Sinar yang Gelap
8. Selalu Bersama

103. INT. RUMAH DIAN — PAGI

Tiga bulan berlalu. Sinar bersama Dian, Rian, dan Ricky duduk di meja makan. Mereka baru saja selesai sarapan, dan berbincang-bincang sebentar. Imam menghampiri meja itu, lalu memberikan sebuah bingkisan jam tangan pada Sinar.

IMAM

(memberikan bingkisan)

Sinar, ini adalah tanda terima kasih dari kami.

SINAR

Apa ini?

IMAM

Cuma bingkisan kecil.(pause)
Hari ini, kami bersama Bos Rian akan membersihkan wilayah dari sisa-sisa penyusup Kelompok Naga.

SINAR

Tetap berhati-hatilah. Setelah ini, you fokus saja menjaga wilayah.

RIAN

Iya, setelah ini kami memang akan fokus pada penjagaan wilayah saja. Sama seperti dulu.

DIAN

Yang dipegang dari laki-laki itu adalah janjinya loh. Iya kan, Sinar?

Sinar mengangguk.

104. EXT. RUMAH DIAN — PAGI

Rian bersama hampir semua pasukan Kelompok Singa Jantan berangkat dari rumah dengan menggunakan mobil. Jumlahnya lebih dari 20 mobil. Mereka pergi, dan membiarkan rumah tanpa penjagaan sedikit pun. Penjaga rumah yang biasa berjaga ikut pergi.

105. INT. RUMAH DIAN — SIANG

Sinar dan Ricky berdiri di belakang Dian yang masih duduk di meja makan sambil memainkan ponsel. Sinar memegang boks cincin, sedangkan Ricky memegang bahu Sinar. Sinar lalu mengangguk. Ricky berjalan menuju bagian luar rumah, sementara Sinar berjalan pelan mendekati Dian dari arah belakang, dan berlutut di samping Dian sambil menawarkan cincin yang ia bawa.

SINAR

Dian, di sepanjang sejarah manusia, dan di antara banyak peradabannya, manusia meneruskan kejayaan dengan banyak cara...

Ucapan Sinar mendadak terhenti.

SINAR (CONT'D)

Tidak, tidak, Jangan begitu.(pause)
Dian, apa you mau jadi orang pertama yang aku lihat ketika bangun tidur?(pause)
Intinya, aku ingin kita menikah, boleh?

Dian terlihat masih kaget dengan kejutan yang Sinar siapkan. Tangannya menutup mulut dengan mata yang haru. Kepala Dian mengangguk setuju.

CUT TO:

106. EXT. RUMAH DIAN — SIANG

Ricky tersenyum ketika sampai di bagian teras rumah Dian, tapi tak lama, mulut dan hidung Ricky dibekap oleh seseorang yang memakai topeng dari belakang. Ricky kehilangan kesadaran. Kepala Ricky ditutup dengan sarung hitam, tangan Ricky diikat ke belakang.

CUT BACK TO:

107. INT. RUMAH DIAN — SIANG

sinar masih dalam posisi berlutut menawarkan cincin pada Dian.

DIAN

(tersenyum)

Ya, aku mau, Sinar.

Sinar tersenyum, tapi senyuman itu langsung hilang ketika melihat seseorang yang mengenakan topeng masuk dan berjalan dari arah belakang Dian. Mata Sinar melotot kaget. Orang asing bertopeng itu menodongkan pistol ke arah kepala Dian. Sinar segera berdiri dan mengangkat tangan.

108. INT. GUDANG TUA — MALAM

Sinar bersama Dian yang tak sadarkan diri berada di sebuah gudang tua terbengkalai, bentuk bangunannya setengah jadi dengan banyak tumbuhan liar. Satu-satunya cahaya berasal dari lampu mobil yang disorotkan ke arah mereka. Tangan Sinar dan Dian masing-masing diikat ke arah belakang, mereka didudukkan pada sebuah bangku yang diselingi oleh meja dengan posisi saling berhadapan. Wajah Sinar dan Dian ditampar-tampar pelan oleh Bos Besar hingga mereka siuman. Samar-samar, Sinar melihat keadaan sekitar dan mendapati dirinya bersama Dian sudah dikepung oleh 20 orang bersenjata api. Di belakang mereka, masing-masing terdapat satu orang yang berdiri mengawasi.

BOS BESAR

LU PIKIR SEMUDAH ITU MENGALAHKAN GUA? HAH!(pause)
Gua punya permainan buat lu. Pemenangnya akan mendapatkan doorprize sebuah mobil untuk pulang.

Bos Besar tertawa keras sambil menunjuk sebuah mobil yang lampunya menyorot ke arah Sinar dan Dian, tapi Sinar malah melihat ke arah kanan dan kiri. Dia melihat Ricky dalam keadaan duduk dengan tangan terikat berada sepuluh meter darinya. Raut wajah Ricky sangat bersedih.

BOS BESAR (CONT’D)

(menyimpan pistol di atas meja Sinar dan Dian)

Pistol ini cuma memiliki satu peluru. Peraturannya, cuma ada satu dari kalian yang akan selamat.

Bos Besar memundurkan langkah, sedangkan anak buahnya melepas ikatan Sinar dan Dian.

SINAR

(berdiri)

YOU TAK TAHU TERIMA KASIH!

Bos Besar menodongkan pistol ke arah Dian. Membuat Sinar kembali duduk.

BOS BESAR

Jangan lama-lama. Gua gak cukup sabar menunggunya. Satu mati, atau kalian berdua ditambah Ricky akan mati.

SINAR

YOU GILA!

BOS BESAR

(tertawa)

Berdiskusilah siapa yang akan jadi pembunuhnya.

SINAR

(menatap Dian)

Dian, biar aku saja. You tak boleh menebus dosa-dosa yang telah aku lakukan.

Dian menangis. Tanpa sepatah katapun, Dian mengambil pistol dari atas meja, dan justru mengarahkan pistol ke arah kepalanya sendiri.

SINAR (CONT’D)

DIAN, YOU JANGAN GILA!

Anak buah Bos Besar meraih tangan Dian. Mencegah Dian untuk bunuh diri.

BOS BESAR

(menampar-nampar pelan wajah Dian)

Aturan lainnya, gak boleh ada yang bunuh diri, sayang.

SINAR

(berdiri)

BRENGSEK!YOU BERANI MENYENTUH DIAN!

Tubuh Sinar ditahan oleh anak buah Bos Besar, memaksa Sinar kembali duduk.

BOS BESAR

(berbisik pada Dian)

Sayang, kalau lu mati, Sinar pasti akan balas dendam. Dia akan jadi pembunuh lagi. Lu mau itu?

Dian menggeleng.

BOS BESAR (CONT’D)

(berjalan mundur)

Pikirkan baik-baik.

DIAN

(menyeka air mata, dan bicara lirih pada Sinar)

Sinar... Apa... apa...(pause)
kamu ada cara agar kita bisa selamat? Kasih tahu aku hal yang belum pernah aku tahu.

SINAR

(melihat Dian dengan tatapan iba, lalu menatap marah pada Bos Besar)

Bos brengsek! Beri kami waktu untuk berdiskusi hanya berdua saja!

Bos Besar tersenyum, lalu menggeleng.

SINAR (CONT’D)

AKU MOHON!

BOS BESAR

Gua tahu lu pasti bakal cari cara buat kabur.(pause)
Gua akan sedikit bantu lu. Gimana kalau tanpa diskusi? Kalian bermain gunting-kertas-batu, yang kalah harus mati.

Sinar diam sesaat.

SINAR

Ya, aku setuju.

Tangan Sinar langsung menjulur ke depan, tanpa aba-aba mengeluarkan simbol kertas.

SINAR (CONT’D)

Dian, aku mohon, you harus keluarkan gunting.

DIAN

Sinar...

FLASHBACK TO:

109. INT. RESTORAN MEWAH — MALAM

Kembali pada Scene Head 35. Di malam Sinar menyatakan perasaannya pada Dian di sebuah restoran mewah dan romantis, Dian menatap wajah Sinar yang tampak lucu karena gugup. Sinar lalu mengelap bibir Dian dengan tissue ketika makan.

SINAR

(mengelap bibir Dian)

Dian, you pantas bahagia.

110. INT. KANTOR INVESTASI — MALAM

Kembali pada Scene Head 56. Dian berjalan ke arah luar kantor, langkahnya terhenti, mengecek ke dalam tas yang dia bawa dengan teliti. Dian kembali berjalan masuk untuk mengambil ponselnya yang tertinggal di atas meja kerja. Saat hendak memasuki ruang kerja, Dian mendapati Sinar sedang mengambil makanan yang Dian berikan dari tempat sampah, lalu memakannya.

SINAR (O.S.)

Saat waktunya tiba, aku harap you mengerti, kalau aku tak pernah benar-benar ingin menyakiti you.

111. INT. KANTOR INVESTASI — MALAM

Kembali pada Scene Head 61. Ketika lembur, Dian berhenti mengerjakan pekerjaannya untuk beristirahat sebentar. Dian menyandarkan kepalanya ke meja kerja. Memejam sesaat, tiba-tiba ada seseorang yang menyelimuti Dian dengan Jaket. Dian mengintip, orang itu adalah Sinar. Sinar juga menyimpan makanan di atas meja kerja Dian.

SINAR (O.S.)

Atau membiarkan you sendirian. Bukankah kita pernah berjanji untuk selalu bersama-sama menghadapi dunia?

112. EXT. KANTOR INVESTASI — MALAM

Kembali pada Scene Head 67. Malam ketika Sinar dan Dian bertengkar. Dian menutup pintu mobil Sinar, dan berjalan di bawah guyuran gerimis. Sinar ikut turun dari mobilnya. Mengejar Dian, dan bertengkar sesaat. Sinar lalu memayungi Dian dengan jaketnya. Mereka berdua tiba di mobil Dian. Dian duduk dan masuk ke dalam mobil, Sinar mencegah Dian menutup pintu mobil. Sinar menghapus air mata Dian dengan tangannya.

SINAR (O.S.)

Dian, jangan bersedih. Maafkan aku karena telah jatuh cinta, dan membuat you cinta padaku.

BACK TO PRESENT:

113. INT. GUDANG TUA — MALAM

Pelan-pelan, tangan Dian mengeluarkan simbol batu. Sinar yang terlanjur mengeluarkan simbol kertas sangat terkejut.

SINAR

DIAN! APA YANG YOU LAKUKAN! CEPAT KELUARKAN GUNTING.(pause)
DIAN! AKU MOHON!

Dian tak menjawab. Tangan kirinya mengangkat pistol menuju tangan Sinar yang masih mengeluarkan simbol kertas. Dian membantu Sinar menggenggam pistol, dan menodongkan pistol itu ke arah kepala Dian sendiri.

SINAR (CONT’D)

(menangis dan menggeleng)

DIAN, AKU MOHON!

Bos Besar tertawa sangat keras.

DIAN

(tersenyum)

Sinar, setelah ini, jadilah orang yang lebih baik lagi. Aku, ayah, ibu, dan semua keluargaku akan tunggu kamu di suatu tempat yang indah. Apa kamu mau berjanji untuk bertemu dengan kami lagi?(pause)
Di kehidupan setelah ini, apa kamu mau tetap menepati janji untuk selalu saling membantu.(pause)
Sinar, aku cinta kamu secara utuh, dari yang terburuk sampai terbaik.

Sinar hanya bisa menangis dan memejam paksa ketika Dian menggiring jarinya untuk menarik pelatuk pistol. DOR! Sinar berteriak histeris.

114. INT. MOBIL — SUBUH

Ricky mengendarai mobil, di sampingnya ada Sinar yang nampak bersedih. Wajah Sinar pucat. Di bangku belakang terdapat kantung jenazah yang berisi tubuh Dian. Ricky melihat ke kanan dan kiri jalanan yang memasuki kawasan hutan. Ricky berhenti, menarik rem tangan. Ricky turun, dan membukakan pintu mobil untuk Sinar.

RICKY

Ada yang pengen gue tunjukin.

Sinar tak merespon. Wajah Sinar masih tampak terpukul atas kematian Dian. Ricky menarik tangan Sinar dengan lembut, membuat Sinar ke luar dari mobil.

115. EXT. JALAN RAYA DENGAN PINGGIRAN HUTAN — SUBUH

Sinar berjalan digiring oleh Ricky. Ricky merubah posisinya menjadi tepat di belakang Sinar. Tangan kiri Ricky mengambil pisau yang terselip di bagian belakang celananya. Ricky menikam Sinar dari belakang, tepat di titik jantung Sinar. Merasakan ada tusukan, kepala Sinar terangkat, bibirnya tersenyum. Tubuh Sinar masih cukup kuat untuk berbalik menghadap Ricky, tapi tak lama tubuh Sinar roboh. Ricky terduduk dan mencabut pisau dari tubuh Sinar, lalu memangku kepala Sinar.

RICKY

(menangis dan memegang kepala Sinar)

Maafin gue, Sinar. Bos Besar yang paksa. Kalau engga, gue akan dilaporin ke polisi.

SINAR

(menahan sakit)

Tak... tak apa-apa, Rick. You sudah bebas. Berkas... berkas...(pause)
Berkas you... sudah tak ada... Aku sudah membakar semua bukti pembunuhan kita.

RICKY

(menangis semakin keras)

APA? SINAR GUE MOHON MAAFIN GUE. GUE GAK TAHU KALAU LU JUGA MUSNAHIN BERKAS GUE.

SINAR

(berusaha tetap sadar)

Bukan masalah besar, Rick.(pause)
Aku sudah... sudah tahu kalau you ditugaskan untuk menghabisiku, maka dari itu aku bebaskan you.(pause)
Terima... terima kasih karena sudah mewujudkan keinginanku untuk selalu bersama Dian.

Sinar tak sadarakan diri. Ricky semakin histeris dan memeluk kepala Sinar. 

116. EXT. RUMAH DIAN — PAGI

Rian duduk bersama para penjaga rumah di depan pos pagar. Rian meminum kopi dan membicarakan satu hal dengan pembawaan yang cukup ceria. Kegiatan Rian terhenti ketika mobil yang Ricky tumpangi tiba di depan rumah. RICKY MEMBUNYIKAN KLAKSON MOBIL BERKALI-KALI. Rian membukakan pagar, dan membiarkan mobil Ricky masuk.

Rian mendatangi Ricky yang masih duduk di kursi kemudi, dan terkejut mendapati keadaan Ricky yang amat terpukul.

RIAN

Kau kenapa? Di mana Dian?

Ricky tak menjawab. Ricky hanya bisa menangis sambil tangannya menunjuk ke arah kursi belakang mobil. Rian melihat ada jenazah Sinar bersama satu kantung jenazah. Rian segera membuka pintu belakang, lalu membuka kantung jenazah yang berisikan tubuh Dian. Mata Rian benar-benar melotot marah.

RIAN (CONT’D)

SIAPA YANG MELAKUKANNYA?

RICKY

Bos.. Bos.. yang melakukannya.

RIAN

(melihat ke arah penjaga)

SIAPKAN SEMUA PASUKAN DAN SENJATAI MEREKA SEMUA! HARI INI KITA AKAN MENYERANG.

Rian menutup pintu mobil dengan sangat keras.

END TO BLACK

SELESAI

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar