8. Sadness #Scenes 57 - 59

57. INT. RUMAH LIZA DAN DEV - KAMAR - PAGI

Liza menuruni tangga, terlihat Dev sedang duduk di sofa memasang sepatu. Tas ransel di sampingnya. Liza terus berjalan menuju dapur, mengambil air putih lalu duduk di kursi meja makan.

DEV

Aku ke Jogja dulu, nginap di rumah Ibu.

LIZA

… (meminum air)

DEV

Mungkin dengan cara aku pergi kamu bisa lebih tenang.

LIZA

Lari dari masalah?

DEV

Lari? Nggak ada yang mau lari. Lebih baik aku pergi dulu sebentar daripada kita saling panas lalu keluar kata-kata pisah. Aku nggak mau.

LIZA

Kata-kata pisah? Tanpa kamu sadari kamu sudah mengucapkan kata pisah dengan kelakuan dan sikap kamu itu, Dev.

DEV

Nah, kan. Mulai lagi.

LIZA

Kamu pikir ini masalah sepele? Kamu tidur sama perempuan lain Dev, kamu nggak merasa bersalah?

DEV

Iya aku salah.

LIZA

Jelas salah.

DEV

Lalu?

LIZA

Lalu pertanyaanku sederhana.

DEV

Apa?

LIZA

Apa yang bakal kamu putuskan jika kamu di posisi aku?

DEV

LIZA

Apa yang kamu lakukan jika tahu kalau aku tidur dengan laki-laki lain? (air mata mengalir di pipinya)

DEV

Aku akan mencoba memaafkan dan memperbaiki semuanya.

LIZA

(tersenyum) Sayangnya aku bukan kamu, Dev.

DEV

LIZA

Urus perceraian kita.

DEV

Liza Caroline… Aku salah, aku siap dapat hukuman tapi jangan perpisahan. Aku nggak bisa. (memohon)

LIZA

Urus saja dulu…

DEV

Kamu jangan semudah itu mengambil keputusan, Za.

Liza pergi ke kamar tanpa menjawab. Dev membanting tasnya hingga mengenai beberapa hiasan kaca di atas lemari dan pecah. Gerakan Liza di atas tangga terhenti mendengarnya. Ia memejamkan mata sesaat kemudian kembali naik ke atas.

FADE IN.

58. INT. RUMAH MELANIE - KAMAR - SIANG

Tia masuk ke kamar melani.

TIA

Maaf ya, gue telat. Lo gimana, Za? (khawatir, matanya berair)

Tia duduk di samping Liza, merangkul bahunya. Liza menangis. Sementara Melanie duduk di sofa kamarnya berhadapan dengan Tia dan Liza.

MELANIE

Liza mau cerai, Tia.

TIA

Za… lo yakin sama keputusan lo? Tenangin dulu hati lo.

MELANIE

Iya, gue juga udah bilang tadi. Meski pernah cerai gue nggak akan langsung setuju sama keputusan lo, Za. Lo tuh sekarang masih kacau aja lagi, lo butuh tenang.

TIA

Apa mau liburan dulu?

LIZA

Nggak ada gunanya juga… Gue sakit banget please… gue nggak tahan… (menangis)

MELANIE

Iya, Za, ngerti banget gue perasaan lo. Gue ngerti gimana rasanya dikhianati. Cara basi untuk menyakiti. Tapi kan, Dev bilang dia dijebak.

TIA

Sabar atuh sahabat gue kok gini… (menangis)

LIZA

Gue nggak mempermasalahkan dia dijebak atau nggak, tapi kok ya dia mau aja main ke rumah perempuan itu terus. Sementara gue kepikiran gitu aja nggak.

TIA

Yaudah kita liburan aja dulu deh, biar lo bisa tenang. Lo mau ke mana?

LIZA

Gue nggak mau ke mana-mana, gue cuma mau rasa sakit ini hilang.

MELANIE

Butuh waktu, Za. Sekarang lo puasin aja dulu numpahin semua rasa sakit lo.

TIA

Iya, benar, lo teriak aja di pantai nanti ya, kita temenin. Atau apa pun yang mau lo lakuin agar sakitnya reda kita temenin.

Tia dan Melanie saling tatap kemudian mengangguk.

CUT TO.

59. INT. RUMAH IBU DEV - RUANG KELUARGA - SIANG

IBU DEV

Kalian ini sama-sama egois.

DEV

… 

IBU DEV

Ibu selama ini sering menyindir kalian bukan karena ibu jahat. Ibu hanya khawatir jika kalian lambat memiliki anak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, dan ternyata benar. (menatap Dev sedih) Kalian dilanda jenuh. Terkadang rasa sayang bisa saja diwujudkan dengan marah-marah. (menahan tangis)

DEV

…………… 

IBU DEV

Dalam pernikahan tak ada masalah yang tak bisa diselesaikan, asal mau bersabar dan menurunkan ego masing-masing.

DEV

Liza sudah sangat kecewa, Ma.

IBU DEV

Perempuan mana yang rela melihat suaminya di rumah perempuan lain. Istri nabi sekalipun tetap cemburu, hanya saja ia tahu bahwa itu perintah Tuhan. Apalagi kamu manusia biasa, Dev. Kalian salah paham saja, hal itu membuat kalian sama-sama kecewa.

DEV

…… 

IBU DEV

(sambil beranjak berdiri) Pikirkan lagi, selamatkan pernikahan kalian.

DEV

…… 

CUT TO.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar