Roti Lapis: The Story of Mbak-Mbak SCBD
7. ACT 2.5.

69. EXT. RUMAH AYAH PUTRI, HALAMAN - PAGI

Empat mobil sewaan, dua mini bus dan dua pick-up (atau box) yang sudah dipenuhi barang-barang terparkir di jalan depan rumah. 

EMPAT SOPIR tampak menunggu di dalam atau di dekat mobilnya masing-masing. 

IBU PUTRI, BUNGA dan PUTRI (kondisi hamil tujuh bulan) keluar dari rumah membawa barang-barang pribadi. 

PUTRI

(ke Bunga)

Semua barang sudah dibawa, kan? 

BUNGA

Udah mbak, di dalam sudah kosong, kok... 

PUTRI

(ke Ibu Putri)

Udah pamit sama tetangga-tetangga kan, bu? 

IBU PUTRI

Udah dari kemarin... 

PUTRI

(teriak ke dalam rumah)

Mas, ayo mas, cepetan... keburu siang, nanti panas... 

REZA (O.S.)

Sebentar... 

PATRA dan REZA bekerja sama mengeluarkan dan mendorong kursi roda AYAH PUTRI dari dalam rumah. 

PATRA

Udah mas, biar aku aja... 

REZA

Sama-sama aja... 

BUNGA

Eh, foto dulu... 

PUTRI

Ayo, ayo... 

IBU PUTRI

Di mana posisinya? 

PUTRI

Di sana aja... 

Putri dan Ibu Putri berdiri di depan rumah. Patra dan Reza memposisikan kursi roda Ayah Putri tepat di tengah. Bunga memberikan HP-nya pada SOPIR #1. 

BUNGA

Mas, tolong fotoin, ya... 

Bunga mengambil posisi di antara barisan Ayah Putri, Ibu Putri Putri, Reza dan Patra. Sopir #1 mengarahkan kamera HP-nya. 

PATRA

(ke Sopir #1)

Rumahnya harus kelihatan semuanya ya, mas... 

SOPIR #1

Oke... 

(beat)

Siap ya, satu, dua, tiga... 

PUTRI

Lagi, mas... yang banyak aja fotonya... 

SOPIR #1

Satu, dua, tiga... Satu, dua, tiga... 

BUNGA

Ganti posisi... 

Ibu Putri, Putri, Reza, Patra, Bunga berganti posisi, sedangkan Ayah Putri di kursi roda tetap di tengah. 

SOPIR #1

Satu, dua, tiga... 

(beat)

Satu, dua, tiga... 

70. EXT. JALAN RAYA - PAGI

Dua mobil mini bus yang ditumpangi AYAH PUTRI, IBU PUTRI, PUTRI, REZA, PATRA dan BUNGA melaju dengan kecepatan sedang. Di belakang, dua mobil pick up mengikuti.  

Perjalanan menuju rumah baru di pinggiran kota Jakarta yang sebenarnya tidak begitu jauh, terasa sangat panjang dan lama karena harus meninggalkan kenangan sambil menyambut harapan. 

71. EXT. JALAN KOMPLEK - SIANG

Dua mobil mini bus dan dua mobil pick up memasuki komplek perumahan yang terlihat rapih dan teratur. 

72. EXT. RUMAH BARU AYAH PUTRI, DEPAN - SIANG

Di depan sebuah rumah yang tidak sebesar rumah lama, keempat mobil tersebut berhenti.

IBU PUTRI, PUTRI dan BUNGA turun dari satu mobil, sedangkan dari mobil lain REZA dan PATRA menurunkan AYAH PUTRI lalu mendudukkannya di kursi roda. 

BUNGA

Foto yuk, foto... 

PUTRI

Udah, nggak perlu... di sini foto-fotonya bisa kapan aja... 

Semua masuk ke dalam rumah. 

73. EXT. RUMAH BARU AYAH PUTRI, RUANG TENGAH - SIANG

AYAH PUTRI, IBU PUTRI, PUTRI, REZA, PATRA dan BUNGA berkumpul di ruang tengah. 

PUTRI

Gimana pak, rumahnya? Enak, kan? 

Ayah Putri berusaha keras agar bisa mengangkat jempol dan mengangguk juga tersenyum hingga akhirnya berhasil. Semua orang tersenyum lalu tertawa melihatnya. 

IBU PUTRI

Semoga betah ya, kita tinggal di sini... 

PATRA

(ke Putri)

Mbak, jadi kan aku dibeliin motor? 

REZA

Aku udah urus, besok diantar, katanya... 

PATRA

Asyik... 

PUTRI

Bunga pindah ke sekolah baru mulai besok, ya...  

BUNGA

Iya, mbak... 

PUTRI

Oh iya... uang warisan yang jadi hak bapak, sebagian sudah dibelikan rumah ini, dan motor untuk Patra... sisanya aku yang pegang... 

IBU PUTRI

Ibu sama bapak sudah percayain sama kamu... 

PUTRI

Oh, ya... Putri mau ngomong satu hal lagi... mmh... 

Putri melirik ke arah Reza lalu memberi kode. Reza tampak bingung karena tidak mengerti dengan kode Putri. 

PUTRI (CONT’D)

Aku punya rencana... dan rencana ini harus disetujui semua orang... terutama bapak sama ibu... 

(beat)

Gimana... kalau uang yang ada, Putri jadikan modal untuk ngembangin usaha roti kita? 

Reza pasang ekspresi seolah mengerti dengan apa yang akan dikatakan Putri. 

PATRA

Maksudnya? 

PUTRI

Aku butuh uang untuk sewa kios di food court yang nantinya akan dijadikan tempat untuk jualan roti... 

BUNGA

Wah, asyik tuh... 

PATRA

Boleh, boleh... aku setuju... 

PUTRI

Bapak? Ibu? Mas Reza? 

REZA

Terserah bapak sama ibu... 

Semua melihat ke arah Ibu Putri yang lalu melihat ke arah Ayah Putri yang lalu mengangguk-angguk sambil mengangkat jempol. 

PUTRI

Bapak setuju? 

Berusaha keras untuk bicara. 

AYAH PUTRI

Ba.. gus...

IBU PUTRI

Kalau bapak setuju, ibu juga setuju... 

Semua orang tersenyum bahagia. Bunga yang paling senang. 

BUNGA

Ye, kita punya bisnis... 

74. INT. RUMAH BARU AYAH PUTRI, KAMAR PUTRI - SIANG

REZA sedang ngetik di laptop ketika PUTRI datang. 

PUTRI

Akhirnya kita dapat modal untuk ngembangin usaha roti, mas... 

REZA

Alhamdulilah... jadi nggak perlu pakai pinjaman yang beresiko... 

PUTRI

Dan keuntungannya nanti, untuk keluarga sendiri... nggak dipotong cicilan, nggak dipotong biaya, nggak dipotong macam-macam... 

REZA

Jadi gimana rencana kamu? Uangnya mau dipakai apa saja? 

PUTRI

Aku sudah bikin hitung-hitungan, untuk sewa kios, listrik, air, kebersihan, bayar karyawan... dan kayaknya aku harus bikin variasi roti lapis yang baru yang tentunya lebih enak... 

REZA

Jangan lupa kemasan sama merk-nya... 

PUTRI

Oh iya, itu juga penting ya... nanti deh, aku pikirin lagi... 

Putri lalu berbaring di atas ranjang, seolah sedang menggoda Reza. 

PUTRI (CONT’D)

Sepertinya semua masalah kita sudah selesai... bapak sudah mau sembuh, novel kamu selesai, usaha roti lapis aku juga akan berkembang, jadi sekarang kita sudah boleh santai... 

Putri menepuk-nepuk bagian kasur di sampingnya. Reza mengerti, tersenyum, lalu mendekati Putri. 

REZA

Isteriku... 

PUTRI

Suamiku... 

Reza hendak mencium Putri, tiba-tiba TOK-TOK-TOK, pintu diketuk dari luar. 

BUNGA (O.S.)

Mbak... dipanggil ibu... 

Reza dan Putri tampak kecewa. 

75. INT. RUMAH BARU AYAH PUTRI, RUANG TENGAH - SIANG

PUTRI keluar dari kamar menemui BUNGA yang menunggunya. 

PUTRI

Mana ibu...?

BUNGA

Di kamar... 

PUTRI

Ada apa sih? 

BUNGA

Ada yang mau ketemu... 

PUTRI

Siapa? 

BUNGA

Lihat saja... 

Informasi Bunga membuat Putri penasaran lalu bergegas ke ruang depan. 

76. INT. RUMAH BARU AYAH PUTRI, KAMAR AYAH - SIANG

PUTRI masuk ke kamar bapak. Ia terkejut melihat PUTRA (lelaki 30 th, kakak Putri) yang sedang duduk di dekat IBU PUTRI dan kursi roda AYAH PUTRI. 

PUTRI

(kaget)

Mas Putra...? 

(sedikit emosi)

Ngapain lo di sini? 

77. EXT./INT. KAFE - SIANG

PUTRI dan PUTRA duduk di kursi meja makan. Putri tampak tak suka pada keberadaan Putra. 

PUTRI

(emosi)

Kenapa lo baru datang? Kemana lo waktu bapak sakit? Lo masih inget keluarga nggak, sih?! 

PUTRA

Udah, udah... tenang, tenang... diam dulu, gue mau ngomong... 

PUTRI

Udah bisa ditebak. Lo datang cuma mau minta uang, kan? 

PUTRA

Gue tahu bapak baru dapat warisan. Ibu bilang uangnya sebagian lo pegang. Gue butuh banget, Put... 

PUTRI

Nggak! Ini uang bapak, ini uang keluarga, ini uang yang akan dipakai untuk usaha yang keuntungannya nanti untuk biaya hidup sehari-hari. 

PUTRA

Gue juga anak bapak, gue berhak untuk ngedapetin sebagian uang itu... 

Putri menurunkan volume suaranya, tapi tetap mempertahankan emosinya. 

PUTRI

Untuk apa? Untuk narkoba? Untuk senang-senang? Lo egois mas... 

Putra menghela napas panjang lalu bicara memelas. 

PUTRA

Gue punya utang sama bandar, Put... kalo nggak dibayar, gue bisa... 

Tiba-tiba datang dua LELAKI TAMPANG BENGIS (LTB, 40 th) menghampiri meja tempat Putra dan Putri. 

LTB #1

Jadi ini adik, lo? Boleh juga... 

LTB #1 tetap berdiri sedangkan LTB #2 duduk di samping Putra. 

LTB #2

Abang lo punya utang sama kita, kalo nggak dibayar, lo akan terima resiko yang paling parah dari kita... 

PUTRA

Tolong gue Put... 

Putra tampak ketakutan. Putri lebih ketakutan lagi, tapi ia berusaha untuk memberanikan diri. 

PUTRI

NGGAK! 

Putri berdiri, hendak pergi, tapi LTB #1 mendorong Putri hingga terduduk dengan keras. 

LTB #1

Duduk! 

PUTRI

Aaah... 

Putri merasa perutnya sakit. Putra merasa khawatir. 

PUTRA

Put... 

LTB #1

Diam lo di situ!

Putra kembali duduk. 

LTB #2

Gue nggak mau berbuat lebih kasar lagi... 

PUTRI

Oke, berapa? 

LTB #2

Lima puluh juta... 

PUTRI

(kaget)

Lima puluh juta? 

PUTRA

Put, tolong... 

LTB #2

Dia coba-coba jadi pengedar, tapi ternyata malah dipakai sendiri... 

Putri keberatan membayar semahal itu, tapi tidak ada jalan lain. 

PUTRI

Ke mana saya musti transfer? 

LTB #2

Cash... 

PUTRI

Ini hari minggu, bank tutup. 

LTB #1

Gue antar ke bank yang buka di hari minggu... 

78. EXT. BANK, PARKIRAN - SIANG

PUTRI keluar dari bank membawa amplop besar, LTB #1 yang menunggu di parkiran menengadahkan tangan, tapi Putri menggelengkan kepala.  

PUTRI

Gue mau serahin ini di depan Patra... 

LTB #1 membukakan pintu mobil, Putri masuk. LTB #1 berjalan memutar ke pintu driver, masuk lalu mobil itu melaju. 

79. INT. KAFE - SIANG

PUTRA duduk menunggu bersama LTB #2 ketika PUTRI dan LTB #1 datang. 

PUTRI

(ke Patra)

Ini uangnya... 

Putri memberikan amplop besar pada Putra. 

PUTRA

Makasih, Put... nanti aku ganti... 

Putra memberikan amplop besar pada LTB #2 yang lalu tersenyum. 

LTB #2

Gue nggak suka bisnis sama, lo... 

LTB #1 dan LTB #2 pergi. Putra lega, tapi Putri masih belum bisa menghilangkan kekesalannya. 

PUTRI

Lo harus berhenti, mas... 

PUTRA

Gue janji. Kali ini akan berhenti... sumpah... sungguh... pasti... 

PUTRI

Ya sudah, kita pulang... 

Putri berdiri, Putra juga berdiri. 

Tiba-tiba dua POLISI BERSERAGAM (PB) dan satu POLISI TAK BERSERAGAM (PTB) datang mendekat. 

PTB

Putra Sartono, anda kami tangkap! 

PUTRI

Lho? Apa salah kakak saya? 

PTB

Dia buron dari tahanan kami sebagai pengedar narkoba... 

PB #1 dan PB #2 memborgol Putra yang hanya bisa pasrah. 

PUTRI

Mas... 

PB #1 dan PB #2 mendorong Putra ke luar. PTB mengikuti mereka dari belakang meninggalkan Putri yang hanya bisa memendam sedih dan kecewa.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar