Sinar yang Gelap
3. Jalan Pilihan Sinar

34. INT. KANTOR INVESTASI — PAGI

Sinar baru tiba di meja kerja, dan dikagetkan oleh sebuah paper bag berwarna biru tua. Sinar melihat ke dalam paper bag yang berisi ponsel keluaran terbaru. Sinar melirik ke samping, ke arah Dian yang sedang bekerja.

SINAR

Ini punya you?

DIAN

(melihat ke arah Sinar)

Bukan. Itu buat kamu.

SINAR

Dari siapa?

DIAN

Dari aku dong.

SINAR

Ini berlebihan.

DIAN

Anggap aja ini sebagai ucapan terima kasih karena selalu ada saat aku butuh kamu.

SINAR

Ini terlalu mewah.

DIAN

Bukan masalah harganya. Aku cuma ingin kasih yang terbaik buat kamu.

Sinar tak menjawab, hanya diam sambil menatap Dian.

DIAN (CONT’D)

Nanti pas istirahat, kita ngopi sebentar di cafe yuk.

Sinar menggeleng.

DIAN (CONT’D)

Kenapa, Sinar?

SINAR

(mengernyitkan dahi sambil tersenyum)

Bagaimana kalau makan malam?

35. INT. RESTORAN MEWAH — MALAM

Sinar dan Dian duduk berhadap-hadapan di sebuah restoran mewah yang berada di atas sebuah gedung tinggi. Restoran itu memiliki dinding kaca yang menampilkan pemandangan cahaya kota. Di sekitar area meja Sinar dan Dian, ada meja-meja lain yang kosong, tapi restoran ini tetap menyalakan lilin-lilin kecil pada setiap meja yang tersedia.

DIAN

Sinar, aku masih ga nyangka kamu ajak aku ke sini.

SINAR

You suka?

DIAN

Selama ada kamu, aku suka.

SINAR

Ada-ada saja.

DIAN

Padahal kita cuma teman, kan?(pause)
Iya, kan?

SINAR

Teman dekat.

DIAN

Iya, kita cuma teman biasa yang berhubungan dekat.

SINAR

(mendekatkan wajahnnya ke Dian dan berbisik)

Tapi seistimewa apa kata biasa itu?

DIAN

Seistimewa apa?

SINAR

(menarik napas dalam-dalam)

Seistimewa alam yang selalu diam. Seperti ujung kemarau yang yang melahirkan harapan para petani padi. Seistimewa ujung hujan yang melahirkan pelangi untuk dinikmati. Seistimewa you yang datang di ujung kebingungan kehidupanku ini.

DIAN

(tersenyum)

Kamu ngomong apa?

SINAR

Lalu you tadi bilang, kita itu dekat. Tapi sejauh apa kata dekat itu? Sejauh aku berkelana menghayati hidup demi hidup. Kehidupan yang benar-benar hidup telah aku temukan dalam diri you.

DIAN

(tertawa kecil)

Sinar, kamu kenapa? Ngomong apa?

SINAR

(memperbaiki posisi duduk)

Aku suka sama you. Itu intinya.

DIAN

Kamu lagi nembak aku?

SINAR

Ini hanya informasi.

DIAN

Aku kira kamu bakal kasih aku kepastian. 

SINAR

Iya, aku kasih you kepastian.

DIAN

Oh gitu?

SINAR

Dian, dengar baik-baik.(pause)
Kita adalah bahasa yang hanya bisa dimengerti oleh sunyi. You mungkin tak tahu, aku telah lama mencari sunyi, yang pada akhirnya aku temukan di balik cahaya mata you. Cahaya yang dahulu aku kira hanya ada di surga.

DIAN

(tertawa)

Sinar! Kamu ini ngomong apa?

SINAR

Ada banyak kerumitan yang nampaknya belum bisa you mengerti. Maaf kalau aku tak bisa menjelaskan semuanya, tapi nanti ke depan, aku berjanji akan selalu ada untuk you.

DIAN

Ke depannya? Memang akan ada apa?

SINAR

Masa depan itu misteri. Bisa jadi, ke depannya akan ada badai yang menghampiri you.

DIAN

(tersenyum)

Bisa jadi.

Sinar mengangguk dan memundurkan wajahnya. Dia menyandarkan tubuhnya ke bagian belakang kursi.

DIAN (CONT’D)

Aku kira kamu akan minta jawaban dari aku tentang kepastian yang kamu tawarkan itu.

SINAR

Lakukan apa saja yang you mau.

DIAN

Tentu saja aku mau, Sinar.

36. INT. TOKO BUKU — SIANG

Sinar bersama Dian mendatangi sebuah toko buku yang cukup sepi. Mereka sedang memasuki jam istirahat kantor. Awalnya mereka jalan berdampingan melewati lorong-lorong rak buku, namun di tengah perjalanan Dian menunjuk ke arah kanan, dan Sinar ke arah kiri. Mereka langsung berpisah untuk mencari buku yang masing-masing mereka incar. Saat Sinar tengah asyik melihat-lihat, Ricky menepuk bahu Sinar dari belakang. Sinar berbalik.

RICKY

Lagi ngapain lu?

Sinar tak menjawab. Sinar melihat tubuh Ricky dari bawah sampai atas. Ricky sedang mengenakan kemeja berwarna hitam.

RICKY (CONT’D)

Lu lagi menjalankan tugas baru dari bos? Apa lu cuma jalan-jalan?

SINAR

Ini tugas terakhir.

RICKY

Kapan dan siapa?

SINAR

Nampaknya aku akan kesulitan.

RICKY

Gue tanya kapan dan siapa?

SINAR

Masih kelompok yang sama dengan Rudy.

RICKY

APA? LU GILA!

SINAR

(berbisik pada Ricky)

Aku tak punya pilihan.

RICKY

(berbisik pada Sinar)

Sebaiknya lu fokus dulu, sekarang itu lu masih seorang pembunuh.(pause)
Jangan dulu bersenang-senang sama temen perempuan lu itu. Terlalu beresiko. Target lu bukan kelompok sembarangan.

Sinar mengangguk. Ricky berbalik badan, lalu berjalan beberapa langkah meninggalkan Sinar.

SINAR

You sedang mengawasi siapa?

RICKY

(berhenti melangkah)

Gue cuma jalan-jalan. Cari bahan bacaan baru.

SINAR

Buku saku di kemeja you tak menjelaskan itu.

Ricky melihat ke saku kemejanya, di sana terdapat buku saku yang dibatasi oleh sebuah pulpen.

SINAR (CONT’D)

Jangan berbohong. Apa you lupa sedang berbicara dengan siapa?

RICKY

Itu gak penting. Targetnya gak sebesar target lu. Deadlinenya juga masih lama.

SINAR

Semoga berhasil. Nanti malam, tidurlah di apartemenku.

Ricky mengangguk dan kembali melanjutkan langkahnya yang pergi meninggalkan Sinar. 

37. INT. MOBIL SINAR — SIANG

Jalanan tampak sedikit macet. Dian duduk di samping Sinar yang sedang mengemudi. Di pangkuan Dian terdapat tote bag berisikan barang-barang yang baru ia beli.

DIAN

(mengambil gelang dari dalam tote bag)

Aku tadi beli gelang ini. Keren, kan? Aku beli dua, buat kamu satu.

Sinar melirik ke arah Dian.

DIAN (CONT’D)

(mengeluarkan jaket dari dalam tote bag)

Tadi aku juga lihat jaket ini. Jaket harrington hitam yang sering kamu pakai. Aku juga beli dua, satu buat kamu.

Dian menyimpan jaket dan gelang di kursi belakang mobil.

SINAR

Jangan begitu. Jangan merepotkan diri you sendiri.

DIAN

Engga, Sinar. Aku tuh selalu bahagia saat orang yang aku sayang memakai barang pemberianku. Kamu ga keberatan, kan?

SINAR

Nanti aku pakai. Terima kasih.

DIAN

(melihat ke arah jalan raya yang macet)

Sama-sama. Eh, ini ada apa sih? Perasaan tadi ga semacet ini.

Sinar menunjuk ke arah kiri jalan, di sana ada dua orang pengemudi yang berhenti dan sekilas sedang berdebat.

DIAN (CONT’D)

(melihat ke jalan)

Apa-apaan sih. Mereka pikir kekerasan bisa menyelesaikan masalah.

SINAR

Beberapa kekerasan memang bisa menyelesaikan masalah.

DIAN

Menyelesaikan masalah dengan masalah baru.

SINAR

Boleh aku tanya you sesuatu?

DIAN

Apapun yang kamu mau.

SINAR

Tattoo di tangan ayah dan paman you. Apa artinya?

DIAN

Oh,(pause)
Itu bukan simbol kekerasan, Sinar, tapi kebebasan. Ayah dan paman justru sangat membenci kekerasan.

SINAR

Apa artinya?

DIAN

Itu cuma simbol kebebasan.

SINAR

Kebebasan yang terbatas, ya? Di dunia ini tak ada yang benar-benar bebas.

DIAN

Iya. Kebebasan yang terbatas. Di luar sana, ada orang yang jauh lebih bebas dari ayah dan paman. Saking bebasnya, orang itu bisa sangat jahat dan kejam.

SINAR

(mengernyitkan dahi)

Siapa?

DIAN

Aku gak tahu. Semua itu misteri. Satu-satunya yang aku tahu, aku sangat benci dengan orang-orang seperti itu.

Sinar yang sedari tadi fokus mengemudi terlihat mendadak hilang konsentrasi. Tatapannya kosong. Hening sesaat.

DIAN (CONT’D)

Kamu kenapa?

SINAR

Tak apa. Aku hanya khawatir terlambat ke kantor.

38. INT. APARTEMEN SINAR — PAGI

Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Hari ini Sinar tak masuk kantor. Dia duduk di meja kerja apartemen, tangan kirinya menggenggam gelang yang kemarin Dian berikan, sementara tangan kanannya menggenggam ponsel yang terdapat panggilan masuk dari Dian, tapi Sinar abaikan sampai panggilan itu berhenti. Dia lalu melihat ke sofa tempat Ricky masih tertidur pulas. TIBA-TIBA PONSEL SINAR KEMBALI BERGETAR, ada panggilan masuk dari nomor yang belum diberi nama.

SINAR

(melihat ponsel)

Seperti nomor bos.

Sinar menjawab panggilan masuk.

SINAR (CONT'D)

Ya.

BOS BESAR (O.S.)

Bagaimana perkembangannya?

SINAR

Aku keluar sekarang juga.

BOS BESAR (O.S.)

Gua kira kita sudah sepakat.

SINAR

YOU MELANGGAR KESEPAKATAN SEBELUMNYA!

BOS BESAR (O.S.)

Tenang, Sinar. Gua akan kasih tahu posisi lu sekali lagi.

Sinar menarik napas dalam, matanya mengedip pelan.

BOS BESAR (O.S.) (CONT’D)

Dengar, Sinar. Gua punya semua barang bukti catatan pembunuhan lu yang banyak itu. Lu mau gua kasih itu ke polisi? Apa lu mau lakukan eksekusi terakhir demi kebebasan lu? Lu mungkin bisa lari dari polisi, tapi lu bakal tetap dikejar-kejar oleh semua pihak yang dulu sempat lu bunuh. Apa lu lupa kalau selama ini target lu itu bukan orang-orang sembarangan?

SINAR

(menggebrak meja)

OMONG KOSONG!

Ricky langsung terbangun saat mendengar suara dan hentakan Sinar. Ricky menguping dengan posisi yang berpura-pura masih tidur.

BOS BESAR (O.S.)

GUA BARU TAHU LU SELEMAH INI!

SINAR

APA YANG AKAN YOU RASAKAN SAAT MENDAPAT TUGAS UNTUK MENYAKITI ORANG YANG YOU SAYANG?

BOS BESAR (O.S.)

(tertawa)

Gua gak tahu apa yang terjadi sama lu, dan gua gak peduli itu, tapi lu buat kesalahan karena mengikuti perasaan. Dari awal mestinya lu sadar kalau orang kayak lu itu ga pernah pantas punya perasaan. Omong kosong. Lu itu pembunuh.

SINAR

YOU TAK MENJAWAB PERTANYAAN!

BOS BESAR (O.S.)

Lu denger baik-baik, kalaupun lu ga mau selesaikan tugas ini. Target akan tetap mati di tangan pembunuh yang lain, dan lu juga akan mati.

Sinar diam tak menjawab.

BOS BESAR (O.S.) (CONT’D)

Sinar, dengar sekali lagi, kalau sampai hari terakhir lu ga eksekusi target, semua kemungkinan terburuk itu bakal terjadi.

SINAR

Ya.

BOS BESAR (O.S.)

Jangan ragu. Dulu lu pernah bilang kalau pembunuh sehebat lu ga pantas menggenggam keragu-raguan itu.

Sinar menutup panggilan masuk. Dia berjalan menuju jendela apartemen, lalu menatap kosong dari balik jendela.

RICKY

(duduk)

Jadi target lu itu...

Sinar mengangguk tanpa sedikitpun menoleh ke arah Ricky.

RICKY (CONT’D)

(berjalan mendekati Sinar dari belakang)

Sedikit lagi lu bebas. Semua yang lu idam-idamkan bakal jadi kenyataan. Sedikit lagi. Jangan sampai ke depannya lu punya penyesalan.

SINAR

Beri aku saran.

RICKY

(menepuk bahu Sinar dari belakang, tapi Sinar tidak membalikkan tubuhnya)

Jangan dulu mengikuti perasaan. Dulu lu pernah bilang, kalau kita ikutin perasaan, kita bakal terkurung di antara kebimbangan dan rasa bersalah. Percaya sama gue, semua bakal baik-baik aja. Asalkan lu bekerja serapi biasanya.

Sinar mengangguk.

RICKY (CONT’D)

Lu dengerin gue, kan?

SINAR

Saran yang sama untuk you dalam melaksanakan tugas yang sekarang.

RICKY

Lu ga perlu pikirin gue karena satu-satunya yang gue pikirin sekarang itu cuma lu.

SINAR

(berbalik dan melihat Ricky dengan mata melotot tajam)

Terserah you saja.

Ricky terperangah kaget melihat ekspresi wajah Sinar. 

39. INT. RUMAH DIAN — SUBUH

Suasana masih sepi khas subuh, sekarang tepat pukul lima dini hari. Dian duduk di tepian ranjang dengan pakaian tidur. Tangannya menggenggam ponsel, dan mencoba menghubungi Sinar berkali-kali, tapi tak kunjung ada jawaban.

DIAN

(menggenggam ponsel dengan kedua tangannya)

Sinar, kamu kenapa sih? Ada apa?

CUT TO:

40. INT. APARTEMEN SINAR — SUBUH

Sinar duduk di depan meja kerja apartemen yang terdapat akuarium kecil berisi ular cabai, botol kecil bekas minuman energi, satu buah pipet, botol kimia yang bertuliskan VX, satu bungkus tissue, dan plastik klip. Sinar memakai sarung tangan dan masker. Mata Sinar sedikit merah kerena lelah, sedangkan dahinya basah oleh butir-butir keringat. Sinar sedang menyiapkan eksekusi terakhir. Sinar memasukkan ular cabai ke dalam botol kecil bekas minuman berenergi, lalu menutupnya. Sinar mengambil plastik klip, lalu mengisi plastik klip itu dengan tepung terigu yang cukup banyak. Sinar kembali ke meja kerja, dia mengambil beberapa lembar tissue, lalu dengan menggunakan pipet, Sinar meneteskan cairan VX ke lembaran tissue. Sinar memasukkan kembali lembaran tissue beracun ke dalam kemasan, lalu menyimpannya dalam plastik yang tertutup rapat.

SINAR

Selesai.

Sinar melihat jam tangan yang menunjukkan pukul setengah enam pagi. Sinar berdiri, dan berjalan menuju kamar mandi, tapi di tengah perjalanan itu, Sinar menghampiri ponselnya yang tersimpan di atas ranjang. Sinar megecek ada banyak panggilan tak terjawab dari Dian. Sinar melihat ke arah meja, dia gamang sesaat.

SINAR (CONT’D)

Ini tak benar! Aku tak boleh begini.

Sinar langsung menghubungi Dian.

DIAN (O.S.)

Halo, Sinar. Kamu kenapa? Kamu kenapa gak bisa dihubungi?

SINAR

Hari ini aku ingin pergi ke kantor bersama you. Tunggu di rumah.

DIAN (O.S.)

Sinar, kamu kenapa? Aku khawatir.

SINAR

Aku cuma rindu you. Pokoknya tunggu saja di rumah.

DIAN

Iya, iya. Hati-hati di jalan.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar