PULIH
6. Scene 39 - 47

39. EXT. PEMAKAMAN UMUM - SIANG

Suasana duka, hening yang nyaring. Nara berdiri di samping Devi, Nara memeluk Devi yang masih menangis tersedu-sedu. Mada tidak menangis, dia tegar. Nara menatap Mada dengan penuh kekhawatiran.

MADA

Nar, kamu pulang duluan aja sama Ibu. Nanti aku nyusul.

Nara mengangguk, kemudian mengajak Devi pulang. Dari kejauhan, Nara melihat Mada duduk di dekat batu nisan Surya, menyusut sudut mata dengan kedua bahu berguncang hebat. Nara menangis melihat pemandangan memilukan itu.

CUT TO:

40. INT. KORIDOR SEKOLAH – PAGI

Mada baru saja keluar dari ruangan Pak Rayhan saat ia berpapasan dengan Aura, Erika dan Bunga. Aura merasa tidak asing dengan wajah Mada, oleh karena itu Aura menghalangi jalan Mada.

AURA

Wait, lo yang kemarin nolongin gue waktu mobil gue mogok dipinggir jalan itu ‘kan?

MADA

(Mengingat-ingat sejenak) Iya.

AURA

Wow, ternyata lo anak sekolah sini juga. Kok lo enggak bilang kalau kita satu sekolah sih?

MADA

Sorry, gue juga enggak tahu kalau kita satu sekolah.

ERIKA

Serius? Lo enggak kenal sama Aura?

BUNGA

Sini biar kita kasih tahu, Laurenza Aura Widjaja adalah cewek paling cantik dan paling tajir di sekolah ini.

ERIKA

Banyak banget cowok yang suka sama dia.

BUNGA

Tapi enggak sembarang cowok bisa jadi pacarnya.

AURA

(Menatap kedua temannya) Udah, udah ya… (Memberi isyarat kepada Erika dan Bunga agar segera pergi)

Erika dan Bunga beranjak meninggalkan Aura dan Mada.

AURA (CONT’ D)

(Tersenyum pada Mada) Lo enggak perlu dengerin apa kata mereka. Mereka emang gitu, suka berlebihan. (Mengulurkan tangan) Gue Aura. Nama lo siapa?

MADA

(Menjabat tangan Aura) Mada.

AURA

Mau ke kantin? Kita makan bareng yuk.

Tiba-tiba Nara muncul dan mengalihkan perhatian Mada.

NARA

Da, aku cariin di perpus tadi, tahunya kamu ada di sini.

MADA

(Tersenyum dan mengusap puncak kepala Nara) Iya, bentar lagi aku mau ke perpus. (Menoleh ke arah Aura) Ra, gue cabut duluan ya.

AURA

Serius, lo enggak mau makan sama gue aja?

MADA

(Menggeleng) Thanks, tapi gue enggak lapar. Lagian gue harus nemenin cewek gue belajar. (Menggenggam tangan Nara dan beranjak pergi meninggalkan Aura)

Aura memandang kepergian Mada dan Nara dengan ekspresi tidak suka, kesal sekaligus tersinggung karena Mada berani menolak ajakannya demi memilih gadis lain yang biasa-biasa saja.

CUT TO:

41. INT. KELAS – SIANG

SFX: Bel jam pulang sekolah.

Nara dan Tisha membereskan alat tulis dan buku-buku di atas meja.

NARA

Langsung pulang, Sha? Yakin enggak mau ikut nonton bareng sama aku sama Mada?

TISHA

Enggak bisa, Ta. Aku buru-buru mau ke rumah sakit.

NARA

Kamu sakit? Sakit apa? (Menempelkan punggung tangan ke dahi Tisha)

TISHA

Bukan aku, tapi sepupuku tuh… si Abhi. Udah dua minggu rawat inap di rumah sakit. (beat) Lagian kan itu acara kencan kalian berdua, ngapain aku ikutan? Yang ada bakalan jadi nyamuk, kalau enggak ya kacang mateng dah.

NARA

(Manyun) Tisha…

TISHA

(Menepuk tangan Nara) Udah ya, aku cabut duluan. Bye-bye Semestaku sayang (Mencolek dagu Nara lalu kabur dari kelas), have fun ya!

CUT TO:

42. INT. BIOSKOP – SORE

Nara dan Mada duduk bersebelahan, makan popcorn, tertawa bersama menonton film. Keduanya terlihat sangat menikmati kebersamaan dan sangat bahagia.

CUT TO:

43. EXT. HALAMAN RUMAH NARA - MALAM

Mada menghentikan laju motor, Nara turun dari motor dan memandang takjub pada apa yang dilihatnya. Mada, Tisha dan Binar sudah mendekorasi halaman rumah dengan banyak lampu-lampu cantik, ada juga kue ulang tahun di sana.

TISHA

Kejutan!

Nara tersenyum, sangat tersentuh.

BINAR

(Memeluk Nara) Ini semua idenya Mada, Nar.

Nara menoleh ke arah Mada, merasa terharu.

MADA

Selamat ulang tahun, Nara Lintang Semesta.

TISHA

Semestanya Mada.

BINAR

Semestanya Bunda juga.

TISHA

(Menyodorkan kue ulang tahun) Yuhuu, make a wish dulu baru tiup lilinnya.

Nara memejamkan mata sebelum meniup lilin dengan angka 17 di atas kue ulang tahun. Semuanya bertepuk tangan dan bersorak bahagia.

CUT TO:

DUA BULAN KEMUDIAN…

44. EXT. DEPAN TOKO BUNGA – SORE

Mada (17 tahun) mengajak Nara (17 tahun) masuk ke dalam toko bunga.

NARA

Ngapain kita ke sini?

MADA

Ikut aja (Tersenyum)

CUT TO:

45. INT. TOKO BUNGA – SORE

Nara terkagum-kagum dengan banyaknya jenis bunga yang dipajang memenuhi seisi ruangan. Mada memilih beberapa tangkai bunga Aster putih dengan warna kuning dibagian tengah. Setelah membayar ke kasir, Mada menghampiri Nara dan memberikannya kepada Nara. Berbeda dengan Nara yang terlihat sangat bahagia, Mada justru terlihat sedih.

NARA

(Malu-malu) Makasih… (beat) Mungkin aku udah sering ngomong begini tapi aku mau bilang sekali lagi, kalau kamu adalah laki-laki paling baik yang ada dalam hidup aku, bahkan lebih baik daripada Ayahku sendiri.

MADA

(Memeluk Nara) Nar…

NARA

Iya, kenapa?

MADA

Mulai hari ini, aku enggak bisa jadi pelindung kamu lagi.

NARA

Maksudnya?

MADA

Kita selesaikan semuanya dengan cara baik-baik ya.

NARA

(Mendorong Mada dan menatap Mada dengan heran) Kamu ngomong apaan sih?

MADA

Kita putus ya, Nar.

NARA

(Terkejut) Putus? Kenapa harus putus? Kamu baru aja ngasih aku bunga, kita baik-baik aja, kita enggak pernah berantem, kenapa tiba-tiba kamu mau kita putus? Bercanda kamu, ya? Enggak lucu, Da.

MADA

Aku serius, Nar.

NARA

(Mata Nara mulai berkaca-kaca, perpaduan antara marah, sedih dan kecewa) Oke, tapi apa alasannya?

MADA

Aku… Aku enggak bisa…

NARA

Enggak ada alasan apapun? (beat) Ada cewek lain yang kamu suka?

MADA

Enggak ada, Nar. Aku…

NARA

Terus gimana setelah ini? Kita masih sahabatan ‘kan?

MADA

Aku minta maaf. Aku udah enggak bisa selalu ada buat kamu lagi.

NARA

(Marah) Kamu lagi kenapa sih, Da? Kok tiba-tiba kayak gini.

MADA

Aku antar kamu pulang, ya (Meraih tangan Nara)

Nara menepis tangan Mada, berjalan keluar toko.

CUT TO:

46. EXT. DEPAN TOKO BUNGA – SORE

Mada mengejar Nara dan mencoba meraih tangan Nara sekali lagi.

MADA

Nara, aku antar kamu pulang ya.

NARA

(Menepis tangan Mada) Enggak perlu.

MADA

Nar, aku enggak mungkin ninggalin kamu di sini.

NARA

Kamu udah enggak bisa selalu ada buat aku lagi, iya ‘kan? Artinya mulai detik ini, aku harus belajar tanpa kamu. Silakan kamu pergi, aku bisa pulang sendiri.

Mada terdiam, selama beberapa detik ia hanya menatap Nara. Nara sangat tegas dengan ucapannya.

NARA (VO):

Adakalanya dalam hidup, seseorang yang kita kira terbaik justru berakhir menjadi yang paling mengecewakan.

Close up beberapa tangkai bunga Aster putih dengan warna kuning dibagian tengah yang sedang dipegang oleh Nara. Move to Mada yang sedang berjalan menuju motornya, terdengar suara mesin motor dihidupkan, Mada mengenakan helm lalu melajukan motor di jalan raya. Close up ke wajah Nara yang sedang menangis, long shot suasana ramai di depan toko bunga yang berada di dekat jalan raya, di sana Nara berdiri sendirian melihat Mada yang baru saja pergi meninggalkannya.

NARA (VO):

Seperti hari ini, seseorang yang paling menyakitiku ternyata adalah ia yang sebelumnya kukira tidak mungkin mampu menyakiti. Aku tidak tahu kenapa dia pergi, padahal selama bertahun-tahun, kami bertahan. Aku ingin tahu kenapa dia meninggalkanku ketika kami sudah berjanji untuk tidak saling pergi.

CUT TO:

47. INT. KAMAR NARA - SORE

Close up ke sebuah vas bunga transparan yang kosong di atas meja belajar, Nara memasukkan beberapa tangkai bunga Aster putih dengan warna kuning dibagian tengah ke dalam vas bunga tersebut. Di samping vas bunga terdapat beberapa bingkai foto yang di dalamnya memperlihatkan masa-masa persahabatan Mada dan Nara selama empat tahun terakhir, sejak SMP hingga berseragam SMA. Long shot suasana kamar Nara, move to Nara yang berbaring di tempat tidur, menutup wajah dengan bantal dan menangis hebat.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar