PULIH
11. Scene 79 - 85

79. INT. TEPI LAPANGAN SEKOLAH – SIANG

Aura berjalan sendirian tanpa memedulikan sekitar. Tidak jauh dari Aura, Nara melihat ada pot bunga yang jatuh dari balkon lantai dua gedung sekolah.

NARA

Aura, awas! (Berlari secepat mungkin dan menarik Aura)

SFX: Pecahan pot bunga keramik.

Nara dan Aura terguling di lantai.

CUT TO:

80. INT. UKS – SIANG

Nara sedang duduk di bibir ranjang, mengobati luka di telapak tangannya sendiri. Sedangkan Aura duduk di ranjang seberang, ada Bunga dan Erika yang mengobati luka-lukanya. Aura selalu memperhatikan Nara, seolah-olah Aura sedang memikirkan banyak hal dan sedang sulit mengambil keputusan.

AURA

Makasih, ya. Kalian duluan aja balik ke kelas.

BUNGA

Tapi lo gimana?

ERIKA

Itu belum selesai loh.

AURA

Udah gapapa, gue bisa kok.

Erika dan Bunga meninggalkan ruang UKS dengan berat hati.

NARA

Gimana, masih sakit?

AURA

Iya, masih. Tapi udah mendingan. (beat) Thanks, ya Nar. Kepala gue pasti udah bocor kalau enggak ada lo tadi.

NARA

(Tersenyum) Lain kali hati-hati ya.

Aura mengambil buku di atas meja dan merobek selembar kertas kemudian menuliskan sebuah alamat lalu memberikannya kepada Nara.

NARA

Ini apaan?

AURA

Lo datang aja ke sana sepulang sekolah.

NARA

Kenapa harus datang?

AURA

(Kesal) Please, Nara. Nurut aja deh. (beat) Lo orang baik, sekarang gue tahu kenapa Mada sayang banget sama lo.

Nara menatap Aura dengan bingung. Aura beranjak pergi dengan ekspresi murung.

CUT TO:

81. INT. RUMAH SAKIT - SORE

Nara berjalan menyusuri lorong rumah sakit sambil membawa secarik kertas berisi alamat dari Aura, Nara bertanya ke beberapa staff rumah sakit dan mengikuti arahan hingga tiba di depan pintu kamar yang menjadi tujuannya. Nara mengetuk pintu dengan ragu-ragu. Ketika pintu terbuka, Mada muncul di hadapan Nara.

MADA

Nar, kamu kenapa bisa ada di sini?

NARA

Boleh aku masuk?

Mada menghalangi Nara.

DEVI (OS):

Ada siapa, Mada? (Terbatuk-batuk)

NARA

Ibu… (Terkejut, panik dan mulai menangis) Ibu kamu kenapa?

Nara menerobos masuk dan Mada membiarkan Nara mengetahui semuanya. Devi sedang terbaring dengan beberapa alat medis melekat pada tubuhnya. Nara menangis, menggenggam tangan Devi. Devi tersenyum dan mengusap kepala Nara dengan sayang.

CUT TO:

82. INT. RUMAH SAKIT - SORE

Nara dan Mada keluar dari kamar Devi.

NARA

Udah sore, aku harus pulang.

MADA

Aku antar ya.

NARA

Enggak perlu, kamu jagain Ibu aja. (beat) Nanti aku akan sering-sering ke sini, bukan buat kamu tapi buat Ibu. (Beranjak pergi)

CUT TO:

83. INT. KANTIN SEKOLAH – SIANG

Nara, Tisha dan Abhi sedang makan siang bersama, kadang sambil bercanda tawa. Tidak lama kemudian Aura menghampiri meja mereka dan duduk di hadapan Nara.

AURA

Lo udah ke rumah sakit kemarin?

Senyum di wajah Nara pudar. Tisha dan Abhi saling bertukar pandang.

NARA

Udah. Kebetulan ketemu sama Mada juga.

AURA

Gue minta maaf, ya. Gara-gara gue, hubungan lo sama Mada jadi berantakan.

NARA

Maksudnya?

AURA

Wait, Mada belum cerita?

NARA

Cerita tentang apa? Aku kemarin ke sana cuma ngerawat Ibu sebentar terus langsung pulang. Masih ada yang aku enggak tahu?

AURA

Oh My God! Gue pikir masalah kalian udah selesai.

TISHA

Sorry, ikut campur. Tapi kayaknya lebih baik lo langsung ceritain semuanya aja deh. Ada apa sebenarnya?

AURA

(Menghela napas berat) Jadi gini, lo masih ingat ‘kan setahun lalu bokapnya Mada kecelakaan? Setelah bokapnya enggak ada, Mada cari uang ke sana-sini, cari kerja, coba banyak usaha.

NARA

Mada kerja?

AURA

Iya, ekonomi keluarganya semakin lama semakin sulit. Enggak lama setelah itu, Ibunya juga jatuh sakit. Gue kenal Mada karena dia pernah nolongin gue, dan gue suka sama dia. Gue ngikutin dia dan akhirnya tahu kalau setiap pulang sekolah, dia kerja di bengkel. Gue mau bantu pakai materi, tapi dia nolak.

NARA

Mada enggak pernah cerita apa-apa.

AURA

Itu karena dia mau menyelesaikan semua masalahnya sendiri. (beat) Waktu Ibunya harus masuk rumah sakit, gue ngasih dia satu penawaran. Dia bisa kerja paruh waktu di kafe Bokap gue. Enggak makan banyak waktu, enggak buang banyak tenaga tapi gaji berkali-kali lipat jauh lebih besar dari yang semestinya. Tapi syaratnya satu, Mada harus putus sama lo dan jadian sama gue.

NARA

Apa?!

TISHA

Lo gila ya!

AURA

Iya, sorry. Sekarang gue sadar kalau apa yang gue lakuin itu jahat banget.

ABHI

Dan Mada setuju sama penawaran lo itu?

AURA

(Menggeleng) Enggak, dia nolak tawaran itu mentah-mentah. (Menggenggam tangan Nara) Dia sesayang itu sama lo, Nar. Tapi dia enggak punya banyak pilihan, Ibunya sekarat.

NARA

(Melepas genggaman tangan Aura dan mengalihkan pandangan karena marah) Kamu udah kelewatan, Ra. Kamu manfaatin penderitaan Mada buat kepuasan ego kamu sendiri.

AURA

Gue bener-bener minta maaf sama lo. (beat) Sekarang gue sama Mada udah enggak ada hubungan apa-apa lagi. Gue sadar, enggak seharusnya gue maksain perasaan gue ke Mada karena sampai kapanpun, dia sayangnya sama lo, Nar. Hatinya cuma buat lo.

Nara memikirkan keadaan Mada, sedangkan Abhi yang duduk di sebelah Nara tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Nara.

NARA

(Berdiri) Aku mau cari Mada.

Nara beranjak dari kantin.

CUT TO:

84. INT. KELAS MADA – SIANG

Mada sedang mengobrol dan tertawa-tawa bersama teman-temannya saat Nara mengetuk pintu kelas dan berjalan menghampiri Mada.

NARA

Mada, bisa ngomong sebentar?

MADA

(Terkejut melihat Nara) Iya, bisa.

CUT TO:

85. EXT. TEPI LAPANGAN SEKOLAH - SIANG

Suasana sepi, Mada mengikuti ke manapun Nara pergi. Nara berhenti dan membalikkan badan, menatap Mada lurus-lurus.

NARA

Aku udah tahu semuanya dari Aura. Kenapa kamu enggak pernah cerita apa-apa sama aku? Segitu enggak pentingnya aku di mata kamu?

MADA

Enggak gitu, Nar. Justru karena kamu penting, aku cuma enggak mau ngerepotin dan membebani kamu.

NARA

Tapi ini enggak adil, Mada. Selama ini kamu yang selalu ada buat aku, tapi saat kamu benar-benar dalam keadaan sulit, aku enggak ada sama sekali.

MADA

Bukan kamu yang enggak ada, tapi aku yang pergi dari kamu, Nar.

NARA

Sahabat itu saling ada, Mada. Kita udah janji untuk enggak saling pergi.

MADA

Aku minta maaf, Nar.

NARA

(Menghela napas berat, kemudian memeluk Mada) Kamu enggak perlu minta maaf. Di antara sepasang sahabat, kata maaf dan terima kasih itu enggak ada.

Dari kejauhan, Abhi berdiri menyaksikan Nara dan Mada yang sudah berbaikan. Ekspresi Abhi tidak terbaca.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar