Sinar yang Gelap
4. Salah Target

41. EXT. RUMAH DIAN — PAGI

Sinar duduk seorang diri di teras rumah Dian. Sekali, dua kali, Sinar mencuri pandangan ke arah penjaga gerbang yang serius mengamati keadaan jalanan. Sinar berpindah tempat duduk, mendekati sepatu Adidas NMD R1 Overkill Firestarter milik Jack. Sinar mengambil botol kecil bekas minuman energi yang berisikan ular cabai dari saku jaket, lalu memindahkan ular cabai ke dalam sepatu Jack, Sinar menyimpan kembali botol itu ke sakunya. Sinar melihat ke arah penjaga gerbang yang luput mengawasinya. Tak lama, pintu rumah terbuka. Dian bersama Robi menghampiri Sinar.

ROBI

(tersenyum pada Sinar)

Wah ada yang pagi benar menjemput Dian.

SINAR

(berdiri dan bersalaman)

Kebetulan lewat. Biar sekalian saja.

ROBI

(menepuk bahu Sinar)

Ya sudah, kalau begitu om pergi duluan ya, nak.

SINAR

Iya, silahkan, om.

DIAN

Hati-hati, ayah.

Robi pergi menuju mobil sedan hitam dengan sticker kecil bergambar kepala singa 80. Tak begitu lama, Jack ke luar dari dalam rumah sambil menenteng kaus kaki.

JACK

(duduk dan menyimpan kaus kaki di kursi)

Pagi betul, nak.

SINAR

(melihat ke arah Jack)

Iya. 

JACK

Kamu serius dengan Dian?

DIAN

Apa sih, paman. Pagi-pagi udah tanya yang aneh-aneh.

JACK

Gak apa-apa, nak. Sinarnya aja ga merasa keganggu kok.

DIAN

(mendekati Jack untuk bersalaman)

Kami pergi duluan, paman.

JACK

(bersalaman)

Ya sudah, kalian hati-hati ya.

Sinar mengangguk. 

42. INT. KANTOR INVESTASI — SIANG

Saat ini jam menunjukkan pukul setengah satu siang, keadaan kantin cukup penuh dengan karyawan yang sedang beristirahat. Dian sedang berdiri dan menerima dua kantung plastik makanan dari PENJAGA KANTIN. Saat akan berjalan kembali menuju ruang kerja, Mila menyapa Dian.

MILA

Pesen makanannya banyak amat sih.

DIAN

Oh, ini sekalian buat Sinar.

MILA

Memangnya Sinar ke mana?

DIAN

Ketemu calon investor katanya. Paling di cafe sekitaran sini. 

MILA

Manis banget sih kalian berdua.

DIAN

(tersenyum malu)

Apa sih, Mil. Engga lah.

MILA

Udah deh, semua orang di kantor ini juga tau kalau kalian berdua itu punya hubungan spesial.

DIAN

Jangan gitu dong, Mil.

MILA

(tersenyum)

Ciee, malu ya?(pause)
Eh tau ga, kayanya tim kita bakal dapet bonus lagi nih dari kantor.

DIAN

Kok bisa? Bukannya kinerja tim kita lagi merosot?

MILA

Engga kok. Sebenernya standar aja. Jadi timpang tuh karena dibandingin sama kinerja kita di proyek sebelumnya. Justru sekarang tim lain lagi merosot banget.

DIAN

Berarti kemungkinannya kita dapet bonus liburan, ya?

MILA

Bukan kemungkinan lagi, tapi udah pasti. Tadi gue ikut rapat evaluasi. Nilai tim lain bener-bener anjlok. Terlalu jauh.

DIAN

Wah bagus deh.

MILA

Iya, makanya dari sekarang lu bujuk Sinar supaya kali ini ikut liburan. Biar lu berdua bisa pacaran di sana.

DIAN

Mulai deh, Mil.(pause)
Eh, aku duluan ya.

MILA

Oh, iya, iya.

Dian berjalan menuju ruang kerja. Setibanya di sana, Dian menyimpan kantung plastik makanan di atas meja Sinar.

43. EXT. KANTOR ROBI — SIANG

Robi memiliki kantor yang menjulang tinggi. Sinar berjalan di area parkir sambil memakai topi, masker, dan membawa tas ransel berukuran 40 liter. Langkah Sinar terhenti tepat di depan mobil sedan hitam dengan sticker kecil kepala singa 80 milik Robi. Sinar melihat keadaan sekitar yang sepi. Sinar mengeluarkan penggaris, dan memasukkan penggaris itu ke dalam celah kaca pintu mobil depan. Pintu mobil langsung terbuka. Sinar segera masuk ke dalam mobil.

44. INT. MOBIL ROBI — SIANG

Sinar duduk di kursi kemudi. Dengan sangat cepat, Sinar mengeluarkan plastik klip berisi tepung terigu dari dalam tas ranselnya. Sinar menuangkan tepung terigu ke dalam lubang AC mobil. Sinar lalu mengambil kotak tissue mobil, mengganti tissue dengan tissue beracun yang dia bawa. Sinar segera ke luar dan kembali menutup pintu mobil.

45. KANTOR INVESTASI — SORE

Dian yang tampak serius mengetik tiba-tiba berhenti ketika Sinar duduk di meja kerja. Dian melihat ke arah Sinar.

DIAN

Gimana? Berhasil?

SINAR

(menundukkan kepala)

Iya.(pause)
Tinggal menunggu hasil.

DIAN

Syukurlah, kataku juga apa, kamu pasti bisa.

SINAR

(melihat kantung plastik makanan di atas meja kerjanya)

Ini,(pause)
Dari you?

DIAN

Iya, aku khawatir kamu sakit karena terlalu banyak yang harus kamu kerjakan.

Sinar mengernyitkan dahi, dan sedikit menggelengkan kepala. PONSEL DIAN BERBUNYI. Ada pesan masuk. Dian membaca pesan itu, sementara Sinar mencuri-curi pandangan ke arah wajah Dian yang mendadak pucat dan mata yang berkaca-kaca.

DIAN (CONT’D)

(berdiri dan mengambil tas)

Aku harus pergi.

SINAR

Ke mana? Ada apa?

Dian tak merespon. Dian setengah berlari menuju arah luar kantor.

SINAR (CONT’D)

(ikut berlari mengejar Dian)

Dian, ada apa?

DIAN

Ayah bilang kalau aku harus pulang,(pause)
Paman Jack kritis, katanya digigit ular.

SINAR

Biar aku antar.

DIAN

Ga usah. Sepupuku udah di depan buat jemput.

Sinar berhenti berlari, kepalanya tertunduk.

46. INT. MOBIL ROBI — SORE

Robi beserta empat orang lainnya bergegas menuju rumah. Robi duduk di kursi belakang bersama satu orang anak buahnya, sedangkan kursi depan di isi oleh anak buah dan supir. Mobil mereka melaju sangat cepat.

ROBI

(menggoyang-goyangkan kaki)

Lebih cepat lagi! Kita harus segera sampai rumah!

SUPIR

(menginjak pedal gas lebih dalam)

Baik, pak.

Mendadak tepung terigu berhamburan dari lubang AC mobil. Robi bersama empat orang lainnya segera melindungi wajah mereka dengan tangan. Secara spontan, anak buah yang duduk di depan memberikan kotak tissue pada Robi, lalu Robi mengambil beberapa helai tissue untuk menutup hidungnya. Wajah Robi langsung pucat. Sementara di depan, supir kewalahan untuk mengusap matanya yang terkena tepung terigu, hingga pada akhirnya tak lagi bisa mengendalikan kendaraan. Mobil Robi menabrak pembatas jalan. Berbalik dan hancur parah.

47. EXT. BUKIT KOTA — MALAM

Keadaan bukit benar-benar sepi ketika Sinar duduk termangu di bawah pohon besar. Tangannya melempar-lempar batu kecil ke arah pemandangan cahaya kota. Raut wajahnya sangat sedih dan kecewa. PONSEL SINAR BERBUNYI, dia langsung melihat ada panggilan masuk dari Bos Besar.

SINAR

YOU MAU APA?

BOS BESAR (O.S.)

LU YANG MAUNYA APA? LU MAU BUNUH DIRI?

SINAR

SEKARANG YOU KASIH AKU KEBEBASAN!

BOS BESAR (O.S.)

OMONG KOSONG! TUGAS LU BELUM SELESAI!

SINAR

BRENGSEK! YOU MAU APA LAGI?

BOS BESAR (O.S.)

LU SALAH TARGET! SALAH SATU ORANG!

Sinar melotot kaget.

BOS BESAR (O.S.) (CONT’D)

LU GILA! INFORMAN GUE BILANG KALAU LU FIX SALAH TARGET!

SINAR

TIDAK MUNGKIN!

BOS BESAR (O.S.)

KE MANA SINAR YANG GUA KENAL!

SINAR

(melotot marah)

TIDAK MUNGKIN AKU SALAH!

BOS BESAR (O.S.)

DENGER, LU MASIH PUNYA KESEMPATAN. DEADLINE MASIH ADA BEBERAPA HARI LAGI! KODENYA KEPALA SINGA 91!

Mata Sinar berkaca-kaca. Tangan kirinya menjambak rambutnya sendiri.

BOS BESAR (O.S.) (CONT’D)

Sinar lu dengerin gua, kan?

Sinar tak menjawab.

BOS BESAR (O.S.) (CONT’D)

Denger baik-baik, lu tinggal setengah langkah lagi. Gua yakin lu bisa. Sedikit lagi.

Sinar menutup panggilan telepon itu, tubuhnya lemas dan tersandar ke pohon besar. Sinar menangis sejadi-jadinya.

48. INT. RUMAH DIAN — MALAM

Suasana rumah sedang penuh duka. Beberapa orang mencoba menghapus air mata, termasuk Dian yang tampak terpukul dengan kepergian Robi dan Jack. Dian sedang duduk bersila di lantai bersama para pelayat. Di tengah kesedihan itu, Dian dihampiri oleh seorang PETUGAS KEPOLISIAN.

PETUGAS KEPOLISIAN

(menepuk bahu Dian)

Selamat malam, Mbak.(pause)
Boleh kita berbicara di belakang?

DIAN

(menoleh)

Iya, Pak.

Dian dan petugas kepolisian berjalan memisahkan diri dari kerumunan, lalu berdiri berhadap-hadapan.

DIAN

Ada apa, Pak?

PETUGAS KEPOLISIAN

Saya turut berbela sungkawa atas kepergian Mas Robi dan Mas Jack. Saya kenal almarhum cukup lama, dan saya bersaksi kalau mereka adalah orang-orang baik. Mbaknya yang tabah ya.

DIAN

Terima kasih, Pak. Mohon doanya.

PETUGAS KEPOLISIAN

Iya, mbak, ada hal lain juga yang ingin saya sampaikan.

DIAN

Apa, Pak?

PETUGAS KEPOLISIAN

Sebagai teman, saya tidak mewakili institusi, saya ingin bertanya, apa belakangan ini Mas Robi memiliki masalah dengan seseorang?

DIAN

Saya tidak tahu.

PETUGAS KEPOLISIAN

Begini, mbak.(pause)
Saya mendapat laporan dari rekan di lapangan, ditemukan cukup banyak serbuk putih di tempat kejadian perkara. Saya merasa ada sesuatu yang janggal dari kecelakaan ini.

DIAN

Janggal?

PETUGAS KEPOLISIAN

Serbuk putih seharusnya tidak ada di situ. Saya khawatir...

Petugas kepolisian nampak ragu untuk melanjutkan.

DIAN

Khawatir kenapa?

PETUGAS KEPOLISIAN

Maaf sebelumnya, apa mbak tahu dengan profesi ayah mbak?

DIAN

Ya, saya tahu semuanya.

PETUGAS KEPOLISIAN

Saya khawatir ini dilakukan oleh musuh dari Mas Robi dan Mas Jack. Waktunya terlalu sempurna untuk disebut kecelakaan, terlalu dekat juga dengan kepergian Almarhum Mas Rudi.

DIAN

(ekspresi tidak suka dengan ucapan petugas kepolisian)

Pak, saya hargai kedatangan bapak, tapi saya rasa ini bukan waktu yang tepat untuk membicarakan ini.

Dian berbalik dan beranjak pergi, namun langkah kakinya terhenti.

PETUGAS KEPOLISIAN

Jika mbak mau, saya akan mempercepat proses penyelidikannya.(pause)
Bagaimanapun juga, mereka bertiga adalah teman dekat saya.

DIAN

Bapak, lakukan semuanya sesuai prosedur aja, senormal biasanya. Saya mohon, jangan dulu membicarakan ini dengan anggota lain keluarga ayah, saya takut mereka bertindak di luar kendali.

49. INT. APARTEMEN SINAR — SUBUH

Sinar duduk di kursi kerja yang diputar ke arah belakang, sementara Ricky duduk di sofa. Mereka menonton berita dini hari yang menyiarkan kematian Robi.

PRESENTER (O.S.)

Telah terjadi kecelakaan lalu lintas di Jalan Setiabudhi. Mobil itu melaju kencang menabrak pembatas jalan, menurut informasi yang tim kami dapat, keempat orang yang berada di dalam mobil meregang nyawa di tempat. Pihak kepolisian mengatakan kalau ini bukan murni kecelakaan, ada beberapa indikasi pembunuhan. Pihak kepolisian sendiri sedang mendalami kasus ini guna mendapat identitas pelaku.

Ricky langsung berlari menghampiri Sinar, dan memukul tepat di pipi kanan Sinar. Sinar tersungkur jatuh dari kursi.

RICKY

LU GILA! TADI LU BILANG SALAH TARGET, DAN SEKARANG DITAMBAH KECEROBOHAN LU YANG BIKIN POLISI TAU KALAU ITU PEMBUNUHAN! BANGUN! LAWAN GUE!

Sinar berdiri lemas sambil memegang pipi. Matanya berkaca-kaca.

RICKY (CONT’D)

(memukul pipi Sinar sampai tersungkur)

LAWAN GUE! MANA SINAR YANG TERKENAL ITU! MANA SINAR YANG KATANYA SEMPURNA ITU!

Sinar kembali berdiri sambil memegang pipi.

RICKY (CONT’D)

(meremas kerah pakaian Sinar)

SEKARANG LU DICARI 2 KELOMPOK SEKALIGUS. SINGA JANTAN DAN KEPOLISIAN. KENAPA LU GA PAKE PELAKU PALSU? LU GILA!

Sinar mengangguk tanpa mengatakan apapun.

RICKY (CONT’D)

NANTI PAGI LU HARUS KE KANTOR. JANGAN ADA ISTIRAHAT! BUAT ALIBI SECEPAT DAN SEKUAT MUNGKIN! GUE SIAP BANTU KALAU LU KETANGKEP!

Sinar lagi-lagi hanya mengangguk.

RICKY (CONT’D)

(memukul pipi Sinar sampai tersungkur)

SIAL!(pause)
GUE CAPE-CAPE KHAWATIR SAMA ORANG YANG GA PERNAH MENGKHAWATIRKAN DIRINYA SENDIRI!

Sinar berdiri, dan langsung memeluk Ricky. Sinar menangis. Mendapat perlakuan itu, Ricky sedikit kaget.

RICKY (CONT’D)

Sinar...

SINAR

Maaf.

RICKY

Ini kegagalan pertama lu, dan korbannya bukan orang sembarangan. Cepet beresin. Gue bener-bener khawatir. Gue akan terus cari cara buat bantuin lu.(pause)
Sekarang lu beresin dulu semuanya. Lupain dulu perempuan itu.

SINAR

Harus?

RICKY

Harus. Itu bukti kalau lu bener-bener cinta sama dia.
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar