Rahasia Para Gadis
1. Dua Gadis

1  INT. RUMAH KOS CEMPAKA - MORNING  

--Kamar Nomor 3

Di kamar yang gelap, mayat seorang gadis cantik berambut lurus sebahu tergeletak di lantai kamar. Kepalanya berdarah, lehernya ada sayatan, tubuhnya memucat.

NUR (V.O.)

(mengetuk pintu kamar)

Ta.. Tata, ada temanmu di luar.

Tak ada jawaban. NUR mencoba membuka pintu. Ternyata tak dikunci. Ruangan itu gelap. Ia mencoba mencari tombol lampu dan menyalakannya.

Tampak sosok mayat tergeletak. Nur kaget dan berteriak. Suara teriakan yang berbeda juga muncul dari lantai dua.

 

2 INT. RUMAH KOS CEMPAKA - MORNING.

--Kamar Nomor 7

Polisi dan tim forensik memeriksa kamar itu, mayat masih tergeletak di sana. Berbeda dari mayat yang di bawah, ada banyak luka tusukan di tubuh mayat yang ditemukan di kamar ini. Gadis yang tewas adalah BERLIAN/LIAN, rambutnya pendek seperti pria.

Seorang polisi lalu keluar kamar. Ia mendatangi pemilik yang berdiri di depan pintu.

POLISI ANDRE

Kau Pak Samin? Pemilik kos di sini?

PAK SAMIN

Ya, aku pemilik di sini.

POLISI ANDRE

Siapa saja yang ada di rumah ini tadi malam? Kau tahu?

PAK SAMIN

Selain dua yang meninggal, ada empat orang lainnya yang juga anak kos di sini. Di bawah ada Nur dan Vivi. Di lantai atas ada Sara dan Ami.

POLISI ANDRE

Kau dimana tadi malam?

PAK SAMIN

Aku di rumah. Menonton tv lalu tidur. Rumahku di seberang jalan.

POLISI ANDRE

(penasaran)

Di seberang jalan?

PAK SAMIN lalu menunjukkan rumahnya. Ia berjalan ke arah balkon. Lalu menunjuk ke sebuah rumah persis di depan rumah kos itu.

PAK SAMIN

Itu rumahku.

DISSOLVE TO:

3  INT. RUANG INTEROGASI KANTOR POLISI - DAY 

Di ruangan itu ada sebuah meja, dua kursi berhadapan. Di atas meja ada beberapa kertas dan sebuah pena. Pak Samin menggoyang-goyangkan kakinya, sedikit cemas. Polisi Andre datang membawakan dua gelas kopi. Ia meletakkan kopi dalam gelas kertas itu di meja. Ia akan mewawancarai Pak Samin sebagai salah seorang saksi untuk kasus pembunuhan dua orang sekaligus.

POLISI ANDRE

Pak Samin, kita bertemu lagi. Kita bisa mulai wawancaranya. Aku akan merekamnya. Ok?

PAK SAMIN

Ya.

POLISI ANDRE

Bisa kau ceritakan tentang rumah kosmu. Berapa kamarnya, siapa saja yang tinggal di sana.

PAK SAMIN

Itu tanah peninggalan orang tuaku. Aku membangun rumah kos itu bersama dengan istriku. Awalnya hanya satu lantai, tapi kemudian kami perluas menjadi dua lantai. Sekarang ada delapan kamar kos, tapi yang terisi 6. Dua orang baru keluar karena mereka pulang ke kota asalnya, mereka lulus kuliah.

Polisi Andre memegang kertas denah rumah itu, ada lantai satu dan lantai dua.

POLISI ANDRE

Aku sudah dapat denah rumah kos itu. Siapa saja yang tinggal di sana? Kau bisa menyebutkan beserta nomor kamarnya.

PAK SAMIN

Di lantai bawah, kamar nomor 1 ada Nur, dia mahasiswi akuntansi. Di kamar nomor 2 ada Vivi, dia mahasiswi kedokteran. Kamar nomor 3, ditempati gadis yang tewas itu-Tata, Permata.

POLISI ANDRE

Dia mahasiswi ekonomi, semester 10. Harusnya sudah lulus..

PAK SAMIN

Ya, dia sibuk bekerja jadi agak terlambat lulusnya.

Polisi Andre mengambil pena, lalu menamai tiap kamar.

POLISI ANDRE

Lanjutkan, kamar berikutnya..

Pak Samin meneguk kopi sejenak. Ia lalu mengelap kumisnya yang basah. 

PAK SAMIN

Kamar nomor 4 kosong. Di lantai 2 ada 4 kamar juga. Kamar nomor 5 ditempati Ami, mahasiswi kedokteran, kamar nomor 6 ditempati Sara, mahasiswi psikologi, lalu kamar nomor 7 ditempati gadis yang tewas- LIAN.

POLISI ANDRE

Berlian. Mahasiswi manajemen, dia satu tingkat di bawah Permata.

PAK SAMIN

Ya, panggilannya LIAN.

POLISI ANDRE

Lanjutkan..

PAK SAMIN

Terakhir kamar kosong, nomor 8. Hanya 8 kamar.

Polisi Andre menunjukkan pada PAK SAMIN denah yang sudah ia beri nama setiap penghuni kamar kos.

PAK SAMIN

Lantai 2 salah, kamar nomor 5 dan 6 saling berhadapan. Lalu nomor 7 dan 8 juga berhadapan. Di samping kamar nomor 5, kamar nomor 7. 

Polisi Andre lalu membetulkan nomor kamar di kertas itu. Mengganti nama penghuninya juga. Ia lalu menunjukkan kembali ke PAK SAMIN.

POLISI ANDRE

Begini..

PAK SAMIN

Ya.. itu baru benar.

POLISI ANDRE

Kau dekat dengan mereka? Sering masuk ke rumah kos?

PAK SAMIN

Aku yang mengurus masalah keuangannya. Aku ke sana jika menagih uang bulanan. Jika ada masalah lampu, air, atau listrik, aku juga masuk ke sana.

POLISI ANDRE

Aku akan mulai bertanya soal pembunuhan pertama. Permata-Permata Intan Savitri. Menurut forensik, ia meninggal sekitar pukul 9 malam sampai 11 malam. Ada dimana kau saat itu?

Pak Samin meneguk kopi di depannya. Menyentuh hidungnya.

PAK SAMIN

Aku di rumahku. Menonton tv, lalu tertidur. Aku lupa tidur jam berapa, mungkin sekitar jam 10. Aku mematikan tv dan masuk kamar.

POLISI ANDRE

Istrimu atau anakmu ada di rumah juga? Mereka bisa jadi saksi kau sedang di rumah?

PAK SAMIN

Anakku di kamarnya. Di lantai 2, aku di lantai 1. Istriku belum pulang saat aku tertidur. Ia ada acara di rumah temannya.

POLISI ANDRE

Kau seorang guru SMA, istrimu kepala sekolah SD. Benar? Ada acara apa istrimu selarut itu

PAK SAMIN

Dia bilang ke acara pesta ulang tahun temannya. Wanita kaya. Aku tak begitu mengenalnya.

POLISI ANDRE

Anakmu tak bisa membuktikkan kau sedang di rumah?

PAK SAMIN

Anakku? entahlah.. ia biasanya tidur dini hari. Malam itu aku tak melihatnya keluar kamar.

Pak Samin menggoyang-goyangkan kakinya. Ia tak sabar, ingin wawancara itu segera berakhir.

POLISI ANDRE

Bagaimana hubunganmu dengan Permata? Kau dekat dengannya? Kapan terakhir bertemu? 

PAK SAMIN

Aku berpapasan hari sebelumnya. Ia bersiap bekerja menjadi SPG. Aku baru pulang kerja sore hari. Aku hanya berurusan dengannya soal uang bulanan saja.

POLISI ANDRE

Dia lancar membayar uang bulanan?

PAK SAMIN

Ya.. lancar.

Pak Samin mengusap hidungnya.

PAK SAMIN

Oh ya, ada CCTV di depan rumahku. Polisi belum memeriksanya?

CLOSE UP: Wajah Pak Samin yang gusar.

DISSOLVE TO:

4 INT. RUMAH KOS CEMPAKA - DAY (FLASH BACK)

Note: Seminggu yang lalu.

--KAMAR NO. 3

Pak Samin menutup pintu kamar itu.

PERMATA

Pak, jangan di sini.. nanti tiba- tiba ada yang datang.

PAK SAMIN

Ah, yang lain sedang kuliah kan..? mereka baru berangkat.

PAK SAMIN mendekati PERMATA. Mencoba mencium pipinya, Permata tampak tak nyaman tapi ia tak berbuat apa-apa. Ia membiarkan saja Pak Samin menyentuhnya dan menciumnya.

Ponsel PERMATA di meja berbunyi. Ada panggilan telepon dari kekasihnya, HERI.

PERMATA mencoba mengangkatnya, tapi dihalangi PAK SAMIN. Ia mematikan ponsel itu dan melemparnya jauh-jauh. Ia kembali mencumbu PERMATA.

CUT TO:

5 INT. RUANG INTEROGASI KANTOR POLISI - DAY

CLOSE UP: Wajah Pak Samin yang melamun.

POLISI ANDRE memeriksa beberapa berkas di tangannya. Pandangannya kemudian kembali pada PAK SAMIN yang ada di depannya.

PAK SAMIN

Aku bukan tersangka kan? Apa tak ada sidik jari di kamarnya?

POLISI ANDRE

(tersenyum)

Ada beberapa sidik jari tempat- tempat yang sulit, tapi banyak yang terhapus. Penjahatnya menghapus sebagian.

POLISI ANDRE menggoyang-goyangkan pena di tangannya.

POLISI ANDRE

Ada sidik jarimu di beberapa tempat. Kau sering ke sana?

PAK SAMIN

Ah, beberapa waktu lalu aku menggantikan lampu untuknya. Mungkin saat itu sidik jariku tertinggal.

POLISI ANDRE

(tersenyum)

Kami memeriksa ponsel PERMATA. Ada beberapa pesan darimu.

PAK SAMIN

(gelisah)

Ah.. oh ya, itu hanya bercanda. Aku menganggapnya seperti putriku. Aku tak punya anak perempuan.

POLISI ANDRE

Sepertinya hubungan kalian sangat baik. Terlalu baik.

DISSOLVE TO:

6 INT. KAFE ROSE AND PISTOL - NIGHT

Penghuni Kos Cempaka, Sara, Nur, Vivi, dan Ami, berkumpul malam itu di sebuah kafe.

NUR

Aku dengar PAK SAMIN diperiksa polisi sedari tadi dan belum kembali. Apa dia ditahan? Apa dia pembunuhnya?

SARA

Mungkin hanya sebagai saksi.

VIVI

Mengapa bisa dua orang itu yang tewas.. apa hubungannya. Mereka sepertinya tidak dekat..

AMI

Jangan-jangan pembunuhnya ada di sini.

NUR

Hah? Kau menuduh salah satu dari kita. Sungguh malam itu aku benar- benar tidur lelap dan bahkan bermimpi, sampai tak mendengar apapun.

VIVI

Bisa jadi salah satu dari kita kan.. aku juga tak mendengar ada orang masuk. Ah, aku ketiduran sambil memakai headset.

NUR

Besok aku dipanggil ke kantor polisi. Kalian juga kan?

Tampak wajah cemas dari para gadis itu.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar