Matrikulasi Rasa
1. Kelas 427

1. EXT. KORIDOR KAMPUS — DAY

Almira Althafunnisa (20 tahun) melangkah dengan tergesa-gesa menuju kelas 427. Gadis berambut panjang itu berdiri di ambang pintu kelas dan mengedarkan pandangan menyisir ruangan.

ALMIRA
Joy!

 

CUT TO

 

2. INT. KELAS 427 — DAY

Bilal (20 tahun), pemuda dengan gaya rambut two block berwarna kecokelat-cokelatan itu menatap Almira.

BILAL
Berisik!

Almira balas menatap pemuda bernama Bilal El Bana itu tidak kalah sengit. Dia melangkah memasuki kelas.

ALMIRA
Apa, sih? Gue enggak ngomong sama lo!
BILAL
Tapi suara cempreng lo bikin kuping gue nyaris budek. Udah kayak toa tukang tahu bulet keliling.
ALMIRA
Bodo amat!

Almira mengabaikan Bilal dan berjalan mendekati bangku di pojok belakang.

ALMIRA (CONT'D)
Joy!

Almira menggoyangkan lengan gadis yang sedang menelungkupkan wajah di atas meja.

ALMIRA (CONT'D)
Joyceline, bangun!

Joyceline Adhara (20 tahun) yang semula menelungkupkan wajah di meja itu perlahan-lahan menatap Almira.

JOYCELINE
Kenapa, sih, Al? Ribut banget.

Joyceline mengerucutkan bibir karena tidak suka diganggu oleh Almira.

JOYCELINE (CONT'D)
Gue ngantuk nih.

Joyceline mengangkat kepala dan menopang dagu dengan kedua tangan, tetapi matanya masih tertutup.

ALMIRA
Lo dicariin tuh sama Pak Car.
JOYCELINE
Gue jomlo, Almira. Enggak punya pacar.
ALMIRA
PAK CAR, JOY! BUKAN PACAR!

Almira menggeleng-geleng kesal.

ALMIRA (CONT'D)
Bangun dulu makanya.

Joyceline menguap lebar sambil merentangkan kedua tangannya.

ALMIRA (CONT'D)
Astaghfirullah!

Almira sontak menutup mulut Joyceline dengan punggung tangan kanan.

ALMIRA (CONT'D)
Anak gadis kalau nguap tuh mulutnya ditutup! Entar kemasukan demit.
JOYCELINE
Gue lagi krisis identitas.
ALMIRA
Nyebut, Joy!
JOYCELINE
Hm.

Joyceline acuh tidak acuh.

JOYCELINE
Pak Carli nyariin gue?
ALMIRA
Iya, buruan!
JOYCELINE
Mau ngapain, sih? Pak Carli kangen sama gue, ya?
ALMIRA
Mana gue tau, Joy. Udah sana temuin mumpung masih jam istirahat.

Almira menarik Joyceline agar bangkit dari duduknya.

JOYCELINE
Justru itu, Al. Sekarang kan waktunya istirahat. Ngapain gue ketemu dosen, sih?

Joyceline memasang tampang malas.

JOYCELINE (CONT'D)
Gue tunggu di sini aja deh. Abis ini mata kuliahnya Pak Car, 'kan?

Joyceline kembali menelungkupkan wajahnya dengan menggunakan lengan kanan sebagai bantalan.

ALMIRA
Terserah lo deh, Joy. Yang penting gue udah menyampaikan amanah dari Pak Car.

Almira akhirnya menyerah.

ALMIRA (CONT'D)
Nanti kalau Pak Car nanya, jangan bilang lo enggak tau apa-apa.

Joyceline mendengkus dan kembali menegakkan duduknya.

JOYCELINE
Ya udah, gue temuin Pak Carli sekarang.

Joyceline bangkit juga dari duduknya meskipun enggan. Dia lalu berjalan gontai meninggalkan kelas sambil sesekali menguap lebar.

Di pintu ruangan, Joyceline berpapasan dengan pemuda paling menyebalkan menurut versinya.

JOYCELINE
Kenapa lo lirik-lirik? Naksir?

Pemuda itu melengos. Joyceline melanjutkan langkahnya dengan tujuan semula.

 

CUT TO

 

3. INT. RUANG DOSEN — DAY

Joyceline segera menghampiri kursi di mana Pak Carli sedang mengibaskan kertas koran di depan wajahnya.

JOYCELINE
Bapak manggil saya?
PAK CARLI
Oh, Joy, duduk.

Joyceline menarik kursi di seberang Pak Carli, kemudian duduk di sana. Jarak mereka hanya terhalang meja kayu persegi panjang yang penuh tumpukan makalah.

JOYCELINE
Ada apa, ya, Pak?

Joyceline menatap Pak Carli dengan serius.

JOYCELINE (CONT'D)
Saya enggak ada tunggakan SPP kan, Pak?
PAK CARLI
SPP bukan urusan saya. Itu bagian administrasi.
JOYCELINE
Terus ... kenapa Bapak manggil saya?
PAK CARLI
Ini soal nilai kamu, Joy.
JOYCELINE
Ada apa sama nilai saya, Pak?
JOYCELINE (V.O.)
Kayaknya baik-baik aja deh.
PAK CARLI
Nilai kamu di semester ini C semua. Enggak ada variasinya.
JOYCELINE (V.O)
Ya elah ... kirain kenapa.
PAK CARLI
Kamu enggak bosen? Saya aja bosen lihat nilai kamu kayak gitu.
JOYCELINE
Saya kan penggemar Bapak, jadi nilai saya C semua. Coba aja inisial nama Bapak itu A, nilai saja juga pasti A.
PAK CARLI
Saya ini lagi serius lho, Joy!
JOYCELINE
Ya, mau bagaimana lagi, Pak?

Raut wajah JOYCELINE seketika berubah sendu.

JOYCELINE (CONT'D)
Kemampuan otak saya cuma segitu.
PAK CARLI
Alasan. Kamunya aja yang males belajar.

Joyceline tidak menanggapi Pak Carli. Dia menundukkan pandangan.

PAK CARLI (CONT'D)
Saya cek nilai-nilai kamu di ijazah SMA, bagus kok. Di semester 1 juga nilai kamu lumayan. Ada dua A dan sisanya B. Enggak C semua kayak di semester 2 kemarin.

Joyceline menghela pasrah, lalu kembali menatap Pak Carli dengan sungkan.

JOYCELINE
Maaf, Pak.
PAK CARLI
Kamu enggak perlu minta maaf sama saya.

Pak Carli menautkan kedua tangan di meja.

PAK CARLI (CONT'D)
Minta maaf sama diri sendiri. Kamu udah menyia-nyiakan otak dan meremehkan kemampuan sendiri.
JOYCELINE
Iya, Pak. Nanti saya minta maaf sama JOYCELINE.
PAK CARLI
Joyceline....

Tatapan JOYCELINE dan PAK CARLI saling beradu.

PAK CARLI (CONT'D)
Saya ngomong begini demi kebaikan kamu juga. Mumpung masih awal semester baru. Jangan sampai kamu dapat nilai C semua lagi.

Joyceline membungkam mulut rapat-rapat.

PAK CARLI (CONT'D)
Sebagai Dosen Wali, saya mau anak-anak di kelas saya nilainya bagus.
JOYCELINE
C kan masih bagus juga, Pak
PAK CARLI
IPK kamu yang paling rendah di kelas, Joy. Bahkan terendah di antara semua fakultas hukum semester ini. Apa kamu enggak masalah dengan itu?
JOYCELINE (V.O)
Biasa aja, Pak.
Masalah nilai doang.
PAK CARLI
Kalau ada yang enggak dipahami, kamu kan bisa minta bantuan sama JAYDEN.
JOYCELINE (V.O)
Males banget.
PAK CARLI
Kamu mengerti maksud saya, Joy?
JOYCELINE
Mengerti, Pak.
PAK CARLI
Saya ini beneran peduli lho sama kamu.
JOYCELINE
Iya, Pak. Terima kasih banyak, Bapak udah peduli sama saya.
PAK CARLI
Pokoknya semester ini, nilai kamu harus meningkat.
JOYCELINE
Saya usahakan, Pak.
PAK CARLI
Yang serius usahanya, jangan dijadiin wacana doang.
JOYCELINE
Iya, siap, Pak.
PAK CARLI
Ya udah, silakan kamu balik ke kelas.

Joyceline beranjak dari duduk dan bersiap pergi.

PAK CARLI
Joy!

Joyceline berhenti dan menoleh kepada Pak Carli.

JOYCELINE
Iya, Pak?
PAK CARLI
Tolong sekalian bawakan buku itu. Terus langsung bagikan aja sama yang beli. Daftarnya ada di ketua kelas.
JOYCELINE
Baik, Pak.

Joyceline membawa kotak kardus berisi buku cetak yang pada pertemuan sebelumnya dipesan oleh para mahasiswa. Buku itu hasil karya PAK CARLI. Konon, pembelian buku tersebut bisa memengaruhi nilai mahasiswa.

 

CUT TO

4. INT. KELAS 427 — DAY

Joyceline sampai di kelas 427 dengan sedikit kepayahan. Dia lalu menaruh kotak kardus yang dibawa itu di meja ketua kelas.

BILAL
Apa nih?
JOYCELINE
Oleh-oleh dari Pak Carli. Katanya lo disuruh langsung bagiin. Bentar lagi Pak Carli masuk kelas.
BILAL
Oh, oke. Thanks, ya, Joy.
JOYCELINE
Hm. Gue ambil satu, ya.

Joyceline lalu menuju bangku sendiri sambil membawa sebuah buku.

BILAL
Almari, sini bentar!

Penghuni kelas memasang tampang was-was. Pasalnya dua orang yang menyandang status ketua dan bendahara kelas itu jarang sekali bisa akur saat bersama meskipun keduanya mengaku sudah dewasa.

Almira menghampiri Bilal dengan raut kesal.

ALMIRA
Nama gue Almira, BILAL!
BILAL
Typo, elah!
ALMIRA
Lo doang yang ngomongnya pake typo segala.

Wajah jutek ALMIRA membuat BILAL bergidik.

ALMIRA (CONT'D)
Sengaja banget ngeledekin gue.
BILAL
Baperan amat, Neng.
ALMIRA
Ada apa manggil gue? Gue bisa alergi tau, kalau deket lo lama-lama.
BILAL
Dikata gue virus.
ALMIRA
Buruan! Ada apa?
BILAL
Ini udah pada bayar lunas semua bukunya?
ALMIRA
Tinggal satu makhluk yang belum.
BILAL
Siapa? Kok enggak lo tagih?
ALMIRA
Perlu banget gue tagih, ya?
BILAL
Ya, iyalah! Itu kan tugas lo. Gimana, sih, jadi bendahara?
ALMIRA
Ya, lo sadar diri aja, sih, Bilal. Satu-satunya yang belum lunasin pembayaran buku itu, cuma lo!
Seisi kelas menertawakan Bilal, si teledor dan tidak tahu diri.
BILAL
Lo salah catet kali.
ALMIRA
Gue belum pikun, Bilal! Kalau lo enggak percaya sama gue, ganti aja bendahara kelasnya.
BILAL
Ya, udah nih, gue bayar.
Bilal mengulurkan selembar lima puluh ribuan dan ALMIRA langsung menerimanya.
BILAL (CONT'D)
Bagiin gih.
ALMIRA
Dih! Lo kan ketuanya. Lo aja yang bagi.

Almira mengambil satu buku dan kembali ke bangku sendiri, tidak mengacuhkan Bilal.

Bilal mau marah, tetapi urung karena Pak Carli sudah memasuki kelas mereka.


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar