PERFECT STALKER
3. Tiga

16. EXT. LAUTAN. KAPAL TRADISIONAL - PAGI

Heira dan Ratna bersama penumpang lainnya naik ojek kapal menuju Pulau Kelor. 


CUT TO : 

17. EXT. KEPULUAUAN SERIBU. PULAU KELOR - PAGI

Kapal tradisional yang ditumpangi Heira merapat di dermaga. Para penumpang turun.

Heira mengikuti langkah Ratna menuju Benteng Martello. 


CUT TO : 


RATNA 

Benteng Martello ini peninggalan VOC.
Dibangun tahun 1850 - 1853. 


Heira mendengarkan sembari merekam video benteng di depannya. 


CUT TO : 

18. EXT. KEPULAUAN SERIBU. PULAU ONRUST - SIANG 

Heira berjalan bersama Ratna menyusuri pulau.


RATNA

Kalau di Pulau Onrust ini dulunya jadi galangan kapal, Kak. 
Untuk perbaikan kapal, juga jadi tempat penyimpanan rempah-rempah. 
Jadi sebelum berhasil menduduki Batavia bahkan Pulau Jawa, kegiatan VOC bermula di pulau ini. 
Dan saking sibuknya kegiatan itu, membuat pulau ini akhirnya dinamakan Pulau Onrust. 
Dalam bahasa Belanda Onrust artinya tidak pernah beristirahat. 
Jadi Pulau Onrust adalah pulau yang tidak pernah beristirahat. 


CUT TO : 


HEIRA

Kalau ini..

(sambil mengarahkan kameranya pada ujung terowongan)


RATNA

(ikut melihat ujung terowongan)

Ini terowongan.
Fungsinya sebagai tempat penampungan air bersih. 

(melihat sekeliling sebentar)

Jadi di sini ada delapan terowongan. 
Satu terowongan bisa menampung sampai 50.000 liter air bersih. 


Heira mengerti, lalu mengakhiri videonya. 


CUT TO : 


Heira duduk di satu sisi, sedang minum air. Di sisi lain, Ratna berbincang dengan petugas pulau. 


HEIRA (V.O)

(melihat sekeliling)

Cerita apa yang bisa dibuat di sini?
Kadang Ochi lebih aneh dari gue. 

(lalu melihat sekelompok pelajar mengikuti guide lokal menuju reruntuhan bangunan rumah sakit)

Anak sekolah?

(memikirkannya sebentar, lalu mencatat di bukunya)


HEIRA 

Study tour. 

(lalu tersenyum)


Ratna datang, lalu duduk di samping Heira. 


RATNA

Jadi, riset Kak Heira ini buat kerjaan atau kuliah? 


HEIRA 

(melihat Ratna sebentar)

Kerjaan.

(menutup bukunya, lalu menyimpannya di tas)


RATNA

Di mana? Kalau boleh tau?


HEIRA

Freelance, Kak. 
Jadi, riset buat.. nulis cerita di website. 


RATNA

Oh.. 

(lalu tersenyum)

Jadi kakak ini penulis?


HEIRA

(tersenyum melihat Ratna)

Iya.


RATNA

Wah! Seru juga ya bisa sambil jalan-jalan.


HEIRA

Baru pertama ini sih yang sambil travelling. 


RATNA

Saya juga suka baca-baca artikel di internet. 
Kebanyakan memang tentang wisata. 
Tapi novel juga suka.

(kembali melihat Heira)


Heira mengangguk mengerti. 


RATNA

(lalu melihat kapal tradisional yang mulai terisi penumpang)

Eh. Ayo, Kak!
Udah mau berangkat. 


Heira lalu mengikuti Ratna menuju kapal tradisional. 


CUT TO : 

19. EXT. LAUTAN. KAPAL TRADISIONAL - SIANG

Kapal tradisional yang ditumpangi Heira melaju.

Heira terpaku memandang lautan. 


CUT TO : 

20. INT. PENGINAPAN - MALAM

Heira memeriksa foto-foto yang ada di ponselnya. 


BCU : Layar ponsel Heira : Foto penuh Orbs yang di perbesar oleh Heira. 


HEIRA

Apa bener Orbs nunjukkin keberadaan hantu? 

(lalu menggosok kedua lengan tangan, tampak kedinginan, melihat sekeliling)


Dariel melepas jaket, lalu memakaikannya pada Heira. Tapi Heira malah menggigil hingga giginya bergemeletuk.

Heira memejamkan mata, mencoba menenangkan diri. 

Dariel yang panik melepaskan jaketnya dari Heira. 

Heira mereda, lalu bergegas minum air. Dia lalu terenyak melihat sekeliling. 


CUT TO : 

21. INT. RUMAH KOS. KAMAR HEIRA - SORE

ESTABLISH : RUMAH KOS 


OCHI

(membaca bagian terakhir naskah Heira, lalu menutupnya)

Bukan cuma setting-nya. 
Tapi kesan horor-nya juga dapet.
Ceritanya kerasa hidup.

(berkomentar dengan nada datar, lalu melihat Heira)

Tapi lo bener-bener baik-baik aja, kan? 


HEIRA

Hmm. 

(mengaduk makanan di mangkuknya)

Cuma nggak bisa tidur. 


OCHI

Elo sih maksa. 
Heira.. 
Di mana-mana, peraturan aja bisa berubah kalau ada kejadian di luar rencana.
Apalagi yang buat aturan itu gue. 
Dan gue udah ubah saat itu juga. 


HEIRA

(mendorong mangkuknya, lalu melihat Ochi)

Andai lo tau apa yang gue rasain. 


OCHI

(masih melihat Heira)

Cerita. 


HEIRA

(mengalihkan pandangan)

Andai gue bisa cerita langsung dengan baik dan benar. 
Mungkin gue nggak bakal jadi penulis. 


Ochi menghela napas sedih memikirkanya. 


OCHI

(kembali melihat Heira)

Kalo gitu tulis aja. 
Biar gue yang baca?

HEIRA

Mungkin gue masih butuh istirahat. 

(memijat kepalanya, lalu melihat Ochi)

Bisa lo pulang sekarang?


Ochi tersentak. 


JUMP CUT TO — MALAM


Heira menutup tirai jendela. 

Dariel bersandar di dinding sambil memperhatikan Heira yang duduk di tempat tidur. 


DARIEL

Heira.. 
Ochi bukan temen yang baik. 


Heira memikirkannya. 


DARIEL 

Dia sama kayak ibu lo. 

(berjalan, lalu duduk di kursi seberang)

Suka ngeremehin lo. 

(jeda)

Nganggep lo nggak penting!

(bersemangat mengobarkan emosi Heira)


Heira masih terdiam memikirkannya. 


DARIEL

Diam-diam dia ngetawain lo! 
Karna lo nggak berani menghadapi masalah sendirian.


HEIRA

Nggak mungkin. 


DARIEL

(muncul di samping Heira, menatapnya tajam)

Karna lo jadiin dia tameng dari orang-orang. 

(mengalihkan pandangan)

Lo mungkin berfikir ini kerja sama. 
Lo penulis. Ochi editor sekaligus manager lo. 
Tapi bagi dia, lo..

(kembali menatap Heira)

Lemah. 


HEIRA

Ergh!!

(mengacak rambut frustrasi)


Dariel sedikit tersentak melihatnya. 

Heira menjatuhkan diri ke tempat tidur.


CUT TO : 

22. INT. CAFE - MALAM

Ochi yang baru saja datang, duduk bergabung dengan Santika dan Nindya. 


SANTIKA

Katanya nggak bisa dateng?


OCHI

Dia berubah lagi. 


Santika dan Nindya bersamaan melihat Ochi. 


SANTIKA

Siapa? 


OCHI

Heira. 


SANTIKA

Penulis lo itu?


OCHI

Ya. 

(mengambil daftar menu)

Berani sumpah, kalau dia nggak bisa nulis pasti udah kena DID.

(lalu melihat Santika dan Nindya yang tampak tidak memahami maksudnya)

Dissociative Identity Disorder. 
Kepribadian ganda!

(kembali melihat daftar menu, memaksa fokus)


SANTIKA

Tapi gue suka novel-novelnya. 


OCHI

Ya. Gue juga. 
Gue tau dia shock. 
Tapi kenapa malah maksa lanjutin perjalanan?

(menghela napas, tidak habis pikir)


NINDYA

Gue jadi pengen ketemu dia. 


Ochi lalu melihat Nindya. 


SANTIKA

Emang lo pernah baca novelnya?


OCHI

(hampir tertawa)

Bukan itu pertanyaannya..
Tapi, sejak kapan lo suka baca novel?


Santika tesenyum.


NINDYA

(serius melihat Ochi)

Dia butuh bantuan. 


OCHI

Hampir setiap hari. 

(lalu memanggil pelayan, memesan makanan)


Nindya menunggu pelayan yang mencatat pesanan Ochi pergi, lalu melanjutkan pembicaraan. 


NINDYA

(menatap Ochi)

Ada yang gangguin dia. 


Ochi dan Santika bersamaan melihat Nindya. 


NINDYA

Sesuatu. 
Lo..
Tau maksud gue, kan?


Tatapan Ochi berubah serius. 


CUT TO : 

23. INT. RUMAH KOS. KAMAR HEIRA - PAGI


HEIRA

(duduk di sofa sambil memandangi kuku tangan)

Gue mesti potong kuku.


DARIEL

Buat apa??

(lalu melihat kukunya sendiri yang panjang dan hitam)

Lihat kukuku!

(menggerakkan jemari di depan wajah Heira)


Heira mengabaikan Dariel karena tidak bisa melihatnya. 


HEIRA

(melihat kekacauan di sekitarnya)

Gue bahkan belum beresin kamar. 

(lalu bersandar di kursi)


DARIEL

Buat apa? 
Kotor itu indah!


HEIRA 

(tersentak, lalu tertawa sebentar)

Gimana bisa gue mikir kotor itu indah?


DARIEL

Gimana kalo..
Jalan-jalan ke Mall?
Hura-hura?!


HEIRA

Sesekali nggak apa-apa lah.

(mengambil ponsel)

Ochi..


Dariel menangkis ponsel Heira hingga jatuh.

Heira mengambil ponselnya. 


DARIEL

(menatap tajam Heira)

Jauhin Ochi!


Heira memikirkannya. 


CUT TO : 

24. INT. MALL - SIANG

Heira berjalan bersama Dariel. 


DARIEL 

Gaji lo kan banyak. 
Makan yang enak-enak..


Heira ragu, melihat restoran di sekelilingnya.


DARIEL

(menghela napas melihat Heira)

Malu? 
Lo kan punya uang. 
Lo beli pakai uang.
Bukan minta-minta!


CUT TO :

25. INT. MALL. RESTORAN - SIANG

Heira memesan makanan, lalu duduk dengan canggung di satu sisi. Dariel duduk di seberang, memandanginya. 


DARIEL 

Kenapa sih lo harus nggak percaya diri?


Heira lalu melihat ponsel. 


CUT TO : 


Dariel memperhatikan Heira makan. 


CUT TO :


26. INT. MALL. TOKO BAJU - SIANG

Heira berjalan sendirian, sembari melihat-lihat baju. 

Dariel menarik pundak Heira. 

Heira menghentikan langkah, melihat baju yang ditunjuk Dariel. Dia tertarik menghampirinya. 


CUT TO : 


BCU : Label harga pada baju.


HEIRA (V.O)

(sedih melihat harga baju)

Mahal banget. 

(beralih melihat baju lain)


Dariel memalingkan wajah Heira ke baju sebelumnya. 


DARIEL

(melihat baju itu)

Mahal. 
Tapi bagus, kan?

(lalu melihat Heira)


Heira akhirnya mengambil baju itu, membawanya pergi. 


DARIEL 

(tersenyum)

Boros pangkal bahagia, Hei.. ra..

(bergegas menyamai langkah Heira)


CUT TO : 

27. INT. RUMAH KOS. KAMAR HEIRA - SORE

Heira yang pulang membawa dua tas belanja, tersentak melihat Ochi dan Nindya menunggu di depan kamarnya.


OCHI

Hey! Gue telfon nggak diangkat.


HEIRA

Sorry..
Handphone-nya gue silent. 

(lalu melihat Nindya)


OCHI

Oh. Ini temen gue. 
Nindya. 


Heira dan Nindya lalu berjabat tangan. 


HEIRA

Heira.. 

(memperkenalkan diri)


Nindya hanya tersenyum singkat. 


CUT TO : 

28. INT. RUMAH KOS. KAMAR HEIRA - SORE

Heira mengambil minuman dalam kemasan dari tas belanja.

Nindya melihat sekeliling, seolah mencari sesuatu. 


OCHI

Gue nggak lama kok. 

(melihat Heira meletakkan dua kotak minuman di depannya dan Nindya)

Nindya tau ada yang ngikutin lo.


HEIRA

(lalu melihat Ochi)

Maksud lo?


OCHI

Ada makhluk halus yang ngikutin lo. 

(mengatakannya dengan hati-hati)


Heira tidak percaya, kembali melihat Nindya. 


NINDYA

Lo bilang, lo kedinginan, kan? 
Sampai menggigil?


HEIRA

Ya. 


NINDYA

Makhluk itu yang gangguin lo. 


Heira mencoba mengingat saat dia menggigil di penginapan. 


OCHI

Kita di sini mau bantuin lo. 

(mengeluarkan sekantong kelopak bunga dari tas)

Nindya udah sering nge-handle makhluk-makhluk kayak gitu. 


HEIRA

(berubah kesal, melihat Ochi)

Kenapa lo nggak bilang dulu?


OCHI

(tersentak)

Heira..
Gue udah coba telfon lo tadi. 


HEIRA

Gue belum bilang iya, Chi?

(menatap sedih Ochi)


Ochi lalu melihat Nindya. 


NINDYA

(melihat Heira)

Gue cuma mau lo tau. 
Ini demi kebaikan lo. 


Heira menggeleng tidak mengerti. Dia lalu pergi ke kamar mandi, menutup pintunya dari dalam. 


Ochi kecewa melihatnya.


CUT TO : 

29. INT. RUMAH KOS. KAMAR MANDI HEIRA - SORE

Heira bersandar di dinding, mengela napas kesal. 


HEIRA (V.O)

Kebaikan gue? 
Ketemu aja baru hari ini.

(mengalihkan pandangan)

Ochi juga.
Sampai kapan dia ikut campur kehidupan gue? 

(menutup wajah dengan kedua telapak tangan sebentar, lalu melihat pintu, memikirkan sesuatu)


CUT BACK TO : 


Ochi mengalihkan pandangan pada botol air mineral di tas belanjaan Heira. Dia mengambil botol itu, lalu melihat Nindya yang juga melihatnya. 


CUT TO :

30. INT. RUMAH KOS. KAMAR HEIRA - MALAM

Heira bersiap tidur, tapi teringat kata-kata Nindya. 


NINDYA (O.S)

Makhluk itu yang gangguin lo. 


Heira melihat keadaan di sekelilingnya sepi, lalu menarik selimut hingga menutupi kepala. 

Heira bangun lagi, turun dari tempat tidur, mengambil botol air mineral dari tas belanja, lalu meminum airnya. 

Dariel melihat Heira dari jauh. 

Heira kembali ke tempat tidur, lalu berbaring miring, memaksa tidur. 


JUMP CUT TO — TENGAH MALAM


Heira terbangun dari tidurnya, lalu kembali memejamkan mata. 


SFX : Suara tiang listrik yang dipukul menggunakan tongkat besi. 


CU : Mata Heira kembali terbuka. 


Sementara jari tangan Heira menghitung jumlah dentangan. 


HEIRA (V.O)

9.. 10.. 11..

(tercekam, berbicara tanpa suara)

12.

(lalu memejamkan mata rapat-rapat)


DARIEL 

(muncul di depan Heira)

Belum bisa tidur? 


Heira tersentak, tapi tidak berani membuka mata. Dia mencari bantal untuk menutupi telinga kirinya. 

Dariel duduk, mengusap kepala Heira. 

Heira menarik selimutnya hingga menutupi kepala. 


DARIEL 

Maaf.. 
Gue nggak bisa bantu lo tadi. 
Gue harus jauhin teman Ochi. 


Di dalam selimut, Heira membuka mata, lalu mendengarkan dengan saksama. 


DARIEL

(mengalihkan pandangan)

Harusnya, gue nggak ninggalin lo. 


Perlahan, Heira mengintip dari celah selimut. 


POV HEIRA : Tanduk Dariel yang putih nyaris bersinar dalam gelap. 


Heira kembali memejamkan mata, takut.


HEIRA (V.O)

Apa itu..
Tanduk?
Kenapa suaranya kayak manusia?


Dariel tersentak, lalu menarik selimut Heira. 


HEIRA

(tersentak melihat wajah Dariel)

A!!!

(menjerit histeris, berguling ke sisi lain tempat tidur, terjatuh ke lantai, lalu bergegas mencari saklar lampu di dinding)


Dariel yang lebih dulu menekan saklar. 

Lampu menyala. 

Heira yang tercekam, berusaha keras mengabaikan sosok Dariel.


HEIRA (V.O)

(kembali ke tempat tidur)

Gue nggak lihat..
Gue nggak lihat..


Dariel menunjuk Heira. Seketika Heira menghentikan langkah, terpaku menatap Dariel menghampirinya. 


DARIEL

Lo bisa lihat gue? 


HEIRA

(tercekam, menatap kedua mata Dariel yang semerah darah)

Lo—
Siapa?


DARIEL

Gue..

(memikirkannya sebentar)

Pengikut lo. 


HEIRA

Pengikut?

(mencoba meredakan ketakutannya)

Gue bahkan nggak punya Instagram. 


DARIEL

(terenyak melihat Heira)

Dia ngasih lo minuman itu. 


HEIRA

Dia?


DARIEL

(melihat sekeliling, lalu mengambil botol air mineral, menunjukkannya pada Heira)

Teman lo mantrain airnya. 


Heira tersentak. 


CUT TO :


Heira dan Dariel duduk di karpet. 


DARIEL

Kenapa setakut itu?


HEIRA

Siapa yang nggak takut sama hantu?

(tidak melihat Dariel)


DARIEL

(tersenyum)

Bangsa gue sering jadiin itu bahan tertawaan. 


Heira tersentak, heran. 


DARIEL

Sebagian dari kami sengaja menjelma jadi sosok manusia.
Yang mati seolah hidup lagi.
Yang lo sebut hantu.


HEIRA

(lalu melihat Dariel)

Itulah kenapa gue nggak setakut itu sekarang. 


DARIEL

Bohong.


Heira tersentak. 


DARIEL

Lo nggak takut karena nganggep gue kayak alien. 


Heira terenyak. 


DARIEL

(mengalihkan pandangan)

Lo..
Orang-orang yang penasaran sama alien. 

(jeda)

Lo suka menulis cerita fantasi. 

(kembali melihat Heira)

Itulah kenapa lo nggak takut lagi sekarang. 


HEIRA

(terdiam setuju, lalu melihat Dariel)

Gue harus panggil lo apa?


DARIEL

Dariel.


CUT TO :

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar