Short Film Script Volume IV
1. Sebelum Tengah Hari Bagian 1

EXT. DEPAN GEREJA - PAGI

Suara Bunyi Lonceng terdengar dari arah Gereja, bersamaan dengan Orang-orang yang keluar dari dalam Gereja.

Jalan di depan Gereja menjadi ramai, Orang-orang berbicara dan berkumpul, ada juga yang menyebrang jalan.

YUSUF, berdiri di seberang Gereja, melihat Handphone di tangannya. Kemudian, ia memperhatikan sekitar.

Dari arah seberang jalan, CYNTHIA, berdiri bersama Orang-orang lain, melihat Handphone di tangannya, kemudian ia melihat sekitar.

Yusuf melihat Cynthia di seberang jalan, bersamaan dengan Cynthia yang melihat Yusuf. Yusuf tersenyum, bersamaan dengan ia melambaikan tangannya.

Cynthia menyebrangi jalan menuju Yusuf, mereka bertemu dan mereka berbicara sebentar dan mereka berjalan menjauhi Gereja, sambil berbicara.

EXT. DEPAN RUMAH MAKAN - PAGI

Cynthia dan Yusuf keluar dari Mobil yang terpakir, mereka berjalan ke sebuah Rumah Makan.

INT. RUMAH MAKAN - PAGI

Rumah Makan itu tidak terlalu ramai, beberapa kursi di duduki Pelanggan.

Cynthia duduk di salah satu kursi, sementara Yusuf berbicara kepada Penjual Mie Ayam di depan Rumah Makan. Cynthia melihat Yusuf, datar.

Tak lama kemudian, Yusuf kembali dan duduk di depan Cynthia.

YUSUF

Tempat ini gak banyak berubah.

Bersamaan dengan mereka yang saling melihat sekitar, memperhatikan.

CYNTHIA

Oh, ya? aku yang sering ke sini ngerasa banyak yang berubah.

YUSUF

Karena kamu datangya gak sam aku?

Cynthia tersenyum mendengarnya.

CYNTHIA

Tapi aku yakin sedikit banyak ada yang berubah. Gak mungkin tempat bisa sama selamanya.

YUSUF

Termasuk kita?

CYNTHIA

Apalagi kita.

Mereka berdua tersenyum kecil.

YUSUF

Kamu sendiri ada yang berubah? masih konseling? masih sering muncul?

Cynthia diam, ia melihat Yusuf.

CYNTHIA

Udah jarang muncul, kalau aku capek banget terus stress, dia pasti muncul. Sesekali aku masih ikut konseling.

Yusuf tersenyum mendengarnya.

CYNTHIA

Tapi aku punya hobi baru sekarang. Nulis jurnal. Kamu tahu aku orangnya suka pendam kalau ada apa-apa.

YUSUF

Seingat aku kamu terbuka sama aku.

CYNTHIA

Cuma sama kamu aku terbuka. Keluarga aku bahkan tahu itu.

YUSUF

Sampai-sampai mereka sering tanya aku sebulan sekali. Kayak laporan.

Mereka berdua tersenyum mendengarnya.

CYNTHIA

Ternyata nulis jurnal bisa bikin aku lebih tenang, aku bisa tuangin pikiran aku selama seharian itu, perasaan aku, hal yang bikin aku senang, termasuk juga yang gak aku suka. Aku nulis jurnal harian dua kali sehari, pagi sama malam. Bisa bikin pikiran aku lebih teratur.

YUSUF

Kenapa kamu mulai nulis Jurnal Harian?

CYNTHIA

Karena gak ada orang yang bisa dengerin aku selain kamu. Dan kita gak bisa lagi kayak dulu.

Ada jeda di antara mereka.

CYNTHIA

Aku pergi ke Toko Buku. Aku kesana cuma buat jalan-jalan, gak ada yang mau aku beli. Gak sengaja aku lihat buku-buku jurnal harian. Aku ambil satu, ada judulnya di buku jurnalnya, Five Minute Journal. Gak tahu kenapa aku tertarik lihat judulnya, aku buka. Seperti biasa, ada tanggal, tahun sama hari, kayak buku harian biasa. Tapi yang beda, ada pertanyaan yang kita harus jawab di setiap halaman. Dan pertanyaanya gak sama di setiap halaman. Itu yang bikin aku tertarik coba nulis jurnal harian. Setelah sekian lama.

YUSUF

Kasih satu pertanyaan di jurnal kamu?

CYNTHIA

Oke, jadi di dalam satu halaman ada tiga pertanyaan. Pertanyaanya simple, tapi bikin aku mikir. Apa yang bisa membuat hari kamu lebih berarti, apa yang membuat kamu berterimakasih untuk hari ini. Hanya itu yang aku ingat.

Yusuf tersenyum mendengarnya.

YUSUF

Dan kamu merasa lebih fokus?

CYNTHIA

Iya... aku bisa cerita tentang hal yang menurut aku orang lain gak perlu tahu, hal-hal yang menurut aku privasi. Aku hanya nulis buat diri aku sendiri. Aku bisa buang semua pikiran yang gak penting, bikin perasaan aku lebih tenang.

Yusuf mengangguk, mengerti.

CYNTHIA

Walaupun setiap hari aku tulis jurnal, bukan berarti aku bisa lebih tenang kan? Ada masanya aku mau cerita tentang pikiran aku ke orang lain daripada nulis di jurnal.

YUSUF

Ouch. Kena lagi.

Mereka berdua tersenyum. Yusuf mengambil gelas dan menuangkan air dan meletakannya di depan Cynthia. Cynthia melihat Yusuf.

YUSUF

Aku gak masalah kalau kamu mau cerita ke aku. Tapi kamu bilang gak bisa.

CYNTHIA

Aku gak mau pendirian aku berubah gara-gara kamu.

YUSUF

Kamu mau ketemu aku itu artinya pendirian kamu udah berubah, Cynthia.

Mereka berdua tersenyum.

CYNTHIA

Sekilas gak ada masalah, tapi pertanyaanya cuma beberepa jenis. Jadi setiap hari aku dapat perntanyaan yang sama.

YUSUF

Itu jadi rutinitas buat kamu.

CYNTHIA

Tapi aku bersyukur. Itu kayak semacam kebahagiaan kecil buat aku, bisa bersyukur hal-hal kecil yang sebenarnya ada disekitar kita.

Yusuf mengangguk. Tak lama kemudian, Pesanan Mie Ayam mereka datang, Penjual itu meletakan Dua Mangkok Mie Ayam di depan mereka.

YUSUF

Waktu kecil dulu, seingat aku, aku pernah punya teman, dia tulis Jurnal Harian, dia bawa ke sekolah, gak sengaja yang lain tahu, terus di baca. Satu kelas tahu terus ketawa lihat buku harian dia.

CYNTHIA

Itu yang jadi masalah. Jurnal Harian itu jadi privasi buat orang lain. Mungkin kita lihat mereka lucu, tapi mungkin buat mereka, itu cara mereka buat keluar dari masalah mereka.

Yusuf mulai mengaduk Mie Ayam didepannya, bersamaan dengan ia mendengar cerita Cynthia.

CYNTHIA

Baca Jurnal harian orang lain itu udah masuk pelanggaran privasi dan mereka berhak marah, termasuk orang tua sekalipun. Masalahnya adalah, kita hidup di negara yang Orang Tua kita harus tahu segala sesuatu tentang Anaknya, ikut campur dalam segala hal. Membuat anak mereka jadi gak ada ruang privasi. Mungkin ini kayak aku salahin orang tua aku, tapi kenyataannya gitu.

Yusuf mengambil Mangkok Mie Ayam di depan Cynthia dan meletakan di depannya. Yusuf mengambil sayuran dari Mangkok Mie Ayam Miliknya dan meletakan di Mangkok Cynthia.

Kemudian ia meletakan Mangkok Mie Ayam yang sudah di aduk d idepan Cynthia. Cynthia melihatnya.

YUSUF

Kamu gak makan sayur.

Cynthia melihat Yusuf yang mulai mengaduk Mie Ayam miliknya. Datar. Bersamaan dengan Cynthia yang menuangkan Sambal dan Saos di Mangkok Mie Ayamnya.

CYNTHIA

Kamu sendiri? gimana? Master kamu bukannya udah selesai sekarang.

YUSUF

Iya... bulan kemarin, minggu kemarin mereka baru pulang. Bapak sama Ibu datang, mereka nangis.

CYNTHIA

Wajar itu karena kamu orang pertama di keluarga yang dapat Master, dari luar negeri lagi. Aku kalau lihat kamu di sana, mungkin nangis juga.

Yusuf tersenyum kecil mendengarnya.

CYNTHIA

Aku serius, Yusuf.

Yusuf tersenyum mendengarnya. Ia melanjutkan mengaduk Mie Ayamnya.

CYNTHIA

Jadi kamu balik lagi ke sana atau kamu tinggal disini?

YUSUF

Aku masih belum tahu. Barang-barang aku masih di sana, mungkin aku balik lagi ke sana, lihat keadaan dulu, baru aku bisa putusin.

CYNTHIA

Jadi apa yang kamu dapat selama kamu disana?

Yusuf berpikir.

YUSUF

Pengalaman belajar atau pengalaman sosial?

Cynthia melihat Yusuf, bingung.

YUSUF

Kamu pasti pernah dengar kalau ilmu yang kita dapat dari univeristas cuma sepuluh persen di pakai di dunia nyata. Aku ngejar Master bukan karena aku mau dapat gelar, aku penah bilang sama kamu. Tapi karena aku mau pikiran aku bisa terima hal-hal yang gak pernah aku tahu sebelumnya, bikin pikiran aku terbuka sama hal yang baru. Bisa di bilang bikin aku lebih tahu tentang diri aku sendiri dari ilmu yang aku dapat.

CYNTHIA

Aku ngerti, kamu ngerasa setelah kamu belajar di luar, kamu pulang, biki kamu ngerasa beda dari orang lain.

YUSUF

Kamu bilang gitu dalam artian apa, positif atau negatif?

CYNTHIA

Aku gak tahu, balik ke kamu.

YUSUF

Oke, tapi kamu harus tahu, mungkin orang lain yang belajar dari luar, setelah dia pulang, ada perubahan, secara gak langsung, dia pasti bandingin apa yang ada di sini dengan apa yang ada di sana, itu wajar, perbadingan bikin kita tahu kelebihan dan kekurangan. Tapi kita lupa, kita pernah menjadi bagian itu dulu, sebelum kita mendapat pemahaman baru dan karena kita dapat ilmu sedikit, kita bilang itu salah dan ini benar.

CYNTHIA

Jadi kamu bilang, setiap orang yang belajar dari luar pasti akan selalu kritik setiap yang ada di sekitarnya.

YUSUF

Kamu bisa bilang gitu buat orang yang mengambil mentah-mentah ilmu yang mereka belajar dari luar.

CYNTHIA

Apa alasan kamu bilang gitu?

YUSUF

Orang-orang luar itu lebih individual, mereka gak peduli dengan masalah kita. Kebebesan Individu lebih tinggi dari apapun. Beda dengan di sini, masyarakat hidup dalam satu sistem sosial, adat istiadat, masyarakat hidup secara berkelompok. Contohnya, orang-orang yang datang dari luar Jakarta, ketika mereka datang, mereka tinggal di keluarga mereka, membuat mereka bersosialisasi dengan sesama mereka. Ketika mereka tinggal sesama mereka, mereka memiliki ide dan perasaan yang sama terhadap sesuatu. Membuat ketika mereka menghadapi masalah, bukan hanya satu orang saja yang menghadapinya, tapi orang-orang di dalam kelompok dia yang juga akan menghadapi masalah itu. Butuh waktu untuk mereka bisa keluar dari lingkaran itu, atau mungkin tidak sama sekali, mereka akan tetap di lingkaran mereka.

CYNTHIA

Oke aku ngerti, tapi gimana sama orang yang mentah-mentah ambil ilmu dari luar dan waktu mereka pulang, mereka kritik setiap hal?

YUSUF

Itu mungkin karena mereka gak mempertimbangkan latar belakang setiap orang di sini. Butuh bertahun-tahun buat ubah cara pandang masyarakat. Kamu bisa lihat perbedaannya, Cynthia. Apalagi Indonesia, punya banyak suku dan ras. Hanya di kota-kota besar kita bisa lihat cara pandang yang berbeda, kamu bisa lihat sekarang, orang-orang di Jakarta sudah lebih jadi individual dari pada di tempat aku. VBeda di luar, ras mereka gak terlalu banyak dan mereka sudah mengalami banyak revolusi, kerajaan-kerajaan mereka saling mengawini satu sama lain di masa lalu, secara gak langsung mereka saling berhubungan. Banyak perbedaan dan menurut aku orang-orang lupa itu, gak semuanya bisa dibandingkan.

CYNTHIA

Jadi kamu masuk yang mana? mengkritik atau mengamati?

YUSUF

Aku gak tahu, aku gak bisa nilai diri aku. Karena aku gak mau karena aku punya ilmu dengan gampangnya aku bilang itu salah dan ini benar.

CYNTHIA

Tapi banyak yang kayak gitu.

YUSUF

Iya itu mungkin mereka. Tapi gak buat aku.

CYNTHIA

Iya, aku paham maksud kamu. Gampangnya kayak orang yang paham agama. Begitu dia tahu, apa yang kita lakuiin bisa-bisa salah. Alasannya sesama umat, harus saling mengingatkan.

Yusuf tersenyum mendengarnya. Yusuf berhenti makan, ia memperhatikan Cynthia yang sedang makan.

Cynthia yang sedang makan berhenti, menyadari Yusuf yang melihatnya.

CYNTHIA

Kenapa?

YUSUF

Gak apa-apa.

Yusuf melanjutkan makannya, Cynthia melihat Yusuf.

CYNTHIA

Amanda udah nikah sekarang.

YUSUF

Oh, ya? sama Rio?

CYNTHIA

Mereka udah nikah setahun, mereka udah punya Anak. Laki-laki.

YUSUF

Baguslah, dia udah sibuk, banyak yang harus di urus. Setidaknya berkurang teman kamu.

CYNTHIA

Kenapa kamu bilang gitu?

YUSUF

Gak apa-apa, aku cuma bilang itu baik buat kamu sama dia. Gak lebih.

Ada jeda diantara mereka.

CYNTHIA

Gak sia-sia mereka pacaran tujuh tahun.

YUSUF

Menurut kamu sia-sia kalau pacaran lama tapi gak nikah akhirnya?

CYNTHIA

Gak...

YUSUF

Kayak kita dulu?

Ada jeda diantara mereka, lama sekali.

YUSUF

Ini pertama kalinya kita ketemu sejak kita putus. Udah tiga tahun.

Cynthia hanya diam.

YUSUF

Kamu makin cantik sekarang.

Cynthia melihat Yusuf. Terkejut mendengarnya.

YUSUF

Kamu pakai skincare apa? Aku mau tahu.

Cynthia tersenyum kecil mendengarnya, ia melanjutkan makan. Bersamaan dengan Yusuf yang masih memperhatikan Cynthia sesaat, ia kembali melanjutkan makannya.

CYNTHIA

Kamu pasti pernah dengar, mantan jadi lebih cantik kalau udah putus.

YUSUF

Iya mungkin waktu kamu sama aku dulu, kamu stress, setelah putus, semua beban hilang.

Cynthia tidak menjawab, ia hanya melihat Yusuf, serius.

CYNTHIA

Itu waktu paling bahagia yang pernah aku rasain dalam hidup aku. Dan aku serius, Yusuf.

Ada jeda di antara mereka.

CYNTHIA

Kita lakuin semuanya buat pertama kali, seingat aku gak ada yang gak kita lakuin. Kita habisin umur duapuluhan kita sama-sama. Setiap hari, kalau ada waktu kita ketemu, paling gak makan bareng. Kita usahain ketemu walau gak lama.

Yusuf hanya diam.

CYNTHIA

Dan itu gak mungkin bisa di ulang lagi. Jadi aku gak merasa sia-sia aku habisin waktu aku sepuluh tahun sama kamu.

Mereka berdua tersenyum.

CYNTHIA

Harus aku akui, gak ada kamu aku gak tahu mau ngapain. Sekarang aku cuma jalanin rutinitas aku. Beda dengan kita dulu, setiap hari ada aja yang kita lakuin. Tapi aku suka dengan hidup aku sekarang. Hidup dalam kesibukan bisa bikin aku gak terlalu berlebihan dalam berpikir sesuatu.

Cynthia menghabiskan Mie Ayamnya. Ia meletakan Mangkok berisi Bakso di depan Yusuf.

Yusuf melihat Cynthia.

CYNTHIA

Aku gak pernah habis makan Bakso.

Yusuf hanya diam, ia kembali melanjutkan makannya. Cynthia memperhatikan Yusuf, lekat-lekat, sambil menopang dagu.

CYNTHIA

Kamu masih potong rambut yang sama. Modelnya.

Mendengarnya membuat Yusuf melihat Cynthia, memegang rambutnya, rambut pendek.

YUSUF

Aku suka model ini, lebih rapi.

CYNTHIA

Kan? selera aku gak pernah jelek.

Yusuf tersenyum mendengarnya.

YUSUF

Kamu juga masih pakai Kalung yang sama.

Sesaat Cynthia memegang kalung di lehernya, terlihat sederhana, tapi elegan.

CYNTHIA

Karena aku suka.

YUSUF

Karena aku gak pernah salah milih.

Cynthia tersenyum mendengarnya.

YUSUF

Gak peduli seberapa banyak yang berubah dan terjadi. Ada juga hal yang gak berubah.

Bersamaan dengan mereka yang saling melihat satu sama lain. Lama sekali.

CYNTHIA

Iya... itu mungkin. Termasuk kita.

Yusuf sudah selesai makan, ia menghabiskan Air di sebelahnya.

YUSUF

Kamu gak ada janji hari ini?

CYNTHIA

Gak ada, beda kalau dulu. Sekarang aku lebih suka di rumah, baca buku, tidur siang.

Yusuf mengangguk.

CYNTHIA

Kamu disini berapa lama?

YUSUF

Hari ini. Besok pagi, aku pulang ke tempat Orang Tua aku.

CYNTHIA

Kamu gak ada janji hari ini?

YUSUF

Aku cuma mau ketemu kamu hari ini. Lihat keadaan kamu gimana.

CYNTHIA

Dan kamu udah tahu keadaan aku gimana sekarang.

YUSUF

Kamu ada pacar sekarang?

Cynthia terkejut mendengarnya.

CYNTHIA

Itu kenapa kamu mau ketemu aku?

YUSUF

Bisa jadi. Gak ada salahnya tanya, kan?

Cynthia tersenyum kecil, bersamaan dengan Yusuf.

CYNTHIA

Ada... tiga bulan yang lalu. Gak tahu kenapa, aku merasa gak nyaman sama dia. Tapi dia baik.

YUSUF

Banyak hal yang harus di perhatiin kalau mau jalan sama orang lain.

CYNTHIA

Iya, kan. Yang paling penting kamu harus tahu gimana sifatnya. Kita gak bicara latar belakangnya dulu. Aku gak mau tahu-tahu kita pacaran dengan orang yang suka diam-diam ternyata stalker, dia udah incar kita dari lama, PK. Tapi ketutup sama penampilannya mempesona.

Mendengarnya membuat Yusuf tertawa.

YUSUF

Aku selalu suka lihat kamu kalau melebih-lebihin cerita.

Mendengarnnya membuat Cynthia tertawa.

CYNTHIA

Iya, aku tahu ini berlebihan, tapi bukan gak mungkin kan. Kamu sendiri?

YUSUF

Aku juga gak.

CYNTHIA

Kamu merasa gak cocok?

YUSUF

Aku yang gak mau.

CYNTHIA

Jangan bohong, Yusuf. Kenapa? gak ada yang kayak aku...
(jeda)
(terkejut)
Jangan bilang kamu...

Yusuf mengangguk. Yusuf memperhatikan Cynthia, serius sekali. Tersenyum.

Sementara Cynthia, ia menghabiskan Air di dalam Gelasnya. Sesaat kemudian ia melihat ke arah lain, menhindari kontak mata dengan Yusuf.

Yusuf masih melihatnya, masih tersenyum.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar