PULIH
7. Scene 48 - 56

48. EXT. HALTE BUS – PAGI

Lalu lintas cukup padat, Nara yang mengenakan seragam putih abu-abu duduk menunggu bus. Tidak lama kemudian, bus menuju sekolahnya tiba, Nara segera masuk ke dalam bus.

CUT TO:

49. INT. KANTIN SEKOLAH – SIANG

TISHA

(Tersedak minuman) Apa? Mada mutusin kamu dan sama sekali enggak ngasih penjelasan apa-apa?

Nara mengangguk, berusaha menyembunyikan kesedihannya.

TISHA

Gila. Enggak ada otaknya itu cowok. (Melihat Mada di kantin) Nah, itu orangnya (bangkit berdiri).

NARA

(Menahan tangan Tisha agar kembali duduk) Mau ngapain?

TISHA

Nyamperin Mada lah.

NARA

Buat apa?

TISHA

Nanya ke dia, kenapa tiba-tiba ninggalin kamu gitu aja.

NARA

Percuma, Tisha. Aku kenal Mada udah 4 tahun. Kalau dia enggak mau kasih tahu alasannya ke aku, berarti dia juga enggak akan kasih penjelasan apapun ke orang lain.

TISHA

Terus, gimana? Kamu mau diam aja, menunggu semua teka-teki ini terpecahkan dengan sendirinya? (beat) Saat hati kamu dipatahkan oleh orang yang enggak bertanggung jawab, kamu enggak seharusnya duduk diam, Ta.

Nara tidak menjawab, kemudian menoleh ke belakang tepat kepada Mada yang sedang makan bersama teman-temannya.

CUT TO:

50. INT. KORIDOR SEKOLAH – PAGI MENUJU SIANG

Mada dan tim basket sekolah sedang bermain basket di lapangan. Tiba-tiba bola basket keluar dari lapangan dan menggelinding ke koridor tepat di mana Nara sedang duduk membaca buku. Nara mengambil bola basket di dekat kakinya. Nara terkejut saat melihat Mada berlari kecil ke arah Nara. Mada mengambil bola basket di tangan Nara tanpa sedikitpun menatap Nara. Nara cuma bisa diam melihat punggung Mada berjalan menjauh.

CUT TO:

51. INT. KORIDOR SEKOLAH – PAGI

Nara mendapat giliran piket membuang sampah, ketika Nara sedang membereskan tempat sampah di depan kelas, matanya bertabrakan dengan mata Mada yang tidak sengaja lewat di depan kelasnya. Mada segera mengalihkan pandangan seolah-olah Nara bukan seseorang yang ia kenal.

CUT TO:

52. INT. KORIDOR SEKOLAH – SIANG

Nara baru saja keluar dari toilet ketika ia berpapasan dengan Mada di koridor yang terbilang sepi, jam pelajaran masih berlangsung sehingga tidak ada siapapun di sana kecuali Mada dan Nara.

NARA

Mada (Menghalangi jalan Mada)

Mada menatap Nara, datar dan dingin.

NARA

Aku ada salah, sama kamu?

MADA

(Diam sejenak) Enggak ada.

NARA

Enggak usah bohong. Kalau aku ada salah, bilang aja.

MADA

Aku enggak bohong.

NARA

Terus kenapa kamu menjauh dan menghindar dari aku kalau aku enggak punya salah apa-apa? (beat) Kalau ada masalah, kamu bisa cerita ke aku. Jangan menutup diri dan lari kayak gini. Setidaknya kamu bisa kasih tahu ke aku alasan kenapa kamu tiba-tiba berubah.

MADA

(Menghela napas berat) Aku udah enggak bisa sama kamu lagi.

NARA

Cuma itu alasannya?

MADA

Iya, cuma itu.

NARA

Kita udah lama saling kenal Mada, aku sangat tahu siapa kamu. Dan ini bukan diri kamu yang sebenarnya. Ada sesuatu yang sedang kamu coba sembunyikan, iya kan?

MADA

Maaf, Nar. Aku harus cepat-cepat balik ke kelas (Beranjak meninggalkan Nara)

NARA

Mada! (Menangis)

CUT TO:

53. INT. TOKO BUKU – SORE

Nara sedang serius mencari buku di rak ketika matanya tanpa sengaja melihat Mada bersama seorang perempuan cantik (Aura). Nara tidak memperhatikan sekitarnya lagi sehingga menabrak seorang pengunjung toko buku lain (Abhideru Kastara, 17 tahun).

NARA

(Membantu mengambil buku yang berserakan di lantai) Maaf, maaf. Aku enggak sengaja.

ABHI

(Membereskan buku) Makanya jalan tuh pake mata.

NARA

(Kesal mendengar betapa ketus dan kasarnya ucapan Abhi) Ya maaf, setahu aku jalan itu pakai kaki.

Tiba-tiba Mada dan Aura sudah berdiri di dekat Nara dan Abhi.

MADA

Nara?

Nara terkejut, ia menoleh kemudian menatap Mada dan Aura berganti-ganti. Nara tidak bisa berhenti memandangi tangan Aura yang erat melingkari lengan Mada. Hati Nara patah sekali lagi.

AURA

Oh jadi ini yang namanya Nara. Kenalin, Aku Aura (Mengulurkan tangan) pacar Mada.

Nara terbelalak kaget, ia menatap Mada tajam, Mada mengalihkan pandangan. Nara menjabat tangan Aura. Nara marah besar, tiba-tiba sebuah ide gila muncul di kepalanya. Nara melirik Abhi yang masih berdiri di dekatnya, Nara segera merangkul lengan Abhi dan memasang senyum terbaiknya.

NARA

(Tersenyum palsu) Kalian udah jadian? Wow. Selamat ya.

AURA

Makasih. By the way, aku udah banyak dengar cerita soal kamu dari Mada.

NARA

Oh ya? Berarti Mada masih ingat dong sama aku? Kirain udah lupa (Tertawa sinis). Oh, kenalin ini pacar aku (Menggandeng Abhi dan bersandar di bahu Abhi)

ABHI

(Memelotot) Pacar?!

Nara mencubit pinggang Abhi.

ABHI

Aw, sakit.

NARA

Nah kalian denger sendiri, kan? Dia lagi enggak enak badan, jadi enggak bisa lama-lama di sini. Maaf banget ya, Da, Ra… Kami harus cepat-cepat pulang. (Menoleh pada Abhi) Ayo sayang, aku enggak mau sakit kamu tambah parah. (Menarik tangan Abhi untuk segera beranjak meninggalkan Mada dan Aura).

CUT TO:

54. EXT. DEPAN TOKO BUKU - SORE

ABHI

Lo yang sakit. Gila ya lo, sejak kapan gue jadi cowok lo? Kenal aja enggak.

NARA

Ya maaf, situasinya lagi sulit.

ABHI

Biar gue tebak, cowok tadi itu adalah gebetan atau mantan lo, dan lo enggak terima karena dia udah punya cewek, terus lo manfaatin gue buat menyelamatkan harga diri lo? Iya ‘kan?

Nara memijit kepalanya yang terasa pening.

ABHI

Lo harus ganti rugi.

NARA

(Membelalak kaget) Ganti rugi apaan? Aku enggak ngerugiin kamu sama sekali.

ABHI

Oh gitu. Terus ini apa? (Mengangkat ujung baju kaus sehingga terlihat pinggangnya yang membiru)

NARA

(Panik) Ya ampun, sampai biru-biru gitu.

ABHI

Ini kekerasan namanya!

NARA

Sorry, aku bener-bener enggak sengaja. (beat) Oke, aku bakal ganti rugi.

ABHI

Bagus.

NARA

Tapi memar kamu harus diobatin dulu. (Memandang lurus sesuatu di belakang Abhi) Eh, kalau di situ ada yang jualan obat enggak ya?

ABHI

Di mana? (Menoleh ke belakang)

Nara segera lari dan kabur sejauh mungkin dari Abhi.

ABHI

Ya enggak ada lah, itu kan bengkel... (Berbalik dan melihat Nara sudah tidak ada lagi di hadapannya) Sialan.

CUT TO:

55. EXT. SAMPING MOBIL - TEPI JALAN - SORE

Nara bersembunyi, susah payah mengatur napasnya yang terengah-engah namun kemudian lega karena berhasil kabur dari Abhi.

CUT TO:

56. INT. KAMAR NARA - SORE

Tisha berjalan mondar-mandir sementara Nara duduk di ranjang dengan banyak tisu bekas di hadapannya, mata Nara sembab, hidungnya merah, suaranya serak setelah selesai menangis.

TISHA

Berarti… Mada mutusin kamu karena dia suka sama Aura? Dia enggak bisa lagi jadi sahabat kamu karena akan aneh jadinya kalau kalian tetap sahabatan sementara Mada punya pacar baru, gitu? (Menggaruk kepala)

NARA

Mungkin pada akhirnya pikiran Mada kebuka, akhinya dia sadar kalau dia udah salah pilih teman selama 4 tahun ini. Seharusnya dari awal emang dia enggak perlu sok-sokan jadi pahlawan buat si anak haram (Mengusap air mata)

TISHA

Hush, jangan ngomong kayak gitu.

NARA

Mada itu perfect, sedangkan aku totally imperfect. Lagian kalau dilihat-lihat dari sisi manapun juga, Aura emang jauh lebih baik sih ketimbang aku.

TISHA

(Duduk di tepi ranjang) Eh, mana ada! Dilihat dari sisi manapun juga, Aura enggak ada apa-apanya kalau dibandingin sama kamu, Ta. Aura tuh ya, cuma menang di fisik sama isi dompet doang. Kelakuan enggak ada baik-baiknya. Yang tajir juga emak bapaknya, bukan dia. (beat) Tapi, setahu aku, Mada bukan cowok yang suka sama cewek cuma berdasar tampilan luarnya aja ‘kan? Kok dia mau sama Aura sih?

NARA

(Menghela napas berat) Namanya juga cinta. Hati ‘kan enggak ada yang tahu jatuhnya ke siapa.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar