Matrikulasi Rasa
6. Kelas Kosong

15. INT. RUANG KELAS ASISTENSI — NIGHT

Sunyi membuat tidur Joyceline semakin lelap, tetapi tiba-tiba getaran dari dalam tas yang terpangku di atas paha, membuatnya tersentak. Joyceline mengambil telepon genggam dan langsung memicingkan kedua matanya. Pada layar muka ponselnya tertera tulisan: Kanjeng Ratu is calling …

Sebelum menerima panggilan masuk itu, Joyceline sempat mendengkus.

JOYCELINE
Halo, Ma.

Joyceline sengaja mengaktifkan pengeras suara

MAMA
Kamu di mana? Kuliahnya belum selesai? Ini udah malam lho, Joy.

Joyceline menyapu seluruh ruangan kelas dengan pandangan. Kosong. Tidak ada siapa-siapa lagi selain dirinya.

JOYCELINE (V.O.)
Sompret! Enggak ada yang bangunin gue.
MAMA
Joy. Kamu bilang kelas tambahan enggak sampai magrib. Ini udah lewat, lho. Jangan bilang kamu lagi keluyuran enggak jelas

Joyceline memijit kedua pelipis, mencari alasan yang masuk akal dan tidak membuat Mama semakin kesal.

JOYCELINE
Kelasnya tadi telat dimulai. Ini baru selesai. Joy tutup teleponnya, ya. Mau pulang.
MAMA
Ya, udah. Hati-hati di jalan. Mama udah masakin makanan kesukaan kamu.
JOYCELINE
Hm.

Joyceline mengakhiri panggilan dan menyimpan ponselnya lagi. Dia lantas mengemasi buku dan pulpen yang semula akan digunakan untuk mencatat materi.

Joyceline (menggerutu)
Bener-bener, ya, enggak ada yang peduli? Masa gue ditinggalin gini aja? Si Jay juga, emang dia enggak lihat gue tidur?

Joyceline teringat teguran dari Jayden karena dia tidak memperhatikan saat pemuda itu berbicara tentang pembagian tugas dalam kelompok beberapa waktu lalu.

JOYCELINE (V.O.)
Oh, dia pasti sengaja enggak bangunin gue, sih. Palingan juga kesal karena enggak gue perhatiin. Dasar. Pengin banget jadi pusat semesta itu orang.

Joyceline bangkit dari duduk dan mencangklong tasnya setelah mengemasi semua alat tulis. Namun, sebuah jaket yang jatuh dari pundaknya membuat Joyceline terheran.

JOYCELINE (V.O.)
Ini jaket siapa?

Joyceline tidak menyadari sejak tadi ada jaket yang tersampir di kedua pundaknya. Dia mengamati lamat-lamat jaket berbahan denim yang saat ini dia bentangkan. Aroma maskulin menguar dari sana.

JOYCELINE
Jayden?

Joyceline mengernyitkan kening.

JOYCELINE (CONT'D)
Ngapain, sih? Bikin repot aja. Males balikinnya.
JAYDEN
Kamu udah bangun?

Joyceline kaget oleh kemunculan Jayden yang tiba-tiba.

JOYCELINE
Lo masih di sini?

Jayden mengangguk.

JAYDEN
Iya

Joyceline berdeham kecil.

JOYCELINE
Gue pikir lo udah balik.

Joyceline jadi salah tingkah. Bukan dikarenakan oleh aura Jayden yang saat ini sedang berjalan mendekat ke arahnya, melainkan karena merasa malu sempat berpikiran buruk beberapa menit tadi.

JAYDEN
Tadi kamu tidurnya nyenyak banget. Aku enggak tega mau bangunin.

Jayden berdiri tepat di hadapan Joyceline. Gadis yang lebih pendek dari Jayden beberapa sentimeter itu, sontak melarikan pandangan ke arah lain. Joyceline menghindari tatapan Jayden yang secara ajaib membuatnya merasa gugup.

JAYDEN (CONT’D)
Mau langsung pulang apa enggak?

Joyceline tidak menjawab karena gugup.

JAYDEN (CONT’D)
Aku anterin aja, yuk. Udah malam.

Joyceline masih belum membuka mulut. Otaknya seolah kehilangan perbendaharaan kata, sehingga tidak mampu mengatakan apa-apa.

JAYDEN (CONT’D)
Joyceline Adhara?

Joyceline terpaksa menatap Jayden lagi.

JAYDEN (CONT’D)
Kamu baik-baik aja? Apa kamu sakit?

Raut wajah Jayden menyiratkan kekhawatiran.

JOYCELINE
Gue baik-baik aja.
JAYDEN
Aku mau pulang. Kamu mau ikut atau tetap di sini? Tapi, kayaknya bentar lagi lampu kelas bakal dimatiin semua.
JOYCELINE
Pulang.

Joyceline sama sekali tidak takut hantu, tetapi dia tidak berani menghadapi kegelapan.

JAYDEN
Ya, udah. Ayo, aku anterin.

Jayden berbalik, tetapi Joyceline menahannya.

JAYDEN (CONT’D)
Ada apa?
JOYCELINE
Ini punya lo, 'kan?

Joyceline mengulurkan jaket ke arah Jayden.

JAYDEN
Iya, punyaku. Kamu pakai dulu aja biar enggak kedinginan di jalan.
JOYCELINE
Lo enggak perlu nganterin. Gue bisa pulang sendiri.

Jayden menatap Joyceline sambil memperhatikan wajah gadis keras kepala di hadapannya itu.

JAYDEN
Sekali ini aja. Aku antaerin kamu pulang, ya. Lagian rumah kita juga satu arah.

Joyceline mengernyitkan kening. Seingatnya, tidak banyak teman yang tahu di mana dia tinggal.

JAYDEN (CONT’D)
Yuk!

Joyceline tampak membuat pertimbangan. Ibunya tadi sudah mengomel sepanjang jalan kenangan. Kalau harus menunggu kendaraan umum atau memesan jasa transportasi online, Joyceline bisa saja sampai di rumah lebih malam lagi.

JOYCELINE
Oke, gue mau dianterin, tapi lo aja yang pakai jaket. Lo kan di depan, nanti masuk angin.

Joyceline mengamati kemeja kotak-kotak yang Jayden kenakan. Itu terlalu tipis untuk menahan angin saat berkendara di jalanan.

Jayden tidak membantah. Dia menerima uluran jaket dari Joyceline dan langsung mengenakannya. Jayden kemudian berjalan mendahului Joyceline, mengambil tas yang dia letakkan di kolong meja depan.

Joyceline mengekori langkah Jayden keluar kelas menuju tempat parkiran sepeda motor. Tidak ada yang berbicara selama mereka berjalan. Hanya terdengar suara ketukan sepatu beradu dengan lantai.

 

CUT TO

 

Begitu sampai di tempat parkir, Jayden baru teringat kalau dia hanya membawa satu helm.

JAYDEN
Tunggu di sini sebentar, ya.

Belum sempat Joyceline menanggapi ucapannya, Jayden sudah mengambil langkah seribu, meninggalkan Joyceline yang terdiam membisu.

JOYCELINE
Mau ke mana, sih?

Joyceline mengedarkan pandangan ke sekeliling. Kampus sudah tidak berpenghuni. Gedung yang biasanya tampak megah itu, kini terlihat suram. Joyceline sampai bergidik.

Untung saja Jayden tidak pergi terlalu lama. Kurang dari lima menit, Jayden sudah kembali menghampiri Joyceline.

JAYDEN
Ini pakai dulu helmnya.

Jayden menyodorkan pelindung kepala yang langsung diterima oleh Joyceline.

JAYDEN (CONT’D)
Ayo naik!

Joyceline menurut. Dia duduk di jok belakang Jayden.

JAYDEN (CONT'D)
Pegangan, Joy.

Joyceline langsung menggenggam kedua ujung jaket Jayden.

 

CUT TO

 

16. EXT. HALAMAN RUMAH JOYCELINE — NIGHT

Jayden mematikan mesin motornya di halaman rumah Joyceline. Joyceline segera turun dari boncengan motor dan melepas pelindung kepala, lalu mengulurkannya pada Jayden.

JOYCELINE
Terima kasih, Jay.

Jayden menerima uluran helm dari Joyceline dan membuka kaca helm yang dikenakan dirinya sendiri.

JAYDEN
Ini beneran rumah kamu, 'kan?

Joyceline mengangguk.

JOYCELINE
Hm.

Joyceline tidak berniat basa-basi menawari Jayden untuk mampir, tetapi tiba-tiba pintu rumah terbuka dan seorang perempuan menampakkan diri. Jayden dan Joyceline serempak menoleh pada perempuan yang kiniberjalan menghampiri mereka berdua.

JAYDEN (setengah berbisik)
Mama kamu?

Joyceline menjawab dengan anggukan.

Jayden serta merta melepas helm dan turun dari motor untuk menyapa ibu Joyceline yang bernama Eriana.

Ketika Eriana sampai di hadapan mereka, Jayden tersenyum ramah. Sementara itu, Eriana memasang raut waspada.

JAYDEN (CONT'D)
Selamat malam, Tante.
ERIANA
Malam.

Joyceline menjelingkan kedua mata. Dia mengartikan reaksi Eriana itu sebaga rasa terkejut. Karena baru pertama kali ini dirinya pulang diantar oleh laki-laki tanpa atribut transportasi online.

Jayden
Perkenalkan, Tante, Jayden. Teman satu kelas Joyceline.

Jayden mengulurkan tangan kanan. Eriana menjabat tangan Jayden beberapa detik saja, tatapannya memindai dari ujung kaki hingga ke kepala, mengaktifkan radar kepekaan seorang ibu untuk mendeteksi apakah cowok itu berpengaruh buruk atau tidak.

ERIANA
Kamu ikut kelas tambahan juga?

Jayden kembali tersenyum lalu mengangguk singkat.

JAYDEN
Iya, Tante. Saya ikut kelas tambahan sama Joyceline.
ERIANA
Kalau gitu, ayo masuk dulu. Kamu juga pasti belum makan, 'kan?

Joyceline melotot, tidak menyangka Eriana akan langsung bersikap ramah seperti itu kepada Jayden.

JAYDEN
Terima kasih, Tante, tapi—

Eriana langsung menyela ucapan Jayden.

ERIANA
Tante enggak menerima penolakan. Ayo masuk!

Kedua bahu Joyceline sontak merosot karena Jayden diseret paksa oleh Eriana untuk ikut makan malam bersama.

JOYCELINE (menggerutu pelan)
Ya Tuhan, Mama ngapain, sih?


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar