2. Fall In To You #Scenes 6 - 11

6. INT. RUMAH KELUARGA LIZA - MALAM

(Masih beberapa tahun yang lalu).

Liza sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk sehabis dari kamar mandi. HP-nya berdering, pesan masuk.

“Hi, Za.”

Sebuah pesan dari nomor tidak dikenal. Liza senyum-senyum membacanya.

LIZA

Pasti ini dari Dev.

Liza membalas pesan itu.

LIZA

Siapa ya??????

DEV

Akuuuuuuu

LIZA

Akuuuuuuu yang mana ya?

DEV

Akuuuuuuu yang mau ketemu kamu. Sekarang.

LIZA

Baru pulang kerja. Capek. Sorry ya, nggak bisa.

Beberapa saat kemudian panggilan masuk dari Dev.

LIZA

Halo?

DEV

Hai, Za! Gimana caranya biar bisa ketemu kamu terus?

LIZA

Gombalannya picisan, Dev! (senyum terkulum)

DEV

Oh, okay. Sedewasa ini kamu masih bilang ini picisan?

LIZA

I guess, hahaha.

DEV

You will see, Za.

LIZA

Dan itu adalah?

DEV

Kenalan lebih dalam lagi, yuk! Masih banyak sejarah hidupmu yang aku belum tahu.

LIZA

Dev, kenapa aku harus mau?

DEV

Karena kita sudah dipertemukan.

LIZA

Haha…

DEV

Dan akan jadi legenda.

Jarum jam di dinding berjalan menuju pukul 23.45 WIB, percakapan berjam-jam itu terasa singkat.

FADE IN.

7. INT. BIOSKOP - DI LUAR STUDIO - SORE

(Masih flashback beberapa tahun yang lalu).

Mereka bertiga baru saja keluar dari salah satu studio bioskop, sepanjang berjalan di koridor mereka bercakap-cakap.

TIA

Dih, filmnya bagus banget ya! Pesannya bagus, pemainnya bagus, sutradaranya juga, semua deh pokoknya! (dengan gaya sedikit lebay)

MELANIE

Ah, nggak juga ah! Bagus versi lo doang kali tuh! Haha.

TIA

Jadi film barusan jelek menurut lo?

MELANIE

Menurut Gue biasa aja sih. Dari segi ide cerita juga biasa, pasaran, cuma yang bikin baguskan pengemasan filmnya.

TIA

Ya sama aja Lo bilang bagus kali, gimana sih!

MELANIE

Beda sayang, ada film yang sebenarnya dari beberapa sisi tuh biasa aja cuma ada beberapa hal yang menutupi itu, jadi terlihat bagus. Beda sama yang bagus dari semua sudutnya.

TIA

Gila, kayak ngerti film aja lu, sutradara juga bukan!

MELANIE

Eh, buat ngerti film ya nggak harus jadi sutradara dulu kali. Ya Gue sih sebagai penikmat film juga tau ya film yang bagus tuh gimana.

TIA

Gimana emang?

MELANIE

Ya yang kayak yang tadi Gue bilang, bagus dari semua aspeknya. Ide cerita, kekuatan karakter tokohnya, para pemerannya, sutradara dan timnya,dan masih banyak yang lainnya. Tapi Gue nggak bilang film barusan jelek ya, Gue tahu kok bikin film mah nggak mudah. Butuh banyak waktu dan biaya. Makanya Gue selalu menghargai karya orang kok.

LIZA

Udah ah udah!! “sesuai selera aja” lah ya. Kan tiap orang punya seleranya sendiri kan?! Iya nggak sih. Yang penting mah, hargai karya orang dengan tidak menonton film bajakan aja sih kalau menurut Gue. (sedikit kesel)

MELANIE

Nah tuh, benar! Lo sih, ribet! (mendorong bahu Tia)

TIA

Ih, apaan sih?!! (manyun) Kalau bahas soal film mah nggak ada habisnya Lo. Intinya tuh gini aja, terserah lo deh.

MELANIE

Ya gini nih, kalau semua rakyat negara ini kayak Lo, rusak negeri kita.

TIA

Eh enak aja, banyak yang nggak kayak Gue aja emang udah rusak kali. Haha.

LIZA

Udah ah, berisik Lo semua. Yang lagi rusak tuh hati Gue nih!

MELANIE, TIA

Hah? Serius? (terkejut dan melotot, langkah mereka terhenti)

LIZA

Ya nggak rusak-rusak amat juga sih. (terus berjalan)

TIA

Lo putus sama Azka? (kembali melangkah mengejar Liza)

MELANIE

Azka nyakitin Lo, Za? Bilang kenapa? Biar Gue kasih pelajaran tuh cowok. (menarik bahu Liza)

LIZA

Bukan soal Azka. Gue sama dia baik-baik aja. Tapi yang lagi nggak baik tuh hati Gue. Kenapa ya?

TIA

Ya mana kita tahu kenapa, Lo aja belum cerita ada apa?

MELANIE

Kita cerita di mobil aja yuk, biar lebih enak.

CUT TO.

8. INT. MOBIL - JALAN RAYA - SORE 

Mobil berjalan santai di jalan raya, Melanie menyetir mobil tersebut, Liza duduk di sebelahnya dan Tia di belakang.

MELANIE

Hah? Cowok mana, Za? (sedikit melotot)

TIA

Kalian udah ngapain aja sih, sampai-sampai cowok itu mengganggu pikiran Lo?

MELANIE

Sespesial apa sih dia, Za? Hubungan kamu yang sudah berjalan 2 tahun sama Azka gimana dong?

Tia

Lo kok gitu sih, Za? Nggak adil dong buat Azka.

LIZA

Duh, kalian coba kalau nanya satu-satu. Gue kan baru bilang ada cowok yang ngedeketin Gue yang bikin Gue nyaman sama dia.

MELANIE

Lo udah kasih tahu Azka?

LIZA

Ya nggak lah. Lagian Gue nggak ada hubungan apa-apa kok sama cowok itu. Kita cuma ketemu biasa sih, kayak teman-teman biasa aja.

TIA

Tapi yang jadi masalah yang lo bilang mengganggu pikiran lo itu sih, menurut Gue. Kenapa? Ya takutnya lo suka sama dia. Tanpa Lo sadari lo nyakitin Azka.

LIZA

Gue nih cuma belum punya bukti aja sih soal Azka. Ada yang bilang dia main belakang. Tapi Gue belum tau kebenarannya.

MELANIE

Hah? Azka selingkuh maksud Lo?

TIA

Emang selama ini Azka ada tanda-tanda nyelingkuhin lo nggak, Za?

LIZA

Ya mana ada orang selingkuh ngasih tanda-tanda.

TIA

Za, jangan bilang lo nyari-nyari kesalahan Azka karena lo udah ngerasa nyaman sama cowok baru itu. (ekspresi menyelidik)

LIZA

Kok, lo gitu sih, Tia? Nyesel deh Gue cerita. (pura-pura ngambek)

TIA

Mantan Gue kan dulu gitu… (manyun)

MELANIE

Ya tapi kan Liza bukan mantan Lo, Tia.

TIA

Ya sorry sih, gue cuma nggak mau Liza kayak gitu.

LIZA

Iya, bawel. Gue nggak akan gitu kok. Udah ah. Intinya gini, gue lagi bingung aja sama perasaan gue sendiri. Gue masih nyari tahu tentang Azka.

TIA

2 tahun lo sama Azka, semoga nggak ada apa-apa lah ya.

MELANIE

Mau sepuluh tahun bersama juga kalau main belakang mah tetap aja tai. Ni ya, awas aja kalau Azka benar nyelingkuhin Lo,kasih tahu Gue! (marah)

LIZA, TIA

(saling pandang sesaat) Hahahahaha….

MELANIE

Apaan sih lu berdua?

Melanie sengaja menaikkan kecepatan mobil.

LIZA, TIA

AAAAAA!!! Jangan ngebut!!!!!

MELANIE

Hahaha…. (menyalakan musik di mobil)

FLASHBACK CUT TO.

9. BEGIN MONTAGE - VARIOUS LOCATIONS

  1. Di dalam mobil - Liza sedang di perjalanan pulang menuju rumah. Lagu-lagu Melly Goeslaw menemaninya sepanjang perjalanan.
  2. Di depan rumah Liza - Liza sampai di depan rumah, ia melihat mobil Dev sudah ada di garasi.
  3. Di depan rumah Liza - Liza turun dari mobil membuka pagar rumah. Masuk kembali memarkir mobil ke garasi.
  4. Di teras rumah - Liza masuk ke rumah.
  5. Ruang tamu rumah Liza - Liza mencari Dev, ia melihat suasana rumahnya.
  6. Di dapur - Liza menggeleng-gelengkan kepalanya melihat beberapa bungkusan bekas makanan ringan tergeletak di atas meja.

CUT TO.

10. INT. RUMAH LIZA DAN DEV - KAMAR - SENJA MENJELANG MALAM

Liza membuka pintu kamar, ia terlihat sedikit kaget melihat Dev tidur tanpa baju, mengenakan celana pendek hitam.

LIZA

Untung kamu lagi tiduran begini, Dev. Kalau nggak, aku omelin. Dapur berantakan. (tersenyum geli, duduk di sisi ranjang)

Sayang? Bangun! Sudah sore.

DEV

… (mengorok)

LIZA

AAAAAAA Toloooongggggg!!!!!

DEV

(terkejut bukan main) Apa??? Ada apa????

LIZA

Hahahahaa

DEV

(menghela nafas lega) Liza…… Duh, bikin kesal terus ah!

LIZA

Kamu tu yang bikin kesal. Udah sore! (sedikit tersinggung)

DEV

Lagi nggak mau berantem, pengennya mesra.

Liza beranjak dari duduknya. Namun Dev menarik lengannya cepat. Kini Liza dalam pelukannya.

DEV

Pengen mesra pokoknya. (tersenyum)

LIZA

Dev, aku mau mandi. (menahan senyumnya)

DEV

Nanti sekalian aja habis kita mesra ya. (mencium bibir Liza)

LIZA

(berusaha melepas namun Dev semakin mendekapnya) Dev...

DEV

Kita bikin anak (tertawa kecil)

CUT TO.

11. INT. RUMAH LIZA DAN DEV - DAPUR - MALAM

Di meja makan, mereka sedang menikmati makan malam.

DEV

Aku minta maaf ya, soal kemarin malam.

LIZA

Bukan salah kamu juga sih.

DEV

Terus salah siapa?

LIZA

Ya nggak ada yang salah. Sama-sama benar kok. (tersenyum)

DEV

Aku cuma bahas soal kapan kamu mau hamil, kamunya malah langsung nggak mood sama aku.

LIZA

Ya gimana nggak gitu, kalau setiap kali kita bahas soal hamil pasti ujung-ujungnya berantem. Dan memang benar. Berantem. (mulai serius)

DEV

Ya karena itu satu-satunya masalah yang belum selesai kita sepakati.

LIZA

Dev, kita sudah sepakat kan dari dulu?

DEV

Itu kan dulu, sayang. Sudah 3 tahun lebih, apa nggak bisa kita bikin kesepakatan baru?

LIZA

Bukan karena Mama kamu nuntut pengen nimang cucu terus kan ini??

DEV

Astaga sayang… Sekalipun Mamah nggak nuntut, tujuan pernikahan kan emang untuk punya anak kan? (menahan nada suaranya)

LIZA

Tapi bukan satu-satunya tujuan loh.

DEV

Ya tapi nggak salah kan? Kita sama-sama sehat juga kan, kenapa ditunda terus? Karir kamu juga udah sesukses ini. Emang jadi designer nggak boleh hamil apa?

LIZA

Selain karir kan juga soal kesiapan mental. Aku belum siap. Jujur. (melepaskan sendok dan garpunya, menatap serius wajah Dev)

DEV

Selama ini kamu emang nggak pernah siap sih.

LIZA

Kamu nggak boleh egois dong, punya anak itu soal kesiapan kita berdua. Bukan karena permintaan Mama kamu ataupun orang lain. Aku sudah sering bilang.

DEV

Iya, iya. Tapi kapan kamu siapnya??

LIZA

Aku nggak tahu. Bisa aja datang dengan sendirinya. Bisa aja besok tiba-tiba siap.

DEV

Za? Kita nggak akan selamanya berdua kan? Kita bakalan punya anak kan?

LIZA

Kamu tujuan menikahi aku untuk apa sih?

DEV

Ya untuk bahagia sama-sama kamu terus lah.

LIZA

Sekarang bahagia nggak?

DEV

Jelas bahagia.

LIZA

Kalau tanpa anak bisa bahagia, kenapa nuntut harus cepat? Nikmati aja dulu kebersamaan kita. (bangkit dari kursi)

DEV

Yang kaya gini nih aku nggak ngerti pikiran kamu.

LIZA

(hendak berjalan meninggalkan meja makan, berpaling ke arah Dev)

Dev, kita ini baru aja habis bercinta, baru aja habis baikan lagi setelah kemarin malam berantem. Rusak lagi kan kemesraannya gara-gara bahas soal itu terus.

DEV

Salah terus aku ya.

LIZA

…… (pergi ke kamar)

Dev menggenggam kedua telapak tangan, dihempaskannya ke meja makan. Dia terlihat menahan amarahnya.

FLASHBACK.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar