MENATA SENJA
4. PART 4

 

 

36.    EXT. RUMAH KONTRAKAN – SORE

PEMAIN: RAKA (28 TAHUN), DINA (25 TAHUN), IBRAHIM

Raka pindahan di rumah kontrakan sebelah rumah Ibrahim. Tampak kesibukan beberapa orang mengangkatin barang-barang. Ibrahim melihat pasangan muda itu. Terlihat Raka mengangkat sebuah kardus. Ibrahim menyapanya.

 

IBRAHIM

Baru pindahan, Nak?

 

RAKA

Iya, Pak.

 

IBRAHIM

Semoga betah ya.

 

RAKA

Terima kasih, Pak. Kita tetanggaan.

 

IBRAHIM

Main ke rumah kalau ada waktu.

 

RAKA

Iya, Pak.

 

 

Ibrahim keluar dari gerbang rumahnya. Ia ingin menikmati suasana sore.

 

DINA

Siapa, Mas?

RAKA

Tetangga sebelah rumah.

 

DINA

Oh... Mudah-mudahan saja tetangga kita baik ya.

 

 CUT TO

 

37.    INT. RUANG TAMU-RUMAH IBRAHIM – MALAM

PEMAIN: RAKA, IBRAHIM, ROSMINA

Raka berkunjung ke rumah Ibrahim. Ia mengamati beberapa novel di lemari buku. Ia mengambil satu di antara novel itu.

 

RAKA

Bapak seorang penulis? Wahh.. luar biasa.

Saya beruntung sekali punya tetangga seorang penulis.

 

IBRAHIM

Itu sudah sangat lama. Mereka mengagungkan bapak dan membanggakan karya-karya bapak. Tapi sekarang, (beat) mereka seoalh tidak perduli dengan bapak.

 

RAKA

Mereka memang keterlaluan ya, Pak.

 

ROSMINA

Ini cemilannya, Nak Raka. Alakadarnya...

 

RAKA

Gak usah repot-repot, Bu

 

ROSMINA

Kebetulan ada pisang di lahan belakang. Jadi ibu goreng saja. Minumannya teh pahit...

Ibu belum beli gula.

(tersenyum kecut)

 

RAKA

Gak apa-apa, Bu. Disyukuri aja.

 

ROSMINA

Nak Raka ini baru berumah tangga ya?

 

RAKA

Iya, Bu. Baru empat tahun. Kontrakan yang lama sudah habis, jadi kami cari kontrakan baru. Ya, sekalian cari suasana baru.

 

ROSMINA

Udah lama, kok masih baru?

Istri, nak Raka dimana?

 

RAKA

Hehehehe…. Kayak pengantin baru aja ya buk.

Istri saya lagi di rumah, Bu. Lagi rapi-rapi

(tersenyum)

 

Raka meletakkan novel yang dipegangnya ke lemari. Kemudian ia mengamati ruang tamu yang sedikit kosong. Ia mengamati foto-foto Ibrahim dan anak-anaknya.

 

RAKA

Anak-anak bapak di mana?

 

IBRAHIM

Mereka tidak tinggal di sini.

 

Raka manggut-manggut dan kembali mengamati foto-foto di dinding.

 

DISSOLVE TO

 

38.    INT. DAPUR-RUMAH RAKA – PAGI

PEMAIN: RAKA, DINA, KEVIN (3 TAHUN)

Kevin sedang menyantap ayam goring di atas meja. Raka keluar dari kamar dan menuju dapur. Terlihat Dina sedang memasak. Kemudian Raka merengkuhnya dari belakang.

 

DINA

Cuci muka dulu sana. Bau jigong

 

RAKA

Aku lagi kengen...

 

Dina melepaskan pelukan Raka.

 

DINA

Aku lagi masak, Bang. Nanti gosong.

Malu tuh sama anak kamu.

 

Raka melepaskan pelukannya, kemudian duduk di kursi dan mengucek rambut Kevin.

 

RAKA

Makan yang banyak ya, Nak. Biar kuat kayak papa.

(beat)

Kamu tau gak? Ternyata tetangga kita seorang penulis. Penulis hebat.

 

DINA

Oh ya...

(Meniriskan ikan goreng)

Novelis?

 

RAKA

Karya-karyanya luar biasa. Buku-bukunya juga ada di tokoh buku. Tapi, abang kasihan melihat bapak itu. Ibrahim namanya.

 

Dina meletakkan ikan goreng ke piring dan meletakkannya di atas meja.

 

DINA

Kenapa? Aku mau foto bareng sama bapak itu.

Lumayan foto bareng penulis.

 

RAKA

Nanati abang ajak kamu ke rumah pak Ibrahim.

 

DINA

Kamu ke studio, Bang?

 

RAKA

Iya. Abang mau menjumpai produsernya.

Dia sudah berjanji mau mendanai lagu-lagu ciptaan abang.

 

DINA

Mudah-mudahan dia setuju ya bang.

Mandi dulu gih.

 

Raka beranjak dengan malas-malasan. Dina mendekati anaknya, Kevin.

 

CUT TO

 

39.    EXT. JALAN TAMAN – PAGI 

PEMAIN: IBRAHIM, IDRIS (59 TAHUN)

Ibrahim jalan kaki di jalan kecil. Kemudian setengah berlari sambil menggerakan tangannya. Pagi ini tidak terlalu ramai orang berolah raga. Ia melihat keluarga kecil yang bahagia. Sepasang orang tua dengan seorang anaknya yang sudah dewasa. Anak itu begitu sayang kepada mereka. Ibrahim terpaku sejenak. Kemudian seorang teman Ibrahim menyapa. Idris namanya.

 

IDRIS

Hei pak tua, tumben kau pagi-pagi sudah keluyuran.

 

Ibrahim menoleh ke arah Idris.

 

IBRAHIM

Hei, Idriss… Kau terlihat segar aja.

Kau terlihat bugar. Apa rahasianya?

 

IDRIS

Bahagia. Aku sangat bahagia. Hahahaha..

 

Kmudian mereka bercengkrama. Mereka duduk di kursi yang terletak di taman.

 

IDRIS

Bagaiman kabarmu?

 

IBRAHIM

Aku baik-baik saja, Dris. Akhir-akhir ini aku sangat…

 

IDRIS

Kau merindukan anak-anakmu? Mereka pasti pulang, Him. Tidak ada anak yang tidak sayang orang tuanya.

 

IBRAHIM

Aku tak ingin mereka pulang. Aku tak ingin mengingat mereka.

 

Idris terkejut dengan penuturan Ibrahim.

 

IDRIS

Kenapa? Kau punya masalah dengan anak-anakmu?

 

Ibrahim menunduk dengan wajah sedih.

 

IBRAHIM

Mereka sudah menelantarkan aku dan istriku.

 

IDRIS

Segitu parahnya?

 

Ibrahim mengangguk dang menceritakan semuanya. Volume diiringi music mellow.

 

CUT TO

 

40.    EXT. HALAMAN – RUMAH IBRAHIM – PAGI 

PEMAIN: IBRAHIM, ROSMINAH, SEJATI

Sejati datang ke rumah Ibrahim. Ia mengadu kalau suaminya tertangkap saat main judi. Polisi minta tebusan jika suaminya ingin bebas. Sejati tampak menangis.

 

SEJATI

Tolong bang Adi, Bu...

Kasihan anak-anak kalau bang Adi sampai di penjara.

 

INTER CUT

 

Terlihat Ibrahim masuk dari gerbang. Kemudian menghampiri Sejati dan Rosmina.

 

IBRAHIM

Untuk apa kamu kemari?

 

SEJATI

Bang Adi, Pak... Ketangkap polisi.

 

IBRAHIM

Main judi lagi?

 

SEJATI

Dia dijebak temannya.

Ada bungkusan narkoba di rokoknya.

 

IBRAHIM

Narkoba?

(terkejut)

Bapak gak menolong suamimu. Itu hanya akal-akalan Adi saja. Adi memang narkobaan.

 

SEJATI

(sambil menangis)

Tolong Jati, Pak. Jati mohon… kasihan anak-anak.

 

Ibrahim berlalu dan duduk di teras.

 

CUT TO

 

41.    INT. RUANG TAMU – SIANG 

PEMAIN: IBRAHIM, ROSMINAH, SEJATI

Sejati duduk sambil sesenggukan. Ia terus memohon agar Ibrahim menggadaikan rumahnya untuk menebus suami Sejati. Rosminah menyuguhkan air putih untuk Sejati.

 

IBRAHIM

Bapak dan ibu tidak punya uang, Sejati.

Duit dari mana coba. Bapak tidak bekerja.

Kamu sudah coba pinjam mas mu?

 

SEJATI

Sejati takut, Pak.

Gak mau juga nanti jadi masalah.

Bagaimana kalau rumah ini digadaikan saja, Pak?

 

IBRAHIM

Apa? Menggadaikan rumah ini? Tidak Jati.

Ini harta bapak satu-satunya.

 

SEJATI

Tapi, Pak. Ini demi masa depan anak-anak Jati.

Nanti Jati yang bayar cicilannya.

 

IBRAHIM

Kamu kalau ngomong seenak perutmu saja.

 

ROSMINAH

Pak, kasihan Sejati. Anak-anaknya juga masih kecil.

 

Ibrahim hanya diam. Kemudian ia beranjak dari kursinya masuk ke dalam rumah. Tak berapa lama ia keluar dan membawa sebuah map berisi surat tanah dan rumah.

 

IBRAHIM

Baiklah, bapak akan menggadaikan rumah ini.

(suara berat)

 

SEJATI

Terima kasih, Pak…

 

CUT TO

 

42.    INT. TERAS DEPAN-RUMAH IBRAHIM – SORE 

PEMAIN: RAKA, DINA, KEVIN, IBRAHIM, ROSMINA

Ibrahim dan Rosmina sedang bercengkrama di teras depan. Kemudian Raka dan Dina datang membawa makanan.

 

RAKA

Assalamualaikum....

 

ROSMINAH/IBRAHIM

Waalaikumsalam...

(berbarengan)

 

IBRHAMI

Eh, Nak Rak. Silahkan masuk..

Duduk...duduk..

(sambil menyediakan kursi)

 

RAKA

Gak usah repot-repot, Pak. Saya bisa duduk di mana aja kok...

 

DINA

Ini, ada sedikit makanan dari rumah.

Untuk bapak dan ibu.

 

Rosmina menerima tempat makanan yang diberi Dina. Kemudian mencemol pipi Kevin.

  

ROSMINAH

Duh… ganteng banget anaknya. Siapa namanya?

 

DINA

Kevin, Nek…

 

ROSMINAH

Sudah berapa tahun?

 

DINA

Baru tiga tahun lebih, Bu.

 

ROSMINAH

Terima kasih banyak, Nak.

Jadi ngerepotin

 

DINA

Gak apa-apa, Bu. Namanya juga tetangga.

Lagi pula kami sudah tidak punya orang tua.

 

RAKA

Iya, Pak. Saya ingin berbakti kepada orang tua, tapi mereka sudah dipanggil ama yang kuasa. Ya, mumpung tetangga kami sudah orang tua, saya merasa dekat ama orang tua.

 

IBRAHIM

Ya anggap saja bapak dan ibu ini orang tua kalian.

 

RAKA

Iya pak.

 

 Kemudian mereka mengobrol dan bergelak tawa. Audio diiringi music.

 

FADE OUT-FADE IN

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar