dia pasti bisa jaga diri.
AIMAN
Iya kali ya, Ca! Apa Gua aja yang terlalu overthinking, abisnya daritadi perasaan Gua enggak enak.

BACK TO:

EXT. DI LUAR APOTEK - SAME TIME

Toscha melihat Magenta sedang dibopong oleh Anton, mereka terlihat keluar dari mobil yang diparkir di rumah yang tidak berpagar. Anton membopong Magenta untuk masuk ke rumah itu. 

TOSCHA
Tunggu, Cug! Kayaknya firasat Lu beralasan!
AIMAN (O.S.)
Ada apa, Ca?
TOSCHA
Gua lihat Genta sama si brengsek itu! Mereka masuk ke sebuah rumah di komplek sepi ini. Lu cepetan nyusul! ini kode merah. Gua kasih koordinatnya sekarang! 

BACK TO:

INT. DI DALAM MOBIL AIMAN - SAME TIME

Aiman terlihat memacu kendara’anya. 

AIMAN
Ok, Ca! Sementara Gua serahin dulu masalah itu sama Lu!

CUT TO:

INT. KAMAR ANTON - MOMENTS LATER

Anton merebahkan Magenta diatas kasur. Magenta menggeliat.

MAGENTA
Badanku panas, Anton! (dengan terbata-bata)

Anton hanya menyeringai.

(SFX : Pintu bel rumah)

ANTON
Siapa lagi itu?

Anton pergi.

CUT TO:

INT. PINTU DEPAN RUMAH ANTON - MOMENTS LATER

Anton membuka pintu, ketika terbuka Ia langsung disemprot dengan cairan penidur oleh Toscha. 

Anton mundur beberapa langkah sambil terbatuk-batuk. Ia lalu tumbang.

TOSCHA
Lu berurusan dengan cewek yang salah, Bocah! (sambil menutup mulut dan hidungnya)

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar