PERFECT STALKER
9. Sembilan

98. EXT. JALANAN - SIANG

Astrid berjalan dengan angkuh. Tapi tak lama kemudian dia menghentikan langkah, memejamkan mata sebentar, menyesali sesuatu. 


ASTRID (V.O)

Kenapa gue nggak jujur aja?

(memikirkannya)

Nggak!
Dia pasti sama kayak yang lain. 
Ngetawain gue karna gue gagal. 

(melanjutkan langkah)


POV ASTRID : Dunia di depan Astrid berputar. 


Astrid kembali menghentikan langkah karena kehilangan keseimbangan.


ASTRID

Gue kenapa?

(menggeleng cepat, mencoba memperjelas pandangan)


Astrid menghela napas, lalu melangkah lagi. 

Dariel yang duduk di atas mobil, menggerakkan telapak tangannya ke arah Astrid.

Astrid kembali terhuyung. Kali ini ke tengah jalan. 


SFX : Suara klakson keras mobil. 


Astrid bergegas menepi, lalu duduk di satu sisi. 

Dariel menggerakkan tangannya lagi. 


BCU : Sejumlah uang sudah ada di tangan Dariel. 


Dariel menyimpan uangnya, lalu menghampiri Astrid yang memejamkan mata sambil memijat kepalanya, pusing. 


DARIEL

(berbisik pada Astrid)

Lupain Heira. 
Lo dan Heira nggak pernah bertemu sebelumnya. 


CU : Astrid membuka mata. 


Astrid melihat tidak ada siapapun di sekitarnya. 


ASTRID

Kenapa gue tiba-tiba di sini?

(bingung)


CUT TO :

99. INT. RUMAH KOS. KAMAR HEIRA - SORE

Heira baru saja datang, lalu menutup pintu kamar dari dalam. Dia menghela napas panjang, lalu matanya mulai berkaca-kaca. 


SFX : Suara jendela yang berayun keras. 


Heira melihat jendela itu membuka dan menutup sendiri. Dia lalu mengulurkan tangan ke luar jendela. 


HEIRA

Nggak ada angin. 

(lalu melihat ke dalam ruangan)

Dariel?


Tidak ada jawaban. 


HEIRA

Lo di sini, kan?

(melihat sekeliling)


Hening. 


Heira terduduk di kursi. Dia lalu tersentak melihat sejumlah uang yang ada di bawah novelnya. 

Heira segera mengambil dan menghitung uang itu, lalu terpikir sesuatu. 

Dariel berdiri sambil bersandar pada dinding, melihat Heira. 


DARIEL (V.O)

Gue juga yang pengaruhin cara berpikir lo.


DISSOLVE TO FLASHBACK : 

100. INT. RUANGAN BERNUANSA MEWAH - MALAM

Heira sedang bermain kartu dengan seorang wanita berpenampilan glamour (Mira, 35 THN).

Heira melihat deretan kartu di tangannya, berpikir keras. 

Dariel berdiri di belakang Mira, mengamati kartu di tangan wanita itu. 

Heira menghela napas, menarik satu kartu. 


DARIEL

(tiba-tiba muncul di samping Heira)

Jangan yang itu!!


Heira mulai ragu. 


MIRA

Hey, nggak pake lama ya. 


Heira melihat Mira, lalu mengeluarkan satu kartu di meja. 

Mira tersentak, sementara Dariel tersenyum puas. 


FADE OUT & FADE IN : 

101. INT. RUMAH ASTRID - MALAM

Heira menghitung banyak uang. Dia tersenyum senang, lalu melihat Astrid. 


HEIRA 

(memberikan sejumlah uang pada Astrid)

Lain kali gue tambah lagi. 


ASTRID

(menerima uang itu)

Paling bisa. 

(lalu mengalihkan pandangan)

Cari duit segampang ini cuma buat beli kesulitan lain. 


HEIRA

(menyimpan uang di tas, lalu mengambil ponsel, mengetikkan sesuatu)

Kalau bukan karna ini gue mungkin nggak butuh duit. 


ASTRID 

Chh!

(hampir tertawa melihat Heira masih fokus dengan ponsel)


HEIRA

Ini kesempatan gue dapat link di dunia penulisan. 
Semahal apapun harga kelasnya.
Ini sebanding. 


FADE OUT & FADE IN : 


HEIRA

Lo nggak seharusnya bertanggung jawab sama setiap kesalahan yang gue buat. 

(lalu melihat uang di tangannya)

Mungkin uang ini.. 
Udah waktunya pergi. 


Dariel tersentak melihat Heira. 


HEIRA 

Lo mungkin lebih tau tentang masa lalu gue. 

(mengingatnya)

Tapi bahkan masa depan yang lo lihat.
Masih bisa berubah cuma karna satu hal yang gue lakuin sekarang. 

(melihat ke sekeliling sebentar)

Gue masih punya gaji bulan ini. 
Tapi mungkin Astrid nggak. 


Dariel terenyak memikirkannya. 


CUT BACK TO ASTRID : 


SFX : Dering ponsel Astrid. 


Astrid mengambil ponsel, tercekam melihat siapa yang menelfon. Dia tidak menjawab panggilan itu, memikirkan sesuatu. 


SFX : Denting ponsel Astrid 


Astrid kembali melihat ponselnya. 


BCU : Layar ponsel Astrid : Pesan dari Bu Dini :

Kenapa nggak buka pintunya? 

Saya tau kamu di dalam. 

Atau saya terpaksa merusak pintunya keluarin barang-barang kamu sekarang. 


Astrid tersentak, segera membalas pesan, lalu bergegas pergi setengah berlari. 


CUT TO : 

102. EXT. DEPAN CAFE - SORE

Astrid menghentikan langkah. Napasnya masih terengah, melihat Bu Dini berdiri di depan pintu. 


POV ASTRID : Bu Dini tampak tidak sabar menunggu, lalu melihat Astrid. 


Astrid menghela napas panjang, cemas. 


CUT TO : 

103. INT. CAFE - SORE

Astrid duduk berseberangan dengan Bu Dini. 


BU DINI

Tapi ini sudah sesuai dengan kesepakatan kita, kan?
Bahkan saya udah kasih tambahan waktu sehari. 


Astrid terdiam memikirkannya. 


BU DINI

(lalu melihat Astrid)

Kalau sampai nanti malam barang-barang kamu masih ada di sini. 
Jangan salahkan kalau saya yang keluarin semuanya. 


ASTRID

Saya akan usahakan, Bu.
Maaf, karena ini benar-benar di luar rencana saya sebelumnya.
Tiba-tiba aja keluarga saya di Bali—


BU DINI

(kesal melihat Astrid)

Saya nggak peduli dengan keluarga kamu,
Mau di Bali, di Medan,
Pokoknya kalau sampai malam nanti belum ada pembayaran,
Saya nggak ada toleransi lagi.
Silakan keluar dari tempat ini.

(jeda)

Terima kasih.

(lalu melangkah pergi)


CUT TO : 

104. EXT. DEPAN CAFE - SORE


POV ASTRID : Bu Dini masuk ke mobil, lalu sopirnya melajukan mobil itu pergi.


Astrid melihat mobil Bu Dini menjauh dengan tatapan sedih. Dia lalu masuk ke cafe, menutup pintunya dari dalam.


CUT TO :

105. INT. CAFE - SORE

Astrid terduduk di lantai, bersandar pada dinding sambil melihat ponsel.


ASTRID 

Kenapa orang-orang suka banget pakai foto profil kayak gini?

(tidak habis pikir melihat ponsel)


BCU : Layar ponsel Astrid : Tampilan foto profil WhatsApp saat penggunanya memblokir kontak Astrid. 


Astrid menggulir layar ponselnya. 


BCU : Layar ponsel Astrid : Nomor lainnya menampilkan foto profil yang sama.


ASTRID

(menyandarkan kepala di dinding, memikirkan sesuatu)

Lo bahkan tau dari awal semua nggak mungkin semudah yang lo kira.

(memejamkan mata, menyesal)


SFX : Suara ketukan pintu. 


Astrid menoleh melihat pintu. 


CUT TO : 


Astrid membuka pintu. Sebuah amplop cokelat jatuh tepat di kakinya. Dia mengambil amplop itu, lalu melihat ke sekitar. 


POV ASTRID : Tidak ada seorang pun di sekitar Astrid.


Astrid kembali melihat amplop. 


BCU : Tulisan pada Amplop : HEIRA (V.O)


To : Astrid 


Lo nggak perlu jadi lo yang dulu buat dapetin apa yang lo pengen sekarang. 


Heira


ASTRID 

Siapa Heira?

(mencoba mengingat)


CUT TO : 


Astrid menutup pintu dari dalam, lalu duduk sambil membuka amplop cokelat. Dia tersentak melihat isinya.


BCU : Sejumlah uang yang baru saja dikeluarkan Astrid dari amplop. 


ASTRID

Ini beneran buat gue?

(masih tidak percaya, kembali melihat amplop)

Heira..

(mencoba mengingat, lalu pergi ke ruangan lain)


CUT TO : 

106. INT. CAFE. KAMAR ASTRID - SORE

Astrid membuka laci, lalu mengeluarkan sebuah buku. 


BCU : Buku di tangan Astrid bertuliskan : ASTRID (V.O) : 

Hari ini cafe resmi dibuka!! :D
Ini dia tamu-tamu kehormatannya..


*Foto-foto Astrid dan teman-temannya yang hadir dalam acara pembukaan cafe. 


Sayang banget ada yang kurang. 
Bahkan gue nggak puya fotonya.
Yang buat gue berani ngejar mimpi gue.
Ya. Gue yang setiap hari hidup tanpa arah tujuan. 


Astrid mengingatnya. 


DISSOLVE TO FLASHBACK : 


107. INT. CAFE - MALAM

Di meja tersaji berbagai makanan enak. 


ASTRID 

(makan dengan lahap)

Lo jadi ikut kan ke Bali?


HEIRA

Kayaknya nggak bisa. 
Gue—


ASTRID

(kesal menatap Heira)

Lo bilang mau ikut kalo gue pulang??


HEIRA

(tersentak melihat Astrid)

Tapi sekarang nggak bisa. 
Sorry.. 
Gue harus—


ASTRID 

Menulis?!

(masih kesal menatap Heira)

Menulis aja terus sampai tangan lo keriting!


Heira hampir tertawa, lalu makan. 


ASTRID

(sambil mengunyah makanan)

Ada ya orang kayak lo. 
Hidup itu dinikmatin.
Bukan dituliis terus!


Heira terbahak mendengarnya. 


FADE OUT & FADE IN : 


ASTRID (V.O)

Heira.
Apa dia sekarang udah jadi penulis? 
Bahkan nomornya udah nggak aktif.


Astrid melihat amplop berisi uang di tangannya, lalu teringat sesuatu. 


ASTRID

(heran)

Kenapa tiba-tiba dia ngasih gue uang?
Bukannya terakhir kali ketemu kita berantem?

(tersenyum singkat)

Karna gue maksa dia main kartu terus. 

(lalu teringat sesuatu)


Astrid bergegas menelfon Bu Dini. 


ASTRID

(berbicara di telfon)

Ibu di mana?

(jeda)

Saya udah dapet uangnya sekarang.


CUT TO : 

108. EXT. PENGINAPAN DI PEGUNUNGAN. TERAS - SORE

Heira sedang melihat berita di ponsel, sementara Ochi duduk di sampingnya, sibuk dengan ponselnya sendiri.


HEIRA

Chi, lihat deh!

(menunjukkan ponselnya pada Ochi)

Night Academia!


OCHI

Kenapa Night Academia?

(lalu membaca artikel di ponsel Heira)


HEIRA

Terbukti nyebarin ritual sesat.

(ngeri memikirkannya)

Dari awal gue udah ngerasa aneh sama perpustakaan itu.
Cap jempol darah ....
Bisa-bisanya gue ke sana.


OCHI

Pantes perpusnya ditutup ya?
Tapi gue pikir ini cuma kerjaan beberapa oknum aja.

(mengembalikan ponsel Heira)


HEIRA

Tapi bisa jadi emang ada agenda tersembunyi, kan?


OCHI

(mengangguk melihat Heira)

Lo emang lebih suka memikirkan yang terburuk ya.
Lebih seru?
Wah! Gue bakal cepet dapat kabar novel baru nih!

(tersenyum melirik Heira)


HEIRA

(hampir tertawa)

Bukan gitu!
Gue kan bilang bisa jadi.
Bisa iya. Bisa nggak.


OCHI

Gue kenal lo, Heira.
Lo pasti lebih suka yang pertama.
What if ...?


Heira cemberut, sementara Ochi tertawa melihatnya.


OCHI

(mengirim pesan di ponsel, lalu tersenyum meletakkan ponselnya di meja)

Bentar lagi kakak gue dateng!


Heira lalu melihat Ochi.


OCHI

Dia juga pengen lihat sunrise dari sini. 

(jeda)

Sebenernya..
Kakak gue pengen banget ketemu lo. 


HEIRA

Emang lo punya kakak?


OCHI

(tidak habis pikir)

Gue kan pernah cerita..
Kecuali lo emang nggak pernah peduli. 


HEIRA 

(tersentak)

Ya. Gue pikir lo cuma punya adik..
Rezita?


OCHI

Kakak gue udah lama kerja di Liechtenstein. 


HEIRA 

Pegunungan Alpen?


OCHI

(antusias melihat Heira)

Lo tau?


HEIRA

(mengingatnya)

Gue pernah lihat di Brosur. 
Waktu pulang dari Kepulauan Seribu. 
Mampir bentar ke kantor travel-nya. 


OCHI

(mengerti)

Kakak gue udah baca semua novel lo. 
Dan dia suka. 


Heira tersenyum. 


OCHI

Dia cuma mau minta tanda tangan katanya—
Foto kalau lo mau?


HEIRA

(tidak habis pikir, kembali fokus pada buku)

Lo bahkan tau yang terakhir gue nggak mau. 


OCHI

(tersenyum)

Sebenernya, dia lagi cari pendamping hidup.


HEIRA

(tersentak, lalu melihat Ochi)

Ochi...!


OCHI

(lalu melihat Heira)

Serius. 
Kenapa nggak coba aja dulu?
Kenalan..
Siapa tau kalian cocok?


Heira mengalihkan pandangan, tidak setuju. 


OCHI

Please..
Gue bisa dijitak kalo gagal buat kalian kenalan. 


HEIRA

Tapi gue lebih suka lihat lo dijitak.
Gimana dong?


OCHI

Heiraa!


Heira tertawa. 


OCHI 

Mau ya?


ELS : Ochi terus memaksa, sementara Heira menolaknya. 


CUT TO :

109. EXT. PUNCAK GUNUNG - FAJAR

ESTABLISH : MATAHARI TERBIT 


Heira terpana melihat pemandangan matahari terbit. Dia lalu tersenyum kecil. 

Heira melihat sekeiling, tapi tidak menemukan Ochi di manapun. 


HEIRA (V.O)

Ochi.. 
Bukan satu-satunya orang yang sulit memahami gue. 

(kembali melihat matahari terbit)

Gue sadar. 
Nggak bisa maksa orang lain nerima pemikiran gue yang terlalu rumit. 
Yang kadang.. gue sendiri nggak bisa mengerti. 
Tapi seenggaknya, Ochi nggak menyerah ataupun pergi setelah semua yang terjadi. 
Dan entah kenapa..
Gue jadi mikirin tawaran dia.
Mungkin udah waktunya gue membuka diri. 
Seenggaknya, ngasih kesempatan.

(memikirkannya)

Bukan berarti gue harus jadi apa yang orang lain mau. 
Bukan berarti gue jadi orang lain. 
Tapi mungkin gue cuma..
Jadi gue yang baru. 


Heira lalu tersentak melihat segelas kopi di depannya. Dia menoleh, melihat siapa yang mengulurkannya. 


JULIAN 

(tampak dari belakang)

Hai. 

(jeda)

Gue Julian, kakaknya Ochi. 


HEIRA (V.O)

(terpaku menatap Julian)

Dariel?


DISSOLVE TO FLASHBACK : 


DARIEL

Bangsa kami yang levelnya tinggi bisa berubah wujud jadi manusia. 
Atau apapun yang dia mau. 


HEIRA

(terenyak)

Maksud lo.. Hidup?


DARIEL

(bersandar di sofa, berpikir sebentar)

Nggak selamanya.

(jeda)

Bangsa kami bisa melihat masa lalu bahkan masa depan!


FADE OUT & FADE IN : 


Julian—yang memiliki wajah mirip dengan Dariel, tersenyum melihat Heira.


DARIEL (O.S)

Dan gue lihat dia di masa depan lo, Heira. 


Julian menegaskan pemberiannya.

Heira menerima kopinya, masih terenyak.


HEIRA

(kembali melihat Julian)

Makasih. 


Julian mengangguk, lalu meminum kopinya sendiri. 

Ochi yang berada tak jauh di belakang Heira dan Julian, kini tersenyum. 

Heira dan Julian melihat pemandangan matahari terbit sambil minum kopi. Mereka bersamaan melihat satu sama lain, lalu tersenyum. 


ZOOM OUT : Julian memulai pembicaraan dan Heira menanggapinya. 


THE END



Thanks For Reading :)

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar