PULIH
3. Scene 20 - 25

20. EXT. LAPANGAN BASKET SEKOLAH - SIANG

Mada dan semua siswa yang bergabung di ekskul basket sekolah mulai berbaris rapi di lapangan, mendengarkan instruksi dari pelatih.

SFX: Peluit ditiup oleh pelatih.

Permainan pun di mulai, Mada terlihat sudah sangat mahir bermain basket.

INSERT:

Nara dan Tisha berjalan di koridor, kemudian berhenti untuk menonton Mada yang sedang bermain basket. Nara berusaha menarik perhatian dengan melompat-lompat dan melambaikan tangan.

CUT BACK TO:

Mada melihat keberadaan Nara dan Tisha di koridor yang tak jauh dari lapangan. Mada bisa melihat dengan jelas senyum lebar Nara yang sedang melompat dan melambai padanya, tanpa sadar Mada tersenyum lebar melihat tingkah Nara yang menggemaskan. Setelahnya, Mada kembali memfokuskan perhatiannya pada permainan basket.

INSERT:

TISHA

(Menarik-narik baju Nara dan berbisik) Mesta… Lihat ke kiri kamu deh.

NARA

(Berhenti melompat dan melambai pada Mada) Hah, kenapa? Ada apa? (Menoleh ke kiri lalu membeku di tempat saat melihat Kavin sedang berjalan mendekat)

KAVIN

(Tersenyum) Hai.

NARA

Hai (Menyengir)

KAVIN

Gimana, jadi ikut ekskul musik?

NARA

(Mengangguk) Jadi. Sepuluh menit lagi ‘kan masuk kelas?

Kavin melihat jam dipergelangan tangan kemudian mengangguk pada Nara. Tisha berdeham-deham.

NARA

Oh iya, Kavin kenalin ini teman sekelas aku, Tisha.

Kavin memandang Tisha, menyapa dengan senyum dan anggukan kepala. Tisha membalas sapaan Kavin sewajarnya.

KAVIN

Daftar ekskul musik juga?

TISHA

(Menggeleng) Oh, enggak. Aku ikut tari.

KAVIN

(Manggut-manggut) Nar, bentar lagi kelasnya dimulai. Bareng yuk ke sana.

Nara menoleh pada Tisha dengan tatapan serba salah.

TISHA

Udah gapapa, kamu sama Kavin aja. Aku juga bentar lagi masuk kelas kok.

NARA

Ya udah, aku duluan ya.

Tisha mengangguk sekaligus mengacungkan ibu jarinya. Nara dan Kavin beranjak menuju ruang kelas untuk ekskul seni musik sementara Tisha berbalik arah dan menuju ruang kelas ekskul tari.

CUT BACK TO:

Mada melihat Nara bersama Kavin tampak asik mengobrol sepanjang berjalan di koridor. Mada sangat penasaran, ia tidak bisa lagi fokus dengan permainan karena mengawasi Nara dari kejauhan.

CUT TO:

21. INT. KELAS EKSKUL MUSIK – SORE

Beberapa kegiatan ekskul sudah selesai, Mada mendatangi kelas Nara agar bisa pulang bersama seperti biasa. Di dalam kelas, Nara dan Kavin sedang duduk berhadapan, Kavin mengajari Nara bermain gitar dan keduanya terlihat sangat akrab. Mada menyaksikan pemandangan itu dengan ekspresi datar.

MADA

(Mengetuk pintu) Maaf, kelasnya udah selesai apa belum ya?

Nara dan Kavin menoleh ke arah pintu. Nara tersenyum melihat Mada.

NARA

Sini masuk, Da. Coba lihat deh, aku belajar gitar. Kavin jago banget main gitarnya.

MADA

(Melihat jam dipergelangan tangan) Pulang yuk, Nar. Udah sore banget, nanti Bunda kamu khawatir.

NARA

(Cemberut) Iya, iya. (Menoleh pada Kavin) Aku pulang duluan, ya.

KAVIN

(Mengangguk) Oke, hati-hati (Tersenyum)

Nara balas tersenyum kemudian menghampiri Mada yang berdiri di depan pintu kelas. Mada berjalan lebih dulu menyusuri koridor menuju parkiran sepeda. Nara cepat-cepat menyusul.

CUT TO:

22. INT. KORIDOR SEKOLAH - SORE

NARA

Kenapa Pak Prof? Kusut banget mukanya. Kalah tanding ya tadi? (Tertawa)

MADA

Ya enggaklah, aku ‘kan jago mainnya, enggak bakalan kalah. (beat) Siapa tadi? Akrab banget.

NARA

Yang tadi? Kavin, anak kelas 10 IPS 2 dan aku baru kenal sama dia kemarin, tapi nyambung banget diajak ngobrol. Kamu ‘kan tahu sendiri Da, se-enggak pinter apa aku kalau udah urusan bergaul dan cari teman? Enggak kayak kamu, punya teman di mana-mana, disukai semua orang.

Mada tiba-tiba menghentikan langkahnya, Nara juga ikut berhenti.

MADA

Kamu ‘kan udah janji, enggak akan pernah lagi membanding-bandingkan diri kamu sama aku.

NARA

(Cemberut, menghembuskan napas kasar) Iya maaf, keceplosan.

Mada tersenyum tipis dan mengacak-acak puncak kepala Nara. Nara berusaha menepis, bahkan lari demi menghindari Mada. Mada mengejar Nara, terdengar suara tawa Mada dan kekesalan Nara di sepanjang koridor yang sudah lumayan sepi itu.

CUT TO:

23. INT. RUANG OSIS – SIANG

Bagas (17 tahun) sebagai salah satu anggota OSIS angkatan senior menyerahkan beberapa lembar kertas formulir pendaftaran kepada Mada.

BAGAS

Nah, ini formulirnya, jangan lupa juga disebarin di kelas kamu ya.

MADA

Oke, makasih Kak.

Mada berjalan keluar dari ruang OSIS.

CUT TO:

24. INT. KORIDOR SEKOLAH – SIANG

Ada kerumunan dan sorak riuh-rendah di tepi lapangan, awalnya Mada tidak tertarik sama sekali namun tiba-tiba sekelebat ingatan masa SMP muncul dibenaknya.

FLASHBACK ( Dua tahun yang lalu ):

Mada (14 tahun) melihat kerumunan di depan toilet perempuan ketika jam pulang sekolah, betapa terkejutnya Mada ketika ia melihat Nara (14 tahun) sedang menjadi bulan-bulanan di tengah kerumunan itu. Nara terduduk di lantai dengan seragam basah kuyup sedangkan Mona (14 tahun) dan Diana (14 tahun) sedang bersiap-siap menumpahkan isi tempat sampah kepada Nara. 

MADA

Berhenti! (Menendang tempat sampah yang dipegang Mona hingga isinya gagal menumpahi tubuh Nara)

MONA

Oh, lagi-lagi lo, si pahlawan kesiangan.

MADA

Kali ini gue akan bener-bener melaporkan elo ke kepala sekolah.

MONA

Terserah! Tapi asal lo tahu aja, dia yang nampar gue duluan! (Beranjak pergi)

MADA

(Menghampiri Nara, melepas jaketnya dan menyampirkannya di bahu Nara) Nar, kamu bisa berdiri?

Nara mengangguk, mengusap air matanya. Mada segera membantu Nara berdiri lalu mengantar Nara pulang ke rumah dengan sepedanya. Sepanjang perjalanan pulang, Mada menenangkan Nara dengan berbagai cara, ia juga menggenggam tangan Nara erat dengan satu tangan sementara tangannya yang lain mengendalikan sepeda.

CUT BACK TO:

Mada melamun memandangi kerumunan, Tisha tiba-tiba muncul menghalangi jalannya.

MADA

(Panik) Nara mana, Sha?

TISHA

(Heran) Nara? Nara di sana (Menunjuk kerumunan)

Mada segera berlari mencari Nara, Tisha mengikuti Mada yang bertingkah sangat aneh. Mereka berdua segera menyelip di antara kerumunan pelajar SMA. Tatapan Mada langsung tertuju pada Nara dan Kavin yang sedang berdiri berhadap-hadapan, Kavin memberi Nara bunga dan Nara menerimanya. Mada tanpa sadar meremuk kertas formulir pendaftaran anggota OSIS yang ada ditangannya, kemudian ia pergi begitu saja.

TISHA

Eh, Da! Mada! Mau ke mana lagi?

CUT TO:

25. EXT. PARKIRAN SEKOLAH – SIANG

Nara berjalan sendirian menuju parkiran sepeda, memegang bunga dan tersenyum sepanjang waktu. Ketika tiba tepat di mana sepedanya diparkirkan, di sana sudah ada Mada yang menunggunya dengan tatapan tak terbaca.

MADA

Sesenang itu ya, dapat bunga dari Kavin?

NARA

Yaiyalah. Ini pertama kalinya ada cowok yang suka sama aku.

MADA

Kamu sendiri gimana, suka juga sama dia?

NARA

(Berpikir sejenak) Aku belum tahu pasti, sih.

MADA

(Menyentil dahi Nara) Sama perasaan sendiri aja enggak tahu. Payah.

NARA

(Memelotot, mengusap-usap dahinya yang sakit) Jangan mendadak jadi pakar cinta deh. Kamu aja belum pernah pacaran!

MADA

Belum pernah pacaran bukan berarti enggak pernah jatuh cinta.

NARA

Memangnya kamu pernah?

Mada tidak menjawab, dia membuka kunci sepedanya dan berniat pulang.

NARA (CONT’ D)

Tuh ‘kan… Belum pernah juga. Sok-sokan bilang aku payah. (beat) Suka atau enggak aku sama Kavin, itu urusan aku, Da. Kali ini, masalah hati, aku enggak akan ngerepotin kamu, tenang aja.

Tiba-tiba Mada menghentikan sepedanya, ia berbalik dan berdiri tepat di hadapan Nara.

MADA

Nar, jangan suka sama Kavin. (beat) Aku enggak suka ngelihat kamu suka sama cowok lain.

Nara membelalak, tidak tahu harus menjawab apa.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar